♡ Five ♡

439 76 19
                                    

.
.
.

Author Pov

Sepulangnya dari mall dan mengantar Pharita dengan selamat, Rora tidak langsung pulang ke apartement. Ia berjalan-jalan ditaman kawasan apartementnya. Rasanya begitu tenang memandang warna hijau yang luas membentang. Rora juga memandang langit yang gelap namun dihiasi bintang-bintang yang bersinar indah.

"Ram, apa elu jadi salah satu dari bintang itu?" Gumam Rora bermonolog sendu.

Entah kenapa pandangan Rora berhenti pada anak kecil yang menenteng kresek putih seperti dari minimarket. Potongan kenangan terlintas di kepala Rora. Kenangan di kehidupan lalu nya berputar, Rora dengan wajah babak belur harus membeli minuman alkohol dan makanan yang di pesan oleh ayah Rora. Air mata Rora menetes tanpa sadar, Rora ingin menghampiri anak kecil tersebut yang terlihat kesusahan. Namun belum sempat Rora berjalan, ada seorang wanita menghampiri anak kecil itu.

"Aish sini bunda saja yang pegang. Itu berat"

"Adek aja, adek bisa kok bunda" Jawab anak itu tersenyum cerah.

Hati Rora lega dan ikut tersenyum melihat wajah cantik anak kecil tersebut. Rasa hangat menjalar di hati Rora. Bayang-bayang wajah Rami yang tersenyum pun muncul di benak Rora.

Apakah benar jika cinta Rora telah habis di satu orang dan orang itu Rami? Apa benar kata orang-orang jika sekarang Rora hanya melanjutkan hidup?

Dalam hidupnya Rora tidak pernah menyangka akan jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Sahabat yang selalu menemaninya, tempatnya berbagi dan tempatnya bersandar. Tidak pernah Rora jatuh cinta sehebat dan sedalam itu. Bahkan Rora bisa merelakan apapun hanya demi Rami. Tapi kenapa takdir begitu jahat padanya.

Rora meremas kuat jemari-jemarinya, perasaan ini muncul kembali. Rasa hampa dan kesepian itu datang lagi. Rora berjalan lemah mencari bangku agar ia bisa duduk, rasanya kaki Rora tidak bisa menopang berat badannya.

Rora langsung duduk di salah satu bangku kosong di taman itu. Angin malam menerpa tubuh dan wajah Rora. Bulir air mata pun lolos dari mata Rora. Rasa sakit memenuhi dadanya, sangat hampa seperti semua kebahagian dalam hidupnya hilang.

"Ram, apa cinta gue ke elo terlalu besar? Sampai gue takut perasaan gue ke Ahyeon gak sekuat itu. Gue takut salah ngertiin perasaan gue sendiri" Ucap Rora pelan, Rora mendongakan wajahnya. Mencoba agar air matanya tidak turun dengan deras.

"Gue udah coba buat ikhlasin lo Ram. Tapi hati gue, hati gue gak sanggup Ram. Cuma elo yang selalu penuhi hati dan pikiran gue" Rora akhirnya terisak, perasaannya benar-benar sakit.

"Kenapa Tuhan harus ambil elo dari gue. Bahkan di kehidupan ini Tuhan gak ngijinin gue mencintai elo" Rora menangis pedih sambil menutup matanya dengan tangan, badannya bergetar. Orang yang sesekali lalu lalang menyadari tangisan Rora tapi mencoba untuk tidak memperhatikan Rora. Mereka paham setiap manusia pasti pernah ada di titik terendah dalam hidup.

Rora yang begitu dingin, anti romantic, begitu benci romansa dan sejenisnya jatuh hati pada Rami sahabatnya sendiri. Walau mereka selalu berdebat, selalu bertengkar dan berbalas umpatan. Tapi Tuhan hadirkan perasaan itu pada Rora. Bukan perasaan sayang atau belas kasih biasa sebagai sahabat. Rora bisa melakukan apapun untuk Rami, mampu merelakan apapun untuk Rami, bisa terluka demi Rami. Perasaan yang tidak pernah Rora harapkan itu hadir dalam hatinya.

Rora masih menangis kencang, isakannya terdengar menyakitkan. Rora begitu merindukan Rami. Dan akan terus begitu, mungkin selamanya akan tetap sama.

Namun Rora merasa ia tidak pantas terus bersama Ahyeon sedangkan ia tidak bisa merelakan Rami. Takdir yang rumit diantara mereka membuat Rora sesak. Perasaan aneh yang muncul saat bersama Ahyeon belakangan ini juga menganggu Rora. Ia tidak bisa mengartikan perasaan itu. Rora sangat menyayangi Ahyeon, akan menjaga Ahyeon apapun yang terjadi. Tapi apakah benar semua tindakan mereka selama ini. Apa benar ini baik untuk mereka?

Apakah benar saat mereka tidak saling mencintai namun mereka harus terikat dengan ikatan pernikahan? Semua itu sangat membebani Rora. Ia tidak ingin menyakiti Ahyeon, ataupun dirinya sendiri. Hanya karena benang takdir yang tertaut pada jari mereka, mereka harus mengorbankan banyak hal?

Rora coba menenangkan diri, ia mengusap air matanya dan cairan dari hidungnya. Sepertinya Rora harus membicarakan banyak hal lagi dengan Ahyeon. Rora harus bersiap dengan apapun respon Ahyeon nanti.

Rora bangun dengan gontai, ia berjalan ke pintu masuk apartemen sebelum dia melihat Ahyeon seperti sedang berdebat dengan seseorang. Rora memicingkan mata, mencoba mengenali siapa orang yang bersama Ahyeon. Rora cepat-cepat mendekati kedua orang itu, dan bersembunyi agar tidak ada yang menyadari kehadirannya.

"Ahyeon dengerin gue dulu" Ucap seorang pria. Rora tau siapa pria itu dari suaranya.

"Apalagi yang harus gue denger? Minggir" Ucap Ahyeon tegas, Rora mengintip dan menatap marah kearah tangan pria itu yang mencengkram erat tangan Ahyeon.

"Gue minta maaf atas semua yang gue lakuin ke lu. Gue mau perbaiki semua kesalahan gue. Gue mau tanggung jawab dan nikahin elo" Kata-kata pria itu makin membuat darah Rora mendidih. Pria itu adalah mantan Ahyeon, Jay. Pria brengsek yang meninggalkan Ahyeon saat mengandung anaknya.

"Nikahin gue? Lu gila ya? Gue mau nikahnya sama Rora, bukan sama lo. Lepas gak!" Hardik Ahyeon yang emosi, wajahnya sampai merah padam.

"Apa yang lo dapetin dari nikahin dia? Dia cewek dan lo juga cewek. Gila ya dunia sekarang, hubungan begini malah didukung" Ucapan Jay sangat menyakiti hati Rora ataupun Ahyeon. Dengan marah Ahyeon melayangkan tangannya ke pipi Jay.

"Rora seribu kali lebih baik dari pada elu. Tolol banget gue pernah kecintaan sama cowok brengsek kaya lu. Jangan pernah lu temuin gue lagi. Lu tau kan siapa gue?" Ahyeon mendorong Jay yang menatap Ahyeon marah setelah ditampar dengan keras.

Ahyeon berjalan cepat untuk masuk ke gedung apartement. Rora lalu keluar dari tempat sembunyinya. Ia mendatangi Jay tanpa rasa takut. Ia memukul kepala Jay dengan keras dan menampar Jay sekali lagi.

"Kalo sampe gue liat lu deketin Ahyeon lagi, tangan dan kaki lu bakal gue patahin" Ucap Rora dingin dan berjalan meninggalkan Jay seraya menabrakan bahu mereka dengan keras.

Rora masuk ke apartement dan memeriksa seisi rumah mengecek Ahyeon. Dalam diam Rora mendengarkan suara air dari kamar mandi menandakan Ahyeon ada didalamnya.

Rora kembali ke dapur dan mengambil minuman dingin dari dalam kulkas. Rora pun melepaskan jaket yang menempel pada dirinya dan meletakannya di keranjang cucian.

Hampir 40 menit tiada suara dari kamar mandi membuat Rora cemas. Rora takut pertemuan Ahyeon dengan Jay membuat Ahyeon terguncang. Lagi pula Ahyeon tidak pernah selama itu dalam kamar mandi.

Rora pun berinisiatif memanggil Ahyeon, Rora mengetuk pintu kamar mandi.

"Ahyeon lu mandi kah? Buru gue kebelet" Pancing Rora agar Ahyeon menyahut.

"Ahyeonnn, cepetan!" Lagi Rora mencoba memanggil Ahyeon tapi belum ada respon.

"Ahyeon please lu ngapain sih didalem. Jawab gue kek" Rora mulai tidak sabar dan menggerakan kenop pintu kamar mandi.

Rora menunggu beberapa menit namun masih saja tidak ada suara dibalik kamar mandi. Tepat setelah air mengalir dari dalam kamar mandi dan mengenai kaki Rora.

"AHYEON" Panik Rora langsung berlari dan mencoba membuka pintu kamar mandi dengan segala cara. Rora coba mencari kunci cadangan namun nihil.

"SHIT, AHYEON LU NGAPAIN?" Rora berteriak hampir menangis. Ia mengambil tongkat baseball dari gudang dan memukul kenop pintu berkali-kali dengan panik dan tangisannya yang terdengar makin kencang.

Rora melayangkan pukulan keras ke kenop pintu, walau tangannya sakit dan pegal, dia tidak menyerah hingga akhirnya kenop pintu itu hancur.

"AHYEONNNN" Rora mendobrak pintu itu dan melihat air tergenang dikamar mandi.

To Be Continued

Haihai..
Maaf banget baru muncul lagi, aku sibuk banget. Ini aku sempetin buat lanjutin cerita ini. Semoga sesuai harapan kalian. Tenang aja tidak ada konflik berat, fokus untuk cara Rora dan Ahyeon sembuh dari luka mereka ❤💙
Happy weekend dan semoga hari kalian menyenangkan
Annyeong..

COUPLE GAJE - ROYEON PINKSOZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang