11 (십일)

17 5 0
                                    

Sinta bergegas menemui Suga di studionya, Genius Lab.

Padahal hari ini ia tidak ada jadwal kerja alias free. Tapi pria menyebalkan ini menyuruhnya datang semaunya.

Mau tak mau Sinta harus menurutinya demi kesepakatan yang telah disetujui. "Dari mana saja? Kemana lama sekali?"

"Dari apartemen, kau kira aku dari mana? Tadi ada Jimin juga, jadi aku sedikit lama."

"Jimin ke apartemenmu?"

Sinta mengangguk. Sinta tidak berbohong. Jimin memang di apartemennya bersama Putri dan Jeonghan. Hanya saja Sinta malas menjelaskan panjang lebar pada pria kulkas didepannya ini.

"Rupanya bertambah lagi sainganku," gumam Suga yang kebetulan didengar Sinta.

"Saingan? Jimin sainganmu? Jangan bilang kau..." Sinta tak melanjutkan ucapannya. Ia sudah bisa menebak meski tebakannya salah.

'Aku tidak menyangka, banyak sekali yang menyukai Putri. Jeonghan, Jimin dan sekarang Suga. Wah Daebak,' pikir Sinta yang salah besar.

"Bu-bukan, jangan salah paham. Sudahlah lupakan."

"Pfftt, kau lucu jika sedang salah tingkah seperti itu. Aku tahu kau menyukai Putri kan?"

"Putri? Siapa dia?"

"Sudahlah jangan berpura-pura seperti itu. Sekarang apa tujuanmu memintaku datang ke sini?"

Putri? Sebenarnya Suga masih penasaran dengan arah pembicaraan Sinta tadi. Tapi ya sudahlah, Suga tak mau memperpanjang lagi. Ia tak mau lupa dengan tujuan awalnya meminta Sinta datang.

"Ini untukmu."

Suga memberikan sebuah kotak kecil pada Sinta. Sinta pun menerimanya dengan hati penasaran.

"Apa ini?"

"Pabo-ya, kau tidak bisa baca? Itu tertulis ponsel. Berarti isinya ponsel, bukan kimchi," kesal Suga.

"Ponsel? Untukku?"

"Bukan, untuk nenekmu. Tentu saja untukmu."

Sinta membuka kotak ponsel tersebut seraya tersenyum. "Wow, Daebak!!! Ini ponsel keluaran terbaru. Ini pasti mahal. Mereknya saja S**S**G. Berapa bulan aku harus mencicil ini padamu?"

"Aku bukan tukang kredit, tak perlu di cicil."

"Gomawo, Suga oppa. Ternyata kau baik juga. Aku kira kau hanya bisa marah-marah dan menyuruh-nyuruh orang saja."

"Itu kau sedang memujiku atau menjelekkanku?"

"Dua-duanya."

"Apa kau suka?" Sinta mengangguk cepat sambil tersenyum. Manis. Itu yang Suga lihat dari wajah Sinta yang sedang sibuk memainkan ponsel barunya.

"Ini kenapa nomormu sudah ada di.. Hey, kau kenapa menatapku begitu?" Suga segera memalingkan wajahnya ketika ketahuan oleh Sinta jika ia sedang memperhatikannya.

"Ada kotoran di matamu."

"Jinjja?"

Sinta buru-buru mencari cermin yang selalu ia bawa di dalam tasnya dan mengecek apakah benar yang Suga katakan. Ternyata ia sedang dibohongi.

"Yak! Kau bohong. Tidak ada apapun di mataku."

Suga tertawa karena berhasil mengerjainya.

"Mau saja aku tipu."

"Dasar menyebalkan. Sudahlah, jika tidak ada yang bisa aku kerjakan. Aku mau pulang saja, masih ada tamu di rumahku." Sinta melengos pergi meninggalkan Suga begitu saja.

My Love, My Favourite Idol (BTS x SVT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang