BAB 6 - JADI TAU

140 49 12
                                    


Marco merasa sangat terganggu oleh telepon dari Tiffany. Niat awalnya sih Marco ingin keluar dari kantor untuk pergi makan malam, mungkin akan mengajak Gabriel bersamanya.

Akhirnya rencana awalnya gagal total. Sebaliknya, Marco malah menghabiskan dua jam di telepon dengan Tiffany. Mendengarkan celoteh wanita tersebut tentang betapa dia merindukan sosok Marco, mengenang semua momen indah yang pernah mereka lalui.

Marco duduk mendengarkan semua omong kosong yang keluar dari mulut Tiffany. Dulu mereka pernah pacaran, saat dirinya masih kuliah dan Tiffany belum tahu siapa Marco sebenarnya. Waktu itu, mereka terlihat cocok. Tiffany adalah wanita pecinta pesta, dan Marco adalah cowok troublemaker — pasangan yang kelihatan sempurna, bukan? Tapi semuanya berubah ketika orang-orang mulai menyadari dari mana Marco berasal.

Tiba-tiba, semua orang jadi ramah dan pengen dekat sama Marco, dan itu bikin dia nggak nyaman sama sekali. Marco sadar mereka berperilaku seperti itu karena ada nama Avery di belakangnya, bukan karena mereka benar-benar peduli. Tapi yang paling nyakitin adalah waktu pacarnya sendiri - Tiffany, sikapnya mulai berubah. Dia jadi lebih sering nelpon, minta ini-itu, dan marah kalau Marco nggak ngasih apa yang dia mau.

Akhirnya, Marco tahu kalau Tiffany selingkuh sama salah satu temannya. Marco nangkep basah mereka lagi asik-asikan ciuman. Saat itulah kehidupan Marco hancur.

Setelah kejadian itu, Marco mulai memperbaiki hidupnya. Dia berhenti ngejar cewek-cewek yang nggak cocok buat dia dan lebih fokus ke pendidikannya. Walaupun hidupnya jadi terkesan gak menarik, tapi Marco setuju bahwa keputusannya itu buat dia jadi lebih baik. Dia mulai berhenti menghabiskan uang ayahnya, dan mulai berhenti minum-minuman keras yang berlebihan.

Tiffany terus-terusan ngomong soal betapa dia kangen sama Marco dan bilang kalau dia merasa bersalah atas apa yang dia perbuat. Pas Marco nggak menanggapi, Tiffany langsung marah-marah dan mulai menangis. Dari gelagatnya jelas mau buat Marco terjebak dengan rasa kasihan dan iba.

Sayangnya Marco tidak peduli sama sekali, dia langsung menutup telponnya gitu aja. Ketika dia keluar ruangan, Gabriel sudah tidak ada di mejanya, ada rasa sedikit kecewa melihat dirinya yang gagal makan malam dengan aspri-nya.

*) aspri = asisten pribadi

Bahkan ketika Marco sampai di rumah, dia masih merasa kesal. Dia membanting pintu lalu duduk di sofa. Melihat jam, dia menyadari bahwa sudah pukul sepuluh malam dan dia belum makan malam.

Marco melirik pria berambut hitam legam di seberang apartemen dan melihatnya sedang memasak. Setelah mood nya yang buruk hari ini, Marco mulai tersenyum saat melihat pria yang hanya memakai daleman itu sibuk di dapur. Sesaat, Marco membayangkan betapa indahnya pulang ke rumah dan melihat pacarnya sibuk di dapur seperti itu. Membuatkan makan malam untuknya ketika dia pulang terlambat dan ingin tahu tentang harinya.

Bagaimana dia akan berteriak, "Sayang, aku pulang," dan mencium pipi pacarnya. Bagaimana dia akan memeluk pacarnya dari belakang, dan pacarnya akan berpura-pura marah karena hampir membuat makan malamnya gosong. Lalu dia akan berkata bahwa mereka bisa pergi makan di luar sebagai gantinya.

Tentu saja, dalam skenario itu, Marco juga tidak keberatan memasak untuk pacarnya.

Bayangan itu membuat Marco tersenyum lebih lebar lagi.

Marco kembali menatap tetangganya yang sibuk memasak dan menyadari bahwa dia belum makan malam hari ini, jadi dia perlu memesan makanan. Awalnya, Marco berpikir untuk memesan makanan, tapi dia ingat bahwa dia masih memiliki asisten terbaiknya untuk satu hari lagi...

Dia mengambil telepon dan menelepon Gabriel. Namun, yang tidak Marco sadari adalah bahwa si tetangga di seberang unitnya tiba-tiba meninggalkan masakannya dan berlari untuk mencari ponselnya.

Gabriel sedang mencari-cari ponselnya dengan cemas, setengah berbaring di atas sofa di mana ponselnya tergeletak. Begitu dia menemukannya, dia merapihkan rambutnya dan berkata, "Malam Pak Marco, ada yang bisa saya bantu?" dengan suara yang sedikit terengah-engah.

"Saya belum makan malam, ada rekomendasi?" kata Marco di ujung telepon. "Uhm, Bapak mau makan di rumah atau diluar?" tanya Gabriel sambil duduk tegak. "apapun yang penting makan," jawab Marco.


Marco melihat kembali ke arah pria di seberang dan memperhatikan bahwa dia sekarang duduk di atas sofa. Marco tersenyum melihat pria yang hampir naked tersebut, yang baru disadari Marco bahwa pria itu juga sedang menelpon.

"Ada restoran cina yang saya rekomendasikan, bapak bisa kirim alamat bapak, nanti saya yang pesan dan minta dikirim ke rumah bapak," Marco mendengar asprinya bicara, namun matanya masih fokus pada si tetangga.

Kemudian sesuatu yang aneh terjadi, pria di seberang berdiri dan secara tidak sengaja menendang meja. dan diwaktu yang sama, Marco mendengar Gabriel mengumpat pelan di telepon.

"Kamu kenapa?" tanya Marco sambil mengamati si pria kurus. "Maaf Pak Marco. kaki saya nabrak meja," jawab Gabriel sebelum melanjutkan pembicaraan tentang restoran.

Saat itulah sebuah teori mulai terbentuk di kepala Marco. Jelas dia gak bisa melihat wajah si tetangga yang belakangan kerap ia amati, karena memang jaraknya yang cukup jauh, apa mungkin sosok yang di sebut tetangga oleh Marco adalah Gabriel?



*) note : maksudnya tetangga bukan unit mereka satu gedung dan sebelahan ya, unit mereka beda gedung tapi hadap-hadapan, dan jaraknya cukup jauh, jadi gak mungkin bisa lihat muka satu sama lain. sebenernya kaya siluet aja, tapi tetep kelihatan warna2 yang ada di dalem rumah, Makanya gabriel yang cuma pake daleman juga keliatan.


.

.

.

BERSAMBUNG...

about me - MEWGULFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang