5. Honeymoon Invitation

86 17 2
                                    

Rinara telah menghilang dari sofa ketika Jaemin bangun. Setidaknya ada hal yang bisa Jaemin syukuri pagi ini, yaitu tidak melihat wajah Rinara saat dia pertama kali membuka mata.

Lelaki itu mengangkat kedua tangannya, sedikit merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku. Ahh.. ini pasti gara-gara bedcover pink terkutuk  yang membuat tidur Jaemin tidak tenang.

Lelaki itu bangun masih dengan mood buruk karena bedcovernya. Tapi dia pun malas untuk mengganti benda itu.

Jaemin berjalan ke kamar mandi, menghabiskan setidaknya 15 menit disana sebelum pergi ke meja makan.

Kakeknya telah berada disana, dengan sebongkah tablet di tangannya. Membaca berita bisnis sudah menjadi rutinitas wajib untuk pria renta itu.

Jaemin ikut duduk disana, memberikan sapaan selamat pagi dengan senyuman, lalu tanpa sadar kepalanya memutar kekanan dan kekiri dengan pandangan yang bergerilya kesegala arah seolah sedang mencari seseorang.

"Cari Rinara ya ??? Dia sedang memasak di dapur." Kakek tiba-tiba bersuara.

Jaemin terlihat terkejut, bukan karena suara kakeknya tapi terkejut terhadap perilakunya sendiri.

'Sial, ngapain juga aku nyariin dia tadi?? Ishh... Harusnya bagus kalau dia menghilang '

"Ini hari pertamamu ke kantor kan? Doyoung akan membimbingmu disana."

Jaemin mengangguk. Meskipun dia adalah sosok pandai yang tentu saja akan dengan mudah menguasai bidangnya, tapi sebagai seorang pemula di lapangan dia jelas masih butuh bimbingan.

Lama Jaemin memikirkannya sampai dia tidak sadar Rinara telah duduk di sampingnya. Para maid berdatangan menata makanan di meja makan, saat itulah Jaemin baru menoleh ke arah Rinara.

"Waah.. apa yang cucu cantikku masak hari ini ?? " Berbeda dengan ketika menyapa Jaemin, kakek menyapa Rinara dengan senyuman yang hangat.

Jaemin sadar akan hal itu, dan lucunya dia mulai merasa iri. Seperti anak-anak saja!

"Sup iga kek, kakek suka itu kan? Ah ya.. ada ikan juga disana. Rinara bantu pisahkan durinya ya buat kakek." Gadis itu berdiri, dia berjalan ke sisi seberang dan melakukan pekerjaannya dengan senyuman yang terpatri di wajah manisnya.

Jaemin semakin cemberut melihat itu, dan itu tidak luput dari penglihatan kakeknya. Pria tua itu tertawa dengan suara beratnya yang nyaris habis.

"Lihatlah, suamimu sepertinya cemburu kamu lebih perhatian sama kakek."

Rinara reflek melirik Jaemin, sementara Jaemin sibuk mengalihkan pandangannya.

"Enggak, ngapain Jaemin cemburu. " Lelaki itu menggerutu.

"Coba pisahkan duri ikan juga buat dia." Kata kakek lagi. Jaemin langsung menyahuti.

"Ga perlu kek, Jaemin punya tangan sendiri yang masih berfungsi dengan baik. "

Rinara tersenyum tipis. Dia kembali ke tempat duduknya dan mulai mengambil porsi makanan untuk dirinya sendiri, tapi Jaemin terlihat tidak senang. Lelaki itu mengambil makanannya dengan kasar hingga alat makannya berdenting.
Rinara terus memperhatikan itu bahkan kakek juga.

"Kalau iri bilang aja, ga usah kayak anak kecil." Rinara berkata dengan nada menyindir.

Gadis itu berdiri di sisi Jaemin lalu mulai memisahkan duri ikan untuk lelaki itu.

"Mau di suapi sekalian ?"

Jaemin meliriknya tidak senang.

"Ga usah!"

 Suddenly I Got A Wife  | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang