"Duuh wajah baru nih warungnya." Seloroh Esih, tetangga rumah orangtua Rendra.
"Iya."
"Makin nyaman jadinya belanja teh."
Rendra tersenyum simpul. Ia memang sengaja mengganti warna cat tokonya kemarin. Yang semula warna cerah menjadi dominan warna pastel. Karena yang ia tahu Aisha sangat suka perpaduan warna pastel.
"Ini aja, Bu?" Tanya Rendra.
"Iya."
"Totalnya jadi dua puluh lima ribu."
"Ini, Ndra."
"Sekalian pulsanya?" Tanya Rendra sembari menerima lembaran uang dari pembelinya.
"Masih ada yang kemarin juga."
"Ohh iya."
Rendra benar-benar mengadaptasi konsep mini market. Selain jualan produk fisik ia pun melayani pembelian dan pembayaran online.
Rendra mengedarkan pandangan. Memorinya berkelana ke masa beberapa tahun yang lalu.
***
Masuk ke SmanSu memang cita-citanya dari kecil. Meski berjarak hampir 20 km dari rumahnya, itu tidak menyurutkan keinginan Rendra bersekolah di sana. Sampai akhirnya ada saudara jauh yang menawarkan tempat tinggal untuk Rendra selama bersekolah di sekolah favorit tersebut.
Daripada ngekost, begitu ujar beliau saat itu.
Tentu saja itu disambut baik Rendra terlebih orangtua Rendra. Maklum mereka hanya keluarga sederhana dari sebuah desa di Kabupaten Sukabumi.
Hari-hari pertama mulai dijalani. Masa perkenalan lingkungan sekolah begitu melelahkan namun berkesan bagi Rendra. Maklum ada satu sosok gadis yang mencuri perhatian Rendra dari semenjak apel pembukaan masa orientasi siswa tersebut.
Diam-diam Rendra memperhatikan gadis itu setiap ada kesempatan. Bukannya tidak ingin mengajaknya berkenalan, akan tetapi gadis itu selalu dikawal ketua gugusnya.
Sampai akhirnya samar Rendra mendengar jika sang ketua gugus itu adalah kekasih gadis tersebut. Rendra pun harus mengubur angannya untuk dekat dengan gadis itu meski mereka satu kelas.
Tapi ternyata sulit bagi Rendra mengalihkan perhatian dari gadis bernama lengkap Aisha Nur Aulia itu. Karena meski ia tahu gadis itu memiliki kekasih, Rendra tetap berharap.
Pacaran bisa putus kan?! Batin Rendra.
Dan semesta seolah sedang berpihak padanya. Perlahan harapnya terwujud, tepatnya semenjak kakak kelas yang pernah menjadi ketua gugus Aisha itu lulus. Aisha tampak 'available'. Rendra pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia mencoba mendekati Aisha.
Dan entah bagaimana pastinya, tiba-tiba saja sesaat setelah kedatangan siswi baru, ia dan Aisha tergabung dalam satu kelompok main yang didirikan Tiwi, sang siswi baru. Jelas itu membuat Rendra kegirangan.
Satu circle. Otomatis komunikasi mereka menjadi lebih intens dari sebelumnya. Waktu bersama pun menjadi lebih banyak sehingga kedekatan pun semakin terasa.
Seperti saat mereka berangkat study tour ke luar kota, mendadak ia mendapati Aisha tampak bersedih sesaat setelah menerima telepon. Ia pun memberanikan mendekat dan bertanya sebagai seorang laki-laki pada seorang perempuan. Bukan teman main.
"Mama katanya masuk rumah sakit." Lirih Aisha dengan mata berkaca-kaca. Rendra yang peduli itu pun mencoba menghibur Aisha selama study tour. Tidak pernah ia tinggalkan Aisha seorang diri selama tiga hari dua malam itu.
Perlahan tapi pasti mereka pun benar-benar dekat. Jelas itu membuat Rendra sangat ingin utarakan perasaannya tapi sungguh ada ketakutan cintanya bertepuk sebelah tangan. Dan jika memang cintanya tidak berbalas, ia takut Aisha malah menjauhinya. Ia takut kehilangan momen kebersamaan dengan Aisha. Akhirnya ia putuskan untuk memendam rasa yang dimilikinya.
Karena dengan seperti ini saja, meski tidak pernah terucap kata cinta, Rendra merasa sangat bahagia bisa dekat dengan Aisha. Bahkan seperti tidak ada jarak sama sekali. Sampai orang-orang mengira mereka adalah sepasang kekasih. Dan yang paling membuat Renda senang, Aisha sama sekali tidak membantah kabar yang beredar, Rendra di atas angin.
Rendra benar-benar merasa memiliki dan dimiliki Aisha. Seperti hari ini, Aisha berhambur memeluk dirinya saat ia dan teman-temannya datang untuk takziah saat ibu gadis itu meninggal dunia. Aisha menangis tersedu-sedu dalam pelukannya. Dari semenjak itu Rendra berusaha selalu ada untuk Aisha.
Tapi tiba-tiba Aisha malah mulai menjauh. Rendra otomatis kehilangan. Sempet Rendra pancing Aisha, ingin tahu mengapa gadis itu berubah sikap. Tapi Aisha tidak mau menjawab.
Akhirnya Aisha benar-benar menjaga jarak. Karena tidak tahan Rendra pun siap mengutarakan yang selama ini ia pendam. Ia percaya diri Aisha bisa menerimanya karena berkaca pada kedekatan mereka sebelumnya.
Tapi belum sempat Rendra utarakan perasaannya, Aisha tiba-tiba berkata di depan yang lain termasuk dirinya kalau gadis itu sedang tidak ingin berpacaran dulu saat ini. Dan menegaskan jika mau serius, silakan datang ke orangtuanya dengan catatan sudah mapan.
Rendra menghela nafas. Ia merasa kecewa karena saat ia sudah siap ungkapkan semua perasaannya, gadis itu malah membuat benteng pertahanan. Rendra mencoba menerima dan mulai mencari cara. Tapi karena terkontaminasi rasa kecewa, realita tidak sesuai ekspektasi, ia pun sulit berpikir jernih.
Rendra berusaha biasa di depan Aisha dan juga yang lainnya pasca kejadian Aisha membuat statement tersebut. Ia lakukan itu agar bisa tahu alasan mengapa Aisha tiba-tiba berkeputusan seperti itu. Akan tetapi tidak ada info yang bisa ia gali. Aisha yang sudah berjarak itu kini juga tertutup. Tidak seriang dulu dan tidak seterbuka dulu. Yang ia dengar sore itu hanya sebuah keinginan Aisha mengenai usaha di masa depan. Mini market sendiri.
Dari situlah Rendra berusaha merajut asa mendekati Aisha dengan cara mewujudkan impian gadis itu. Fokusnya kini bukan lagi sekolah kedinasan ketika lulus nanti akan tetapi berwirausaha.
Jelas keputusan Rendra itu membuat orangtua terutama ayahnya kecewa. Beliau sangat ingin Rendra menjadi orang sukses yang bisa mengangkat derajat orangtua dan keluarga dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi terlebih Rendra selama ini merupakan bintang kelas.
Tapi Rendra yang sudah bulat tekad tetap pada keputusannya. Selepas lulus ia menghilang dari teman-temannya. Ia berusaha membangun usaha dari nol. Bahkan mungkin dari minus karena modal awal ia dapat dari hasil pinjam pada kakak satu-satunya.
Rendra lalu memanfaatkan tempat yang ada. Kamarnya yang berada di bagian depan rumah itu ia bagi menjadi dua, setengah untuk buka warung camilan ala mini market, setengah lagi untuk tempatnya beristirahat.
Konsep mini marketnya terbilang setahap demi setahap dilakukan oleh Rendra. Mulai dari penataan barang lanjut ke aplikasi kasir. Sehingga yang belanja akhirnya mendapatkan struk. Jelas itu menarik perhatian dan menarik orang sekitar terlebih anak-anak untuk berbelanja di warung mini marketnya Rendra. Berhubung saat itu di wilayahnya belum terjamah mini market seperti si merah dan si biru yang sudah bertebaran di area perkotaan.
Ayah Rendra belum bisa terima. Sampai akhirnya beliau jatuh sakit dan meninggal dunia. Ada rasa bersalah hinggap di diri Rendra tapi saat ingat tujuannya, ia pun berusaha menghapus rasa bersalah itu.
Usahanya perlahan membuahkan hasil. Rendra berusaha sehemat mungkin. Keuntungan yang ia dapat ia putar menjadi modal usaha. Akhirnya kamarnya full ia gunakan untuk usaha. Sedang dirinya pindah ke kamar belakang yang sebelumnya kamar kosong.
Dari awalnya hanya camilan anak-anak akhirnya Rendra bisa menambah varian produk. Ia tambah dengan sabun-sabun, minyak goreng, mie instan juga produk digital seperti pulsa, paket data dan juga token listrik.
Berproses. Tapi Rendra bangga. Kini pendapatannya bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya sehingga ia percaya diri bertemu dengan Aisha dan menunjukkan hasil kerja kerasnya selama ini.
***
Ini untuk kamu, Aish... batin Rendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiba-Tiba Nikah
RomanceTiba-tiba saja nikah. Sontak bikin geger para pemuja, baik yang terang-terangan sampai yang diam-diam memuja dari jauh. Tapi bagaimana ceritanya jika Aisha ternyata mempunyai 'cerita yang belum tamat' sebelumnya? mampukah ia menamatkannya atau mala...