Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dokter Maharani tidak bisa ikut dalam team ..." tegas dokter Septian.
.
"Tapi dia yang terbaik ... " dokter Huda menyangkal
.
"Ya, dia yang terbaik,
tapi kali ini kita harus lebih effort untuk menolongnya ..."
.
"Maaf dok, sebenarnya ini kasus apa, siapa yang mau di otopsi, apa berkaitan sama dokter Maharani ?"
Arkhan si cerdas langsung menembak bossnya,
.
"Hmmmh ... Kecelakaan mobil itu bukan murni kecelakaan, tapi pembunuhan, dari kepolisian sudah ada pelimpahan kasus ke team khusus, permintaan orang besar jadi tidak bisa di tolak ..."
.
"Orang besar ... ?
tapi berita yang beredar tiga hari lagi mereka dimakamkan ?"
.
"Sorry banget dok ... ini maksudnya gimana dok ... ?
Mereka itu berarti ... lebih dari satu orang ... ? terus mau di sembunyikan penyebab kematiannya gitu ? "
.
"Yups ...
mereka berdua, Hernawan Syailendra dan Sundari Sandjaya "
.
"Syailendra ? ..."
.
"Yah ... kedua orang itu adalah orang tua dokter Maharani, jadi dia harus dikeluarkan dari team ..."
.
"Ya Tuhan ... keduanya ... !!!"
.
"Huuuft ... team khususnya apa sudah ada dok ..."
.
"Soal itu biasanya mereka yang datang ke kita, tugas kita cuma harus bicara sama tuan dan nyonya Syailendra, kenapa mereka bisa bernasib tragis begitu ..." demikian akhir dari perintah dokter Septian.
.
Di lain tempat Maharani Syailendra bersama Opa kesayangannya sedang menerima banyak tamu di rumah duka, meskipun jenazah belum datang akan tetapi dua peti mati sudah terbaring di ruangan besar itu.
Dia duduk diam tanpa ucapan apapun, tidak ada airmata karena hatinya terasa kosong, bertanya dalam hati apakah dia benar benar bersedih ? akan kah sama saja keadaannya dengan setelah kepergian orang tuannya yang memang tidak pernah benar benar ada untuknya ...
Kesedihan macam apa yang harus dia rasakan saat ini ?
Kekosongan apa yang sebenarnya saat ini sedang menyelubungi jiwanya ?