TTN 2

64 14 10
                                    

Kebetulan aja kali ya?! Batin Aisha yang terus saja berisik semenjak tadi.

"Udah salatnya, Aish?" Tanya Edy menyambut kedatangan Aisha yang baru kembali dari Musala.

"Udah, Pa."

"Ayo duduk." Edy mempersilakan putrinya untuk bergabung.

"Iya."

"Hai, Aish... Apa kabar?" Sapa laki-laki yang seperti Edy bilang, masih muda dan seumuran dengan Aisha.

"Baik."

"Ehem...." Risti berdehem, menggoda.

"Kok kayak udah kenal?" Tanya Edy sedikit penasaran.

"Iya, Pak Edy. Ternyata mereka ini dulu katanya satu sekolah bahkan satu kelas." Papar Eko.

"Oya?! Oalah...." Edy tampak berbinar menatap putri juga laki-laki muda yang duduk tepat di hadapannya itu. "Temen sekelas toh? Apa temen deket juga?" Selidik Edy kemudian. Laki-laki muda itu pun terkekeh sedang Aisha berusaha tetap tenang.

"Temen sekelas aja, Pak. Saya nggak berani deketin Aisha waktu itu. Nggak pede." Jawabnya begitu saja.

"Kenapa?" Tanya Edy penuh tanda tanya.

"Bukan levelnya Aish. Iya nggak, Aish?!" Tanyanya sembari melirik Aisha. Sontak orangtuanya tergelak sedang Edy semakin mengernyitkan kening.

"Kamu sih...." Ledek Risti.

"Biasa, Pak Edy. Belum mikirin masa depan dia tuh kalau waktu itu. Mikirinnya main." Timpal Eko seolah mencoba menjelaskan.

"Jadi kapan ini teh?" Tanya Risti kemudian.

"Kapan aja aku mah siap." Jawabnya cepat membuat Aisha melongo.

"Besok juga siap?" Goda Eko.

"Hah?!" Ia membelalakkan beberapa detik. "Boleh kalau Aisha nya mau dan semua merestui." Sambungnya kemudian.

"Tuh Aish, ada yang kebelet nikah sama kamu." Seloroh Risti begitu saja.

Aisha semenjak tadi membisu. Ia hanya tersenyum tipis sedikit meringis menanggapi ucapan demi ucapan yang ia dengar.

"Lebih cepat memang lebih baik." Timpal Edy.

"Iya, Pak. Saya setuju." Sahut laki-laki yang mempunyai tinggi hampir 170 cm itu.

"Emang maunya kamu itu mah." Guyon Eko yang membuat putranya itu nyengir.

Aisha susah payah menarik nafas panjang. Raditya, salah satu teman SMA nya dulu. Teman satu angkatan bahkan satu kelas. Sebenarnya mereka jauh dari kata dekat, mereka hanya kenal biasa. Meski mereka beberapa kali sempat tergabung dalam satu kelompok belajar atau tugas lainnya.

Lama tidak ada kabar siapa sangka mereka bertemu petang ini. Bukan hanya bertemu tapi juga membahas sebuah rencana pernikahan.

Si Radit nggak salah? Batin Aisha.

"Aish, lagi ada kontrak kerja yang mengharuskan single dulu nggak?" Tanya Eko memastikan.

"Aish kebetulan sudah diangkat jadi karyawan tetap per tiga bulan yang lalu." Edy yang cepat menjawab.

"Waah udah boleh nikah dong ya sama perusahaan." Seru Eko.

"I-ya." Angguk Aisha pelan.

"Gas berarti gas." Cetus Raditya.

"Apa yang digas, Dit?" Tanya Eko sembari melirik putra semata wayangnya itu.

"Otw ke KUA nya." Jawab Radit enteng.

Tiba-Tiba NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang