"Lo kenapa?" Heran Judith sesekali melirik ke arah Shannon dengan kaki yang masih fokus mengayuh sepedanya.
Shannon hanya terbengong, pandangannya kosong seolah berada di tempat lain.
"WOY" Judith meninggikan suaranya, membuat Shannon sontak kaget dan hampir jatuh.
Dengan cepat Judith menghentikan sepedanya dan menahan punggung Shannon yang hampir terjungkal dengan lengannya "Lo kenapa sih? Fokus anjir hampir jatoh nih" omel Judith masih dengan posisi yang sama.
Shannon mengerjap beberapa kali, otaknya mulai memikirkan hal-hal kotor setelah melihat album hitam tadi.
Begitu juga sekarang, dengan posisi sedekat ini entah kenapa Shannon merasakan debaran jantungnya tak karuan.
Shannon segera turun dari sepeda itu hingga tak sengaja menabrak dahi Judith.
"Argh" gaduh Judith memejamkan matanya.
Namun Shannon saking tak fokusnya dia bahkan tak merasakan rasa sakit "Shanon. Pulangnya. jalan aja" ucapnya dengan terbata-bata.
Judith mengernyit, dengan satu tangan yang memegangi dahinya dia menyaksikan Shannon yang berlari semakin jauh. "Kenapa sih tu anak" gerutu Judith.
***
"Wah anak papa memang berbakat. Mewakili sekolah ikut lomba basket nasional, Papa bangga." Tawa papa di ruang keluarga, merangkul sambil menepuk-nepuk punggung Judith dengan cukup keras.
Judith hanya bisa tertawa kaku mengiringi papanya, sambil menahan sakit di punggungnya. Papanya itu kadang tidak bisa mengontrol kekuatan.
"Papa, jangan keras-keran gitu dong" peringat mama.
Papa segera melepas rangkulannya dan tersenyum jahil. Sedetik kemudian dia menarik mama ke pangkuannya "Iya sayangku, lama banget aku nggak dimarahin sama kamu" Papa dengan perlahan mendekatkan bibirnya pada mama.
Sementara mama langsung menjauhkan wajahnya dan dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan diri dari rangkulan papa "Papa ada Judith!"
Judith menghela nafasnya, orang tuanya ini hanya bisa bertemu beberapa bulan sekali saja. Karena pekerjaan ayahnya sebagai abdi negara. Jadi tidak heran jika sekalinya bertemu mereka akan bersikap begini. Judith pun memaklumi hal itu.
Judith bangkit dari duduknya "Judith ke kamar aja" pamitnya. Meninggalkan mama yang berteriak memanggil-manggil namanya. Sedangkan papa dengan wajah gembiranya menciumi punggung mama.
Judith melirik sekilas dengan ekspresi muak melihat drama ini diulang-ulang. Tapi di sisi lain dia juga senang. Judith memasuki kamarnya dan merebahkan dirinya di kasur. Meraih handphonenya dari dalam tas yang sejak sore tadi belum dia sentuh sekalipun.
"Anjing" Judith melempar handphonenya, dengan kaget dia terduduk.
"Romi sialan" gerutunya.
Dia langsung mengembalikan tampilan handphonenya ke menu utama dan menelpon kontak dengan nama Romi.
Sesaat setelah telepon itu tersambung Judith kembali mengumpat "Lo kalau mau nitip file bilang dulu anjing"
Terdengar suara tawa Romi di seberang "Alah, lo kayak gak pernah gue titipin file aja"
Judith memijat pelipisnya, dia tak habis pikir dengan temannya ini "Hp gue tadi dipinjem Shannon" ucapnya.
Romi jadi merasa sedikit bersalah. "Waduh, Sorry deh. Apa gue ke rumah lo sekarang buat klarif, sekalian biar ketemu adik cantik itu lagi hehe" masih dengan candaannya.
Judith menghela napasnya, dia lalu menggeleng "Nggak usah, ada papa gue di rumah. Kalo lo kesini sekarang bisa-bisa lo pulang tinggal nama doang"
Romi seketika merinding, dia ingat terakhir kali dia ke rumah Judith dan bertemu dengan papanya, rasanya bagaikan bertemu dengan harimau besar.
"Gue sendiri yang bakal jelasin ke dia" ucap Judith diakhiri dengan helaan nafas lagi.
Telepon itu ditutup, lalu dia kembali merebahkan dirinya di kasur hingga tanpa sadar tertidur.
***
Pagi hari Judith berniat menemui Shannon sebelum berangkat sekolah. Namun niatnya menjelaskan jadi tidak pernah terwujud, hingga beberapa tahun berlalu Judith selalu kehilangan kesempatan bicara dengan Shannon. Bahkan sampai dia sengaja menunggu di depan pagar rumah Shannon pun dia tetap tidak bisa bicara.
Shannon secara terang-terangan menghindar setiap kali bertemu Judith, contohnya sekarang. Saat Judith sedang duduk di balkon kamarnya, Shannon yang baru membuka tirai jendelanya dengan segera menutup kembali tirai itu.
Hal ini benar-benar membuat Judith kesal, dirinya merasa dia sudah di cap sebagai orang mesum yang suka menonton dan menyimpan video dewasa.
"Sialan" kesal Judith sembari memukul samsak tinju yang ada di kamarnya.
Dia lalu merebahkan dirinya di kasur. Matanya tak sengaja melihat ke arah seragamnya yang sudah digantung rapi di depan lemari oleh mamanya.
Hari ini adalah hari terakhir libur kenaikan kelas. Besok dia sudah naik ke kelas 3 SMA. Memikirkan hal itu membuat Judith perlahan-lahan memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyamar : Cowok Feminim X Cewek Tomboy
RomanceShannon, adalah cowok yang berpenampilan seperti cewek. Tapi jangan salah faham! Dia terpaksa berpakaian seperti perempuan demi menjaga kejiwaan ibunya. Sejak kecil Shannon sudah didandani seperti perempuan, dia bahkan baru menyadari bahwa dirinya...