Aisha yang terdiam beberapa saat itu tiba-tiba tersadarkan oleh deringan dari ponsel yang masih dalam genggamannya.
"Halo, Ca." Sapa Aisha saat menerima panggilan dari Aca, salah satu teman dekatnya dulu.
"Aish, kamu baik-baik ya di sana. Kamu harus kuat, jaga kesehatan juga."
"Iya."
"Nanti aku pulang, kita wajib ketemu."
"Iya. Emang kapan kamu ke Sukabumi?"
"Paling nanti sekalian reuni." Jawab Aca yang memang bekerja di salah satu perusahaan di Semarang.
"Ohh..."
"Nggak sabar ketemu."
"Kita ketemu di lain tempat aja ya?!" Ujar Aisha tiba-tiba.
"Maksudnya?" Tanya Aca cepat, tidak mengerti.
"Aku nggak tau datang atau nggak soalnya ke acara reuni. Males banget."
"Aish....?!"
"Kondisinya juga pasti gitu aja." Nada bicara Aisha terdengar hopeless.
"Ya semoga waktu bisa mengubah, Aish. Lagian.... Masa sama temen kayak gini terus?!" Ujar Aca. Aisha bergeming, tidak merespon. "Ehh iya bokap sakit apa kemarin?" Aca pun segera mengalihkan topik.
Obrolan dua sahabat itu terus bergulir. Risti yang hendak menghampiri menantunya itu sampai mengurungkan niat terlebih melihat Aisha tampak lebih lepas berbagi cerita dengan seseorang di telepon. Dan samar Risti mendengar suara penelepon adalah perempuan jadi ia merasa tenang.
"Ya udah, udah dulu ya. See you Aish."
"See you too, Aca."
Apa aku datang aja ya? Mungkin ucapan Aca bener. Siapa tau bisa memperbaiki. Lagian kondisinya sekarang kan udah jauh beda. Batin Aisha.
"Ca." Aisha langsung menelepon balik Aca saat itu juga.
"Kenapa, Aish?" Tanya Aca khawatir karena tidak lama kemudian Aisha menelepon dirinya. Padahal lima menit yang lalu mereka baru selesai berbicara di telepon.
"Daftar reuni ke siapa? Aku buka grup puyeng nyarinya, aku harus baca sampai belasan ribu chat soalnya."
"HAH?"
"Hehehe iya soalnya aku arsipkan dan nggak pernah aku buka-buka." Cengir Aisha.
"Ya ampun... Pantesan nggak pernah ikut nyahut di grup." Aca tidak habis pikir. "Kamu mau datang?" Tanya Aca kemudian. "Akhirnya...."
"Ya kan kata kamu juga siapa tahu bisa memperbaiki semua."
"Good." Seru Aca senang.
"Ehh jadinya ke siapa kalau mau daftar? Ke Riki atau ke Ali? Soalnya kemarin mereka sempet tuh japri, minta aku jadi koordinator angkatan tapi aku tolak. Males soalnya, aku aja waktu itu belum tahu mau datang atau nggak."
"Tuh kan bener, aku tuh sempet mikir pasti kamu yang jadi koordinator ehh ternyata bukan."
"Jadinya siapa dong koordinator angkatan kita?"
"Ke Raditya. Masih inget kan si Radit?!" Tanya Aca yang membuat Aisha membulatkan mata.
Hah?! Radit? Pantesan....
"Ada kok nomornya di grup. Japri aja. Atau bentar aku kirim nomornya." Ujar Aca kemudian.
Benar saja Aca yang kegirangan Aisha mau datang itu pun langsung menutup telepon dan langsung mengirimi sahabatnya sebuah pesan berisi nomor telepon Raditya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiba-Tiba Nikah
RomanceTiba-tiba saja nikah. Sontak bikin geger para pemuja, baik yang terang-terangan sampai yang diam-diam memuja dari jauh. Tapi bagaimana ceritanya jika Aisha ternyata mempunyai 'cerita yang belum tamat' sebelumnya? mampukah ia menamatkannya atau mala...