Senja Terakhir (On Going)

Bab 4 (Bosan)

Happy Reading

*

Derit suara dari pintu kayu yang terbuka. Menampilkan seorang anak laki-laki dengan kantong plastik putih ditangan kanannya. Ia disambut baik oleh anak perempuan yang menunggu di dalam, menyuruhnya segera masuk dan mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam kantong plastik putih itu. Duduk di bawah papan-papan kayu dengan beralaskan karpet merah tipis. Rendy, anak laki-laki itu mengeluarkan makanan ringan yang dingin, cocok dimakan saat-saat cuaca sedang terik... es krim.

Mereka menikmati dinginnya es krim yang mereka santap. Lagi dengan cuaca yang sedang panas-panasnya menambah kesan menyegarkan. Terik matahari semakin menjadi-jadi. Es krim yang mereka makan sudah habis. Sangat pengap dan sesak berada didalam. Ingin memutuskan untuk keluar tetapi sinar matahari dapat membakar kulit mereka. Akhirnya mereka tetap di dalam dengan bermodalkan buku sebagai kipas sekedar untuk memberikan sedikit udara.

Cukup lama mereka berbaring, rasa bosan melanda. Ingin rasanya mengusir rasa bosan ini, tapi tidak tahu harus melakukan apa. Rasa malas untuk bergerak lebih dominan. Rasya yang tidak tahan dengan rasa bosannya mengajak Rendy untuk bermain permainan papan. Ular tangga dengan dadu, permainan yang klasik. Namun cukup efektif untuk mengurangi rasa bosan.

Mereka bermain hingga banyak ronde. Dan ronde terakhir dimenangkan oleh Rendy. Tidak hanya bermain ular tangga saja, ada banyak permainan yang lain didalam rumah pohon itu. Seperti susun puzzle, jenga, catur, monopoli dan masih banyak lagi.

Dengkuran halus terdengar, mata yang terpejam dan mainan berserakan dimana-mana. Rendy dan Rasya tertidur pulas kelelahan dengan mainan berserakan di sekeliling mereka.

Lonceng berbunyi beberapa kali, menjadi alarm untuk mereka. Mata terbuka perlahan, mengedip beberapa kali sebelum bangun dan duduk. Mengucek matanya sebelum bangkit dan berjalan kearah jendela.

Di bawah, tali menjuntai dengan keranjang yang menggantung di ujung tali. Rendy menarik tali ke atas, dan terlihat dua kotak bekal dan secarik kertas.

Bunda membawakan sosis, susu, juga buah. Makanlah bersama Rendy.

~Dari bunda kalian tersayang

Begitu isinya. Rendy tersenyum, ia menghampiri Rasya berniat untuk membangunkannya untuk makan siang bersama. Memang benar ini sudah memasuki jam makan siang. Menggoyang-goyangkan tubuh Rasya yang tertidur. Cukup lama membangunkannya, karena Rasya sangat sulit dibangunkan. Rendy mengambil meja lipat kecil dan menaruhnya di tengah-tengah antara dirinya dan Rasya. Meletakan dua kotak bekal berwarna merah dan biru dimeja.

"Cuci muka dulu sana," suruh Rendy kepada Rasya, dan dengan raut wajah yang masih mengantuk Rasya pergi untuk membasuh wajahnya.

"Nih bagianmu," ucap Rendy menyerahkan sekotak bekal berwarna biru.

"Makasih," Rasya menerimanya.

Mereka makan dengan tenang. Tanpa adanya obrolan. Selesai makan, Rasya mengajak Rendy untuk beberes mainan yang tadi mereka mainkan kedalam kotak mainan. Hari sudah sore, keduanya keluar ruangan setelah selesai beres-beres. Menuju teras, duduk dengan kaki menjuntai ke bawah menggantung, sambil menatap langit berwarna jingga.

Ini yang mereka sukai setiap selesai bermain bersama. Menikmati keindahan langit jingga pada sore hari. Karena hari mulai semakin sore, dan hembusan angin makin terasa dingin, mereka turun dan pulang ke rumah dengan sepeda mereka.

*
*
*

"Masa kecil anak-anak generasi Z masih bisa dikatakan menyenangkan, bermain dengan berbagai jenis mainan yang bisa dimainkan dengan teman-teman"

"Di masa itu HP masih belum banyak digunakan oleh anak-anak sekolahan. Sekarang, HP seperti bagian dari hidup yang sangat penting, didukung oleh semakin berkembangnya teknologi"

*
*
*

Bersambung