Tepat pukul 7 saat Gabriel masuk ke kantor. Dia tersenyum sendiri sambil berjalan menuju mejanya. Selama tiga tahun terakhir, hampir setiap hari dia tiba di kantor ini tepat satu jam sebelum bosnya datang.
Namun hari ini, dia tidak yakin apakah dia akan bertemu dengan 'bosnya' tepat pukul 8. Mr. Marco sangat tidak terduga. Kemarin, Gabriel sengaja menjauh, dia merasa bahwa hari pertama kembalinya penerus Avery ke kantor sebaiknya terjadi tanpa kehadirannya.
Gabriel baru pernah bertemu pria itu satu kali. Pertemuan itu terjadi pada bulan pertamanya bekerja di Avery Crop, dan terus terang, dia tidak ingin mengingatnya lagi. Dia memejamkan mata sejenak, berusaha menghapus kenangan lama tersebut.
Meskipun Gabriel hanya pernah bertemu pria itu sekali, dia telah membaca cukup banyak tentang Mr. Marco hingga merasa seakan-akan mengenalnya. Sesekali, penerus Avery Crop muncul di majalah gosip, bersikap arogan seperti pria kaya pada umumnya. Bahkan dari cara dia memperlakukan ayahnya sendiri, sudah jelas bahwa dia bukan orang yang baik.
Gabriel melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7:10 pagi, menandakan bahwa dia harus segera mulai bekerja.
...
Tepat pukul delapan, Marco melangkah keluar dari lift. Aroma kopi yang baru diseduh langsung menyergap indra penciumannya. Dia memandang sekeliling, berusaha menemukan siapa yang membuatnya, namun tidak melihat siapapun di sana.
Dia melangkah memasuki ruangan dan duduk di kursi kerjanya. Di sana, dia melihat secangkir kopi yang telah diletakkan, dengan sebuah catatan di depannya.
Dear Mr. Marco Avery,
Hari ini Anda diharapkan hadir dalam rapat di lantai tiga pada pukul 9 pagi. Sebelum itu, Anda perlu membaca dokumen yang terletak di sisi kanan Anda.
Marco menoleh ke kanan dan melihat dokumen tersebut memang ada di sana.
Setelah itu, Anda memiliki janji makan siang di palm restaurant. Sore harinya, pembacaan surat wasiat Alm. Mr. James akan dilaksanakan pada pukul 3 sore.
Saya tidak akan berada di kantor hari ini karena harus memenuhi beberapa keperluan wasiat. Jika Anda memerlukan bantuan, silahkan hubungi atau kirim pesan ke nomor yang tertera di balik catatan ini.
Salam Hormat,
Gabriel Lee
PS: Kopi diseduh pada pukul 7:57, kopi hitam dengan sedikit santan tanpa gula.
Marco mendengus sambil membalik kertas itu. 'dia pikir dia ini siapa?' pikir Marco. Sesuai dengan yang tertulis di surat tersebut, ada nomor telepon yang tertera di sana. Dengan cepat, dia mengeluarkan ponselnya dan memasukkan nomor tersebut.
Pria dengan kharisma tersebut sempat berpikir untuk menelpon orang yang berstatus sebagai asisten pribadi, tetapi akhirnya memutuskan untuk tidak melakukannya. Sebagai gantinya, dia menyimpan nomor itu di ponselnya dan mulai membaca dokumen di depannya.
Sekitar pukul sebelas, Marco keluar dari ruang rapat. Dia tahu bahwa setelah itu dia seharusnya pergi makan siang, tetapi asistennya tidak mencantumkan kegiatan pastinya. Jadi, dia memutuskan untuk menelepon Gabriel.
Bos Avery yang baru kembali naik lift ke lantai paling atas untuk kembali ke ruangannya, dan berencana akan menelpon Gabriel sesegera mungkin. Saat pintu lift terbuka dia melihat seorang pria muda berambut hitam mengkilap berdiri di ujung lift.
Pada awalnya, Marco mengira sedang diabaikan ketika melihat pria itu sedang berbicara di telepon. "Pak Bram, dengan segala hormat, ini sudah diatur berbulan-bulan yang lalu," katanya dengan nada marah.
"Saya tidak peduli, Mr. Avery menginginkan yang merah."
Marco terkejut mendengar nada suaranya. Ketika pertama kali melihat pria ini, Gabriel tampak biasa saja, namun saat ini terlihat lebih tegas dan dewasa.
Pria yang sibuk menelpon tersebut mengenakan setelan kemeja berwarna hitam, membuat penjepit dasi yang digunakan sangat mencolok karena berwarna silver. Dia memakai jam tangan di pergelangan tangannya.
Rambut hitam legamnya yang lumayan panjang di tata rapi. Bibirnya merah seperti bukan perokok aktif.
Ini pasti asisten pribadi yang terkenal 'sempurna', pikir Marco. Dia sering mendengar tentang pria ini dari banyak orang. Hampir semua rekan bisnis ayahnya, bahkan teman-temannya, mengenal pria muda ini dan sangat mengaguminya.
Menurut salah satu sahabat ayahnya, asisten pribadi ayahnya bisa mendapatkan reservasi di restoran mana pun, bahkan jika restoran itu sudah penuh. Teman ayahnya yang lain mengatakan bahwa dia fasih berbicara dalam empat bahasa.
Marco tidak yakin apakah semua yang dikatakan tentang pria didepannya benar. Yang pasti Marco tau bahwa pesaing bisnisnya sangat menyukai kinerja dari asisten pribadi Alm. ayahnya.
Ketika Marco sudah berdiri tepat di depan Gabriel, dia menyadari bahwa pria itu telah selesai dengan teleponnya.
"Selamat pagi, Pak," sapa Gabriel tanpa ekspresi, tanpa seulas senyum di wajahnya. "Kopi bapak sudah ada di meja, begitu juga salinan jadwal untuk besok." Gabriel berbicara dengan tenang. Marco mendengarkan sejenak untuk menilai kemampuannya.
"Kemarin kamu kemana?" Marco memotong pembicaraan Gabriel. "Maaf?" jawab Gabriel dengan alis berkerut.
"Saya tanya sekali lagi, di mana kamu kemarin?" tanya Marco dengan nada yang semakin marah. "Saya memutuskan untuk libur satu hari pak," jawab Gabriel dengan lugas tanpa nada ketakutan.
"Libur?" Marco mengejek, "Kamu itu asisten pribadi, asisten mana yang ngambil libur waktu bosnya gak libur. Kamu itu seharusnya selalu siap saat saya panggil."
"Pak Marco, saya bukan anjing peliharaan," jawab Gabriel dengan nada yang sedikit lebih tegas.
"Loh, menurut saya asisten pribadi itu sama aja seperti-" Marco mulai berbicara, Tapi langsung dipotong oleh Gabriel yang sangat marah.
"Maaf ya pak, saya ini bukan peliharaan! dan saya ini asisten pribadinya mendiang Pak James, bahkan nanti pun saya gak akan jadi asisten pribadi bapak, karena saya sudah mengajukan surat pengunduran diri seminggu yang lalu dan minggu depan saya keluar dari kantor ini"
"Kamu bilang apa?" tanya Marco dengan nada mengancam.
"Akan saya ulangi ya pak. Minggu ini adalah minggu terakhir saya bekerja," jawab Gabriel sambil merapikan jasnya.
"Sekarang, kembali ke urusan bisnis. Kesepakatan dengan Yong Company sudah beres, Pak Yong juga mengundang bapak untuk makan malam besok. Untuk acara gala, hampir semuanya sudah siap. Saya hanya memerlukan pendapat bapak tentang lokasi pertemuan, selain itu semuanya sudah selesai."
Setelah mengatakan itu, Gabriel menuju mejanya terlebih dahulu, tapi kemudian berbalik dan berkata,
"Oh iya pak, saya sudah reservasi untuk makan siang hari ini jam 1 siang."
.
.
.
BERSAMBUNG..
KAMU SEDANG MEMBACA
about me - MEWGULF
Literatura Kobieca"James Avery, CEO Avery Crop, meninggal tadi malam setelah berjuang melawan kanker dalam waktu yang lama. James Avery, berusia 63 tahun, adalah salah satu-" Gabriel mematikan TV, tak sanggup mendengar berita tentang kematian atasannya... Dia sendiri...