TTN 1

159 19 20
                                    

"Aish, kapan?" Tanya Edy saat Aisha menghampirinya yang tengah memanaskan mesin mobil tuanya pagi ini.

"Kapan apa, Pa?" Tanya Aisha tidak mengerti.

"Kapan ngenalin calon mantu Papa?!"

"Papa...." Aisha geleng-geleng kepala.

"Papa mau ngomong serius soalnya sama dia."

"Heh?!" Aisha mengerutkan keningnya.

"Papa mau titipin putri kesayangan Papa ini sama dia. Mau minta dia sayangi dan cintai kamu sepenuh jiwa dan raganya."

"Kata Aish juga Papa cariin aja. Aish terima beres." Timpal Aisha begitu saja.

"Yakin?"

"Yakin. Aish percaya jodoh yang dipilih Papa adalah jodoh terbaik buat Aish."

"Oke. Kalau gitu Papa mau cari calon mantu sendiri. Bener ya? Nggak akan nolak kalau misal Papa udah dapat calon mantu yang sreg buat Papa?!" Edy menyakinkan.

"Iya." Angguk Aisha. "Ya udah ahh Aish berangkat dulu. Udah siang nih, takut kesiangan." Pamit Aisha sembari mengulurkan tangan hendak menyalami Edy.

"Ya udah sana. Selamat bekerja putri kesayangan Papa."

"Makasih, Papa. Papa baik-baik ya di rumah." Pesan Aisha.

"Iya, Sayang." Sahut Edy sembari mengulas senyum simpulnya.

Aish melangkah menuju pintu pagar rumah Edy untuk segera menghampiri driver ojek online yang sudah menunggunya itu.

***

"Si Aish atuh suruh jadi panitia."

"Udah tapi dia nolak. Nggak mau cenah. Terima beres aja."

"Terus siapa atuh?" Tanya Ali.

"Nggak tau."

"Aku coba kontak anak-anak yang sekiranya free deh."

"Dan usahain yang standby di Sukabumi. Biar gampang." Tekan Rudi.

"Ohh iya. Oke."

***

"Gini nih kalau hari Senin, vibes nya selalu nggak santai." Seloroh Widi.

"Kerjaan padat merayap ya?" Tanya Aisha memastikan.

"Emang." Sahut Widi cepat. "Ehh makan yuk?!" Ajaknya kemudian.

"Duluan."

"Kamu nggak makan?" Tanya Widi sembari menatap seksama Aisha.

"Lagi bayar hutang puasa." Jawab Aisha sembari mengulas senyum

"Soleha sekali temanku ini." Puji Widi.

"Namanya juga hutang, ya harus dibayar."

"Iya sih. Mana bentar lagi ya?!"

"Nah itu."

"Ntar kalau bayar hutang puasa lagi ajak-ajak kek biar ada temen." Ujar Widi kemudian.

"Oke,siap."

"Ya udah aku makan siang dulu ya?!"

"Hati-hati, Wid." Ucap Aisha yang langsung diangguki Widi.

Selepas Widi pergi, Aisha mengeluarkan ponsel dari laci meja kerjanya. Ia memang terbiasa menyimpan ponsel pintarnya di laci selama ia mengerjakan pekerjaan. Baru ia sentuh ponsel itu jika tiba-tiba ada telepon atau pesan masuk yang urgent, jam istirahat dan tentunya jam pulang kantor.

Aisha menghela nafas saat lagi-lagi ia diminta menjadi panitia acara reuni yang bertepatan dengan acara pentas seni sekolah SMA nya dulu. Aisha mendadak merasa malas. Bahkan ia sendiri belum tahu akan hadir atau tidak di acara tersebut.

Tiba-Tiba NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang