༚༅༚˳✿˳༚༅༚
Yosha menatap tak suka sosok di depannya. "Ngapain lo ke sini?" tanyanya ketus. Sungguh, dia sama sekali tak mengharapkan kehadiran sahabatnya ke rumahnya, semenjak insiden pertikaian kecil akan hancurnya kisah percintaannya kemarin.
Hasya yang masih diliputi sedikit rasa emosi, dia membalas tatapan sahabatnya sinis. Dia membuang napasnya kasar, lalu menggeser bahu sahabatnya untuknya masuk ke dalam rumah. Tanpa permisi, dia asal duduk di sofa ruang tamu dan memainkan ponselnya dengan kepentingan tertentu.
"Gue minta lo pergi dari sini!" usir Yosha memerintah, hampir naik pitam.
Setelah pesannya mendapatkan balasan, Hasya kembali menyimpan ponselnya. Dia menatap sekilas sahabatnya dan mengabaikannya.
"Gue minta lo pergi, anjing!!" kesal Yosha yang kini sudah mendekat, dia bahkan menggenggam erat kerah kemeja sahabatnya yang hendak dirinya tarik. "Pergi gak lo?!!" titahnya sekali lagi.
Hasya tersenyum remeh. Dia berusaha melepaskan tangan sahabatnya dari kerah kemejanya, namun gagal. Genggaman Yosha tak main-main eratnya. "Bukannya di antara kita perlu bicara?" ujarnya bernegoisasi.
"Gue gak peduli! Juna sekarang udah jadi hak lo!" tukas Yosha yang sudah penuh dengan rasa emosi. "Sekarang gue minta sama lo, pergi dari sini sebelum gue seret!"
Hasya kembali tersenyum remeh, diapun tidak peduli dengan kemarahan sahabatnya. Dia juga membiarkan kemejanya yang nantinya akan berakhir kusut. "Kalo lo masih sayang Juna, jujur aja. Lo gak usah gini ke gue! Itu sama aja lo maksain kehendak ya, bangsat!" marahnya sembari mendorong tangan Yosha dari kerah kemejanya.
Genggaman Yosha terlepas. Dia terlalu lemah saat mendengar sahabatnya yang mengetahui fakta akan dirinya.
"Kita jujur-jujuran aja lah, kita cari kesepakatan bersama, gimana baiknya buat hubungan kita bertiga." pinta Hasya melembut, lagi-lagi bernegoisasi.
"Gue bilang, gue gak peduli!" tolak Yosha.
Hasya mendecak kesal. "Yosh, please!" ujarnya putus asa. "Kalo lo tetep maksain kehendak kayak gini, yang ada lo ninggalin bekas luka buat kita bertiga! Lo pastinya sakit buat ngikhlasin Juna ke gue. Juna juga pastinya sakit kalo maksain buat bahagia sama gue. Gue pun sakit, kalo harus ngebahagian Juna dalam kebohongan kayak gini!"
Yosha terdiam mendengarnya, bahkan Zeeland dan Arjuna yang baru sampai pun hanya berani mematung di depan pintu. Awalnya Zeeland pulang seorang diri, namun Arjuna bergegas menyusul setelah mendapat pesan dari Hasya untuknya menyusul ke rumah mantannya.
"Juna sini," titah Hasya yang menyadari akan kedatangannya. "Kita sekarang jujur-jujuran." ajaknya memilih menghampiri Arjuna, menuntunnya untuk duduk bersebelahan dengannya di sofa.
Sedangkan Yosha, dia pun menghampiri sang adik dan digelandangnya masuk ke kamar. Padahal Zeeland masih ingin melihat Hasya, jantungnya pun masih saja berdebar paska Hasya melintas di depannya. "Kamu gak usah keluar, kamu gak berhak buat ikut campur sama urusan aku!" titahnya sebelum meninggalkan Zeeland pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSED
Fanfiction𝑶𝒃𝒔𝒆𝒔𝒊 𝒃𝒖𝒅𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒌𝒖𝒍𝒊𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 𝒎𝒐𝒅𝒆𝒍 𝒎𝒂𝒋𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒆𝒘𝒂𝒔𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒊𝒅𝒐𝒍𝒂𝒌𝒂𝒏. 𝑺𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒅𝒊𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒂𝒎𝒃𝒚𝒂𝒓 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒌𝒂𝒑 𝒃𝒊𝒏𝒂𝒍, �...