Jam pelajaran Shannon sudah usai, dia mengemasi buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Jujur dia sebenarnya ragu kalau Judith akan menjemputnya.
Shannon mendekatkan dirinya pada temannya yang kapan hari merangkulnya "Ririi, kamu tahu kelas 12 IPS 3 di mana enggak?"
Riri tampak berpikir, kemudian dia tertawa sambil memukul-mukul lengan Shannon "Kamu mau ke kelas pacarmu ya?" godanya.
Shannon segera menutup mulut Riri dan mengode untuk diam "Shhht, jangan keras-keras"
Riri memaksa melepaskan diri "Kenapa enggak boleh keras-keras? Bukannya kemaren kamu malah ngumumin tuh"
Shannon memanyunkan bibirnya "Judith kayaknya enggak suka"
"Enggak suka kamu?" tanya Riri seolah tak percaya.
Shannon menganggukkan kepalanya dengan murung.
"Kok bisa? kamu kan cantik... Ah! Apa dia normal?" Riri berspekulasi sendiri.
Sementara Shannon tertawa dalam diam karena spekulasi Riri salah. "Udah deh Ri, tahu kelasnya enggak?"
Belum sempat Riri menjawab sudah ada salah satu teman sekelas mereka yang memotong.
"Shannon! Ada pacarmu di luar" Teriak anak itu sambil terkekeh, merasa pasangan sejoli ini lucu.
Shannon melotot tak percaya, dia langsung meninggalkan Riri dan pergi ke luar.
"Lama" Celetuk Judith saat melihat Shannon baru saja keluar kelas.
"Aku kira... Judith enggak ke sini" Balas Shannon dengan nada tak percayanya.
Judith menegakkan dirinya. "Gue enggak pernah omong kosong doang"
"Ayo" lanjut Judith lalu berjalan mendahului Shannon.
Shannon mengikuti Judith dengan langkah terbengong, dia masih belum percaya Judith benar-benar mau menjemputnya.
Namun sedetik kemudian dia mempercepat langkahnya supaya berjalan beriringan dengan Judith. Shannon juga berusaha menggandeng tangan Judith di sepanjang jalan itu, tapi selalu ditampik mentah-mentah oleh Judith.
"Jangan nempel!"
"Ish"
***
Shannon selalu memperhatikan tiap gerak gerik Judith saat bermain basket. Kalau diingat-ingat lagi Shannon jadi teringat saat dulu pertama kali dia di ajak ke tempat latihan basket oleh Judith. Saat itu juga pertama kalinya hati Shannon dibuat berdegup kencang oleh Judith. Mengingat hal itu membuat Shannon jadi senyum-senyum sendiri.
"Hey" Segerombolan cewek menginterupsi bayangan Shannon.
Shannon melirik para cewek itu dengan alis berkerut, kemudian dia memilih diam mengabaikan mereka.
Tampaknya salah satu dari mereka dibuat kesal karena sikap Shannon. "Wah, belagu banget! Lo anak baru kan?"
Shannon masih tetap diam. Cewek itu tidak tinggal diam, dia menarik kerah baju Shannon hingga membuat Shannon berdiri. "Kalau ada kakak kelas tanya tuh di jawab!"
Shannon menampik tangan cewek itu dengan keras "Apa sih?!" Membuat cewek itu langsung kesakitan sambil memegangi tangannya.
"Na, lo nggak papa?" Tanya temannya dengan khawatir.
"Awsh gila sakit banget"
Shannon hanya menatap mereka dengan dingin. "Bukan salahku, lagi pula siapa yang lebih dulu narik-narik kerah orang!" Kesal Shannon.
"Ya tapi elo bikin kesel!"
Mereka beradu argumen dengan cukup keras, hingga menarik perhatian beberapa anak yang bermain basket di lapangan.
"Lagian lo ngapain di sini?!"
"Di sini tuh bukan tempat nongkrong!"
"Lo juga bukan anggota cheerleader kan!"
Shannon jadi makin kesal dengan rentetan interogasi dari mereka. Rasanya kesabarannya sudah hampir di ujung ledakan.
"Dia bareng gue"
Fokus semua orang langsung teralihkan ke arah suara itu.
"Judith?!"
"Ada masalah?" Tanya Judith dari bawah sembari berkacak pinggang mendongak ke atas.
Para cewek yang diketahui anggota cheerleader itu langsung ciut "Kita cuma nanya aja kok Jude"
Shannon langsung merengek "Judithh! Tadi mereka narik kerah Shannon"
Alis Judith berkerut, dia menatap dingin pada segerumbul cewek cheerleader.
"Tapi dia mukul lengan Nina juga!" Sanggah mereka tak terima.
"Kan kalian dulu yang narik kerah aku!" Balas Shannon.
"Lo juga di tanya malah belagu!" Kesal mereka.
Judith memijat pelipis kepalanya "Udah, udah!"
"Kalian bukannya mau latihan? kenapa malah ke sini" Tanya Judith. Sontak membuat segerombol anak cheerleader itu pergi.
Setelah semua cewek itu pergi, Judith beralih menatap Shannon.
"Apa?" tanya Shannon dengan cemberut.
Judith tak langsung menjawab. Dia diam beberapa saat sebelum berucap "Ayo pulang"
Shannon terkejut kenapa tiba-tiba pulang? "Bukannya baru mulai latihan?"
"Gue anter lo pulang dulu" Jawab Judith sambil menaiki tangga.
"Enggak mau! Shannon mau di sini" Tolak Shannon.
Judith tak mendengar ucapan Shannon, dia melanjutkan langkahnya keluar lapangan.
"Judith!" Panggil Shannon. Dengan terpaksa dia mengikuti langkah Judith yang sudah semakin jauh.
Tiba di parkiran Judith menyerahkan helm Shannon tanpa berkata apa-apa.
"Kenapa Shannon di paksa pulang? Bukan Shannon yang salah!" Gerutu Shannon.
Namun Judith tetap diam tak menjawab.
"Judith!" Pekik Shannon cukup kencang.
Judith menoleh, "Naik" Titahnya dengan dingin.
Bibir Shannon mencebik. Dia menaiki motor Judith dengan menahan tangis.
Ditahan bagaimanapun tetap saja di tengah jalan tangisnya pecah "Hiks..."
Judith mendengar suara senggukan, dia melirik dari kaca spionnya. Melihat Shannon yang mengusap air mata di pipinya beberapa kali membuatnya jadi sedikit merasa bersalah.
Judith memberhentikan motornya tepat di depan rumah Shannon.
Shannon langsung turun, dia melepas helmnya lalu memberikannya pada Judith.
"Judith bodoh!" makinya sebelum berlari masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Judith sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyamar : Cowok Feminim X Cewek Tomboy
RomanceShannon, adalah cowok yang berpenampilan seperti cewek. Tapi jangan salah faham! Dia terpaksa berpakaian seperti perempuan demi menjaga kejiwaan ibunya. Sejak kecil Shannon sudah didandani seperti perempuan, dia bahkan baru menyadari bahwa dirinya...