Happy Reading
*
*
*Hiruk-pikuk kelas pagi menjelang siang ini. Jarum jam menunjukan pukul sembilan, bel waktu istirahat berbunyi. Anak-anak ramai berlomba ke kantin. Namun berbeda dengan seorang gadis kecil bernama Helena. Ia duduk melamun di bangku. Hingga seorang anak laki-laki datang menanyakan keadaanya, Rendy namanya.
"Lena? Kamu kenapa?" tanya Rendy dan dibalas Helena dengan gelengan.
"Kamu kenapa? Kok murung gitu mukanya?" tanya Rasya menghampiri Helena.
"Ren jujur, kamu apain lagi si Lena," ucap Rasya menatap Rendy curiga.
"Apaan sih, Len aku nakalin kamu?" tanya Rendy kepada Helena.
"Enggak kok, Rendy gak nakal," jawab Helena
"Tuh kan, kamu kali yang nakal,"
"Len, aku buat salah? Kalo iya maaf ya,"
"Eh, enggak kok, kamu gak salah apa-apa Sya," ucap Helena cepat.
"Terus, siapa yang buat kamu sedih ayo bilang aja,"
"Iyaa, bilang aja. Nanti biar di hajar sama Asya,"
"Nggak ada yang nakalin aku kok, aku cuma sedih, aku mau pindah," lanjutnya menunduk sedih.
"Hah? Pindah kemana? Ngapain pindah,"
"Kata mama, kita pindah ke luar kota karena papa di tugasin di sana," jelasnya.
Catatan singkat keluarga Helena. Helena merupakan anak perempuan tunggal. Keluarga inti Helena hanya ada ia, ibunya, dan ayahnya. Ayahnya merupakan seorang polisi yang di pindah tugaskan di luar kota. Sebelumnya, ayah Helena juga di pindah tugaskan ke sini. Sehingga Helena adalah murid pindahan saat kelas dua.
"Yaaahh~ kok pindah sih," ucap Rasya ikut bersedih.
"Kamu di sini aja gak usah ikut pindah," celetuk Rendy.
"Terus nanti aku sama siapa? Kan aku masih kecil," ucap Helena bingung.
"Gimana sih Ren," ucap Rasya sambil memukul pelan lengan Rendy.
"Kantin?" ucap Rendy mengajak untuk mencairkan suasana.
"Kalian aja, aku bawa bekal," Helena mengeluarkan kotak bekalnya dari loker meja.
"Oke deh... yuk Sya,"
Rendy menggandeng Rasya, menariknya pergi menuju kantin. Helena melambaikan tangannya membalas lambaian tangan Rasya. Suasana hati Rasya mendadak berubah. Sedih rasanya harus berpisah dengan Helena. Rendy memperhatikan Rasya yang mendadak diam. Ia tahu Rasya memikirkan Helena. Namun ia lebih memilih diam, hingga mereka sampai di kantin.
"Sya? Kamu mau jajan apa?" tanya Rendy membuyarkan lamunan Rasya.
"Hah? Oh, gak tau, terserah deh," jawab Rasya seadanya.
"Idih kek cewe,"
"Lah, emang aku cewe!"
"Iya deh. Jadi mau jajan apa?"
"Terserah,"
Baiklah, Rendy menyerah untuk bertanya kepada Rasya. Ia menyuruh Rasya untuk duduk menunggunya di bangku kosong yang tersedia di kantin. Rasya menatap Rendy yang diam, sibuk memilih camilan di sana. Namun Rasya tidak mengetahui isi pikiran Rendy dalam diamnya.
Dalam diamnya Rendy yang tenang, ia berusaha memikirkan sebuah ide untuk membuat momen yang tidak akan pernah terlupakan bagi mereka. Ia juga sedih memikirkan ia akan kehilangan teman keduanya setelah Rasya. Baginya, Helena merupakan teman yang mampu merebut kepercayaannya. Sebelumnya, ia sangat tidak bisa mempercayai anak-anak lain selain Rasya. Ada sebabnya mengapa ia menjadi tidak bisa percaya dengan banyak orang, ah...ralat, kehilangan kepercayaannya terhadap orang lain.
"Sya?" Panggilan dari Rendy membuyarkan lamunannya.
"Gimana kalo kita kasih Helena sesuatu buat kenang-kenangan? Usulnya
"Ren! Kamu kok pinter banget sih, ya ampun kenapa aku gak kepikiran ya,"
"Yaudah, gimana kalo kita sekarang mikirin mau kasih Lena apa," ucapnya tersenyum.
"Iyaa," angguk Rasya ceria. Suasana hatinya perlahan mulai membaik.
"Nah, sekarang kita balik ke kelas yuk, makan bareng Lena," ajak Rendy.
"Yuk, eh aku ada ide, gimana kalo kita...."
Rasya mulai cerewet dengan segala ide yang ia keluarkan. Rendy dengan sabar mendengarkan semua isi pikiran Rasya, sesekali memberi saran. Mereka sibuk berbincang, tepatnya Rasya yang banyak berbicara sepanjang lorong perjalanan ke kelas. Hingga tibalah mereka di depan kelas, menghampiri Helena yang duduk sendiri memakan bekalnya. Tepukan di bahu, sedikit mengagetkannya.
"Len, ikut kita yah, kita harus buat kenangan yang banyaaak, sebanyak-banyaknya!"
"Kita juga mau kasih kamu hadiah, ya kan Sya?"
"Betul, kita jamin kamu bakal suka,"
"Iya, aku ikut,"
*
*
*"Sedih rasanya saat kita harus berpisah dengan seseorang yang sudah kita anggap dekat dengan kita. Teringat dulu suasananya yang tak rela tak mengenakan hati"
*
*
*Bersambung ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Terakhir (On Going)
RomantikTimbul dari matahari terbit, dan tenggelam oleh matahari terbenam. FAJAR sebagai awal pertemuan dan SENJA sebagai akhir dari pertemuan. Pertemanan bulan dan bintang yang dipertemukan sekaligus dipisahkan oleh matahari. Inginku sampaikan pesan bintan...