Suddenly I Got A Wife | Na Jaemin

4. Pria Dingin

Pesta itu benar-benar di adakan di sebuah hotel mewah yang menjadi bagian dari properti milik raksasa Bones.

Bones sendiri merupakan sebuah perusahaan besar milik keluarga Na, yang di bangun jauh sebelum Jaemin lahir. Dan sekarang perusahaan itu akan memiliki wajah baru di bawah kepemimpinan baru dan berubah nama menjadi Pink Bones. Pewaris tunggal keluarga Na -Na Jaemin- akan mengambil alih perusahaan itu.

Na Jaemin akan menjadi tokoh utama dalam pesta tersebut. Pesta ini tentu bertujuan untuk menyambutnya di perusahaan sekaligus untuk mengumumkan pernikahannya.

Namun meski menjadi tokoh utama dalam pesta, Jaemin justru menjadi orang yang paling tidak bersemangat untuk datang. Tapi apa boleh buat, semua ini adalah keinginan kakeknya.

Lelaki itu duduk bosan di sofa kamarnya, dia telah bersiap sejak 2 jam yang lalu tapi dia tetap harus menunggu karena satu orang, siapa lagi kalau bukan istrinya -Rinara Rowen -

5 orang maid telah membantu gadis itu untuk bersiap. Mereka memenuhi kamar Jaemin dan melanggar kode etik lelaki itu, bahwa kamar adalah area paling pribadi miliknya yang tidak sembarang orang boleh masuk. Tapi kini dia malah merasa terasing di kamarnya sendiri.

Pintu walk in closet akhirnya terbuka, para maid keluar dari sana dan menunduk hormat pada Jaemin sebelum mereka keluar dari kamar.

Rinara muncul beberapa saat kemudian, dengan make up tipis dan rambut tergelung rapi. Semuanya terlihat cantik, tapi gaunnya.....

.....gaunnya hampir saja membuat Jaemin terpesnona.

Sebelumnya lelaki itu tidak tau dan tidak mau tau gaun apa yang di pilih Rinara di butik kemarin. Jaemin hanya terima beres dan membayar biayanya.

Dia tidak tau kalau Rinara akan memilih gaun dengan punggung seterbuka itu. Bukan berarti gaunnya tidak cantik, gaun itu terlihat menawan bahkan sangat cocok untuk Rinara, hanya saja....

Jaemin merasa punggung mulus itu terlalu sayang untuk di umbar. Karena secara hukum punggung itu adalah miliknya. Sekali lagi miliknya !!

'Ah.. apa-apaan aku ini, kenapa aku harus khawatir? bodo amat dia mau telanjang sekalipun aku ga peduli.'
Lelaki itu berusaha acuh.

"Mau pamerin tubuhmu ke siapa hm? Apa ada gebetanmu di pesta ?" Lelaki itu berdiri dari sofa, melihat ke arah cermin untuk sekedar memperbaiki posisi dasinya.

"Ada... Namanya Na Jaemin, aku mau pamer ke dia. " Satu sudut bibir Rinara terangkat, membentuk sebuah seringaian tipis.

"Cih.. ga usah kepedean. Aku ga suka perempuan matre sepertimu."

"Hidup itu harus realistis. " Jawab Rinara acuh.

Gadis itu mengikuti Jaemin yang berjalan lebih dulu. Mereka berada di mobil yang sama. Tak ada satupun yang memulai percakapan selama di mobil, Jaemin terlalu sibuk dengan ponselnya, sementara Rinara melamun menatap jalanan.

Seorang pengatur acara datang menemui Jaemin dan Rinara begitu mereka tiba di pintu masuk gedung. Sedikit memberi Jaemin pengarahan sebelum mereka menampakkan diri di pesta.

"Aku tau kalian menikah karena dijodohkan, tapi tolong bersikaplah akrab, kalau perlu tunjukkan kemesraan di depan para tamu."

"Ga mau. Kenapa aku harus begitu ??" Jaemin berkata acuh. Tatapannya menatap lurus dengan angkuh dan kedua tangan di dalam saku celana.

"Karena di dalam hanya ada tamu penting. Kalian mau menunjukkan ketidakharmonisan keluarga Na ??"

Okey.. Jaemin tidak bisa membantah itu. Nama baik keluarga memang di atas segalanya. Untuk itu kali ini saja Jaemin akan mengalah pada egonya.

Tanpa bicara dia menawarkan lengannya pada Rinara, tapi menunggu gadis itu melingkarkan tangannya membuat Jaemin begitu jengah.

"Pegang lenganku jalang. "

"Ish.. berhenti manggil istrimu pakai kata yang ga pantas. "

"Istriku ?? Hah.. " Jaemin tertawa sarkastik.

"Aku ga punya istri. Dan jangan pernah mimpi jadi istriku. "

" Aku memang ga pernah mimpi, tapi aku diminta dengan hormat oleh kakek untuk menjadi istrimu. "

Dua pasang kaki jenjang itu melangkah memasuki ballroom, memamerkan senyuman elegan dengan gestur mesra yang di buat sedemikian rupa agar terlihat alami.

Jaemin melangkah perlahan agar Rinara bisa mengimbangi langkahnya. Tubuh mereka begitu dekat bahkan menempel satu sama lain ketika berjalan.

Sapaan ramah dan ucapan selamat datang bertubi-tubi dari tamu undangan. Sebagian orang adalah kerabat keluarga Na, sementara sisanya tidak Jaemin kenal. Meskipun begitu Jaemin tetap berlaku sopan dengan memamerkan senyumannya.

" Kalau kakek yang memintamu, terus kenapa kamu ga nolak?" Jaemin bicara dengan bibir tetap tersenyum. Selangkah demi selangkah dia telah berpindah tempat dimana orang-orang tidak lagi mengerumuninya.

"Karena aku butuh keluarga. "

Jawaban singkat Rinara membuat Jaemin menatapnya. Senyuman lelaki itu menghilang, tergantikan dengan tatapan penuh tanya yang tak sengaja dia gariskan di wajahnya.

"Menikah bukan mimpiku, tapi punya keluarga yang hangat adalah mimpiku. Jadi... Ya.. aku ga peduli sama siapa aku menikah, asal aku punya keluarga yang memperlakukan aku dengan hangat. " Rinara tersenyum manis.

Kepalanya sedikit mendongak untuk membalas tatapan Jaemin. Dia lalu melanjutkan,

"Dan kakekmu memperlakukan aku dengan hangat. Aku menyayanginya seperti kakekku sendiri. "

Jaemin terdiam, bisa dibilang dia terkesima dengan jawaban Rinara. Tapi jika berpikir bahwa itu telah merontokkan gunung es di dalam dirinya, jawabannya adalah Tidak.

Na Jaemin sangat menentang perjodohan, dan cinta bukanlah prioritas hidupnya.

"Carilah keluarga yang lain, keluargaku  bukan satu-satunya keluarga yang bisa menerimamu."

⚠️⚠️⚠️
PENGUMUMAN
Cerita ini akan update di Wattpad setiap hari Rabu dan Jum'at ya...

Yang udah ga sabar mau baca duluan bisa mampir ke karyakarsa, sudah update sampai Part 6 🤗