Prolog

153 115 29
                                    


~ Sapa awal pertemuan, jabat tangan awal perkenalan, senyum awal pertemanan ~

.
.
.

Hangatnya sinar mentari menerobos masuk dari jendela kayu. Menyinari lukisan usang yang terlihat mulai pudar warnanya. Nampak pada kanvas itu lukisan seorang anak perempuan dengan seorang anak laki-laki sedang berlari di hamparan rumput yang hijau nan indah. Dalam lukisan terlihat rumah pohon yang terbuat dari kayu jati dengan pagar pembatas di setiap sisinya, dan dua ayunan sederhana di bawahnya. Tawa bahagia dapat terdengar oleh siapa saja yang melihat lukisan tersebut. Lukisan usang yang ditinggalkan, yang warnanya terlihat mulai pudar tertutupi oleh debu.

Dibawah sinar matahari, dua anak kecil berlarian kesana kemari. Mereka tertawa bahagia berlarian, dengan kincir angin mainan yang terbuat dari kayu dan plastik ditangan mereka. Angin berhembus membuat kincir berputar. Matahari di langit semakin terik, hawa panas semakin menyengat. Langkah-langkah mereka semakin melambat, lelah mulai mereka rasakan. Dibawah bayang pohon yang rindang, semilir angin berhembus menerpa dua anak kecil yang sedang berteduh. Berbaring di hamparan rumput hijau, berehat sejenak sambil menatap awan di langit. Sapuan angin yang lembut membuat rasa kantuk datang menyelimuti mereka. Nyanyian burung-burung kecil menjadi melodi indah yang menggiring mereka menuju ¹bunga tidur.


*
Z
.
Y
*


"Beritahu aku, adakah persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan?" ~Zeyaskara Pluvioautophile.

¹bunga tidur (mimpi)

Senja Terakhir (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang