Bab 6 (Hujan)

73 57 19
                                    


Happy Reading

*
*
*


Rintik-rintik hujan jatuh membasahi semua yang disentuhnya. Aroma khas tanah basah dapat dirasa. Jalanan rusak membendung air menjadikannya genangan. Bunyi gemercik air yang memercik, serta tawa anak-anak terdengar. Tiga anak kecil berjas hujan bermain di bawah rintik hujan. Bersepatu boot, melompat di genangan air, berlari kesana-kemari dengan bebas.

"Eh udahan aja yuk. Mau pulang sekarang," ajak salah satu dari mereka.

"Yaah~ bentar lagi dong Len. Kita kan masih belum ketemu kodoknya,"

"Aduuuh... Gimana yah, aku takut nih kalo dimarahi mama aku, kita udah main dari tadi loooh," cemas Helena.

"Eh iya juga, udah kelamaan mainnya. Sya! Pulang yuk, nanti dicariin bunda kalo kelamaan!" Teriak Rendy.

"Bentar lagi!" Balasnya teriak.

"Aku pulang duluan ya, takut banget sama mama, dadah~" pamitnya membuka payung, bergegas pulang.

"Hmm, hati-hati Len," ucap Rendy melambai kearah Helena.

Melihat Helena yang sudah berbalik pergi, Rendy menoleh kearah Rasya yang asik mencari kodok di dekat selokan. Berlari menghampiri, Rendy menepuk pundak Rasya, mencoba membujuknya agar berhenti mencari dan pulang. Namun Rasya menggeleng sambil mencibirkan bibirnya tanda ia enggan untuk menuruti Rendy. Rendy yang menyerah, akhirnya diam dan pasrah menunggu Rasya selesai dengan kegiatannya, sesekali Rendy ikut membantunya mencari disisi sebelah.

"Aduuh mana sih kodoknya. Mana airnya deres lagi," ucap Rasya frustasi.

"Gak nemukan, yuk udahan aja," ajak Rendy menggandeng tangan Rasya.

"Kita cari sebelah sana ya Ren, yah? Pliss~" Ucap Rasya memohon.

"Gak! Ini udah jam berapa Rasya. Kita harus pulang, nanti kalo sakit gimana? kelamaan main hujan," tolak Rendy menatap Rasya.

"Bentar aja loooh~ ya? Lima menit, kalo masih gak ketemu, kita pulang, janji deh ya?" Ucap Rasya tidak mau menyerah.

"Haah~ Oke, kalo gak ketemu juga, kita pulang," final Rendy.

"Yeyy makasih Ren hehe," ucap Rasya dengan cengirnya.

'Miaww~' Baru saja mereka berjalan beberapa langkah, terdengar suara nyaring.

"Eh, Ren? Kamu dengar gak?" Tanya Rasya berhenti berjalan.

"Iya, kucing?" Ucap Rendy menatap Rasya.

'Miaww~' Lagi, suara itu terdengar makin jelas.

"Eh itu anak kucingnya nyangkut di selokan, Sya!" Ucap Rendy menunjuk kearah selokan.

Air mengalir dengan derasnya. Anak kucing mengeong pilu meminta tolong. Badan yang tersangkut, serta air yang semakin lama semakin menenggelamkannya, membuatnya tampak lemas. Rendy dan Rasya bergegas berlari ke selokan, menghampiri si anak kucing. Berpikir mancari ide bagaimana untuk mengambil kucing tersebut. Rasya menunduk, mengulurkan tangannya, menopang tubuh si kucing lewat celah besi yang sedikit lebar, agar si kucing dapat bernapas.

Tubuhnya yang mungil menggigil, dapat dirasakan Rasya. Rendy memegang kepala kecil si kucing, dan menariknya dengan hati-hati, yang dibantu oleh rasya dari bawah. Akhirnya, anak kucing itu berhasil selamat dari terjangan derasnya arus air selokan. Rendy memeluk, serta mengelus sayang anak kucing mungil itu. Suara mengeong masih terdengar terus-menerus dengan tubuh yang masih menggigil.

"Cup, cup, cup meong, sekarang udah aman," ucap Rasya menenangkan.

"Bawa pulang Ren, kasian kedinginan," usulnya.

"Iya, yuk sekarang pulang," ucap Rendy menyetujui.

Sebuah payung berwarna kuning, yang bersandar pada bangku kayu dimekarkan. Menjadikannya sebagai pelindung dari rintik-rintik hujan yang jatuh membasahi bumi. Rasya membawa payung di antara mereka. Rendy menggendong anak kucing itu. Tubuhnya bergetar dan bulu-bulunya basah. Rendy mendekapnya erat berharap bisa memberinya kehangatan.


*
*
*

"Mandi hujan. Dulu saat kita masih kecil, pada musim hujan, kita bermain dibawah guyurannya. Bermain Sampai lupa waktu dan berakhir sakit"

"Masih ingatkah perkataan bunda saat pulang dengan keadaan basah? Dengan kemoceng di tangannya, atau sapu lidi?"

*
*
*

Bersambung

Senja Terakhir (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang