02. Harapan dari Halusinasi

626 58 5
                                    

༚༅༚˳✿˳༚༅༚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༚༅༚˳✿˳༚༅༚



Yosha kembali ke apartemen sang sahabat, saat setelah dia selesai mengantarkan calon suami masa depannya pulang. Memang, di awal pertemuan mereka tadi, mereka memilih titik temu di tengah-tengah. Calon pacarnya itu, merasa kasihan jika dia harus menjemputnya ke rumah dengan jarak yang bisa terbilang jauh dari lokasi apartemen Hasya. Namun meskipun begitu, sudah sering sekali dirinya mampir atau malah sampai bermain-main di rumah calon mertuanya itu. Lebih jelasnya, saat dia berada di sana, dia sudah terlihat seperti menantu yang disayang mertuanya, meskipun dalam kenyataannya belum ada hubungan yang jelas di antara dia dan putra manis dari sang calon mertua.

Menenteng dua paper bag yang berlabelkan nama sebuah Restoran di tangan kiri, ditambah dengan satu plastik putih berukuran sedang yang memuat hasil belanjanya dari super market, Yosha melangkah pelan setelah dirinya keluar lift yang mengantarkannya dari basement sampai ke lantai unit yang sahabatnya tinggali. Dirinya menekan password code unit apartemen Hasya yang sudah dia hafal di luar kepala dengan tangan kanannya yang menganggur. Berjalan gontai memasuki unit, kemudian sedikit mendecih kecil saat titik netranya menangkap sang sahabat yang masih terlarut dalam lamunannya seperti biasa. Dan jangan lupakan, majalah Sense yang selalu menjadi teman.

Seharusnya, Yosha tidak perlu merasa terheran-heran lagi. Karena sudah bisa dipastikan, aktivitas seorang Hasya Narantha jika berdiam diri di rumah, jika bukan untuk bermain, makan, istirahat dan juga tidur malam, ya sudah bisa tertebak kalau Hasya pasti akan menatap penuh puja sosok Zeevandra dalam laman majalah dewasa yang digandrunginya. Dan sudah bisa dipastikan pula, Hasya akan berdiam diri dan termenung, terlarut dalam lamunan imajinasi yang dia ciptakan sendiri seperti sekarang ini.






Brakkk!!






Memang disengaja.

Yosha sengaja menaruh kasar paper bag dan plastik super market yang tadi dibawanya ke atas meja. Sedikit merasa kesal, karena eksistensinya harus terabaikan. Padahal hari ini, dia sudah merelakan diri dan berbaik hati untuk diperbudak tadi siang bahkan sekarang, hanya untuk urusan makanan.

"Ngagetin aja lo, anjing!" umpat Hasya terkejut. Namun lebih ke rasa kekesalan jika dibanding dengan rasa keterkejutan.

Padahal Hasya tadi masih membayangkan bagaimana dia dan sosok Zeevandra yang akan membangun rumah tangga mereka yang indah dan penuh bahagia. Hidup bersama dalam istana yang sederhana, namun rasa cinta kasih yang diberikannya tentu tak sesederhana dengan istana yang mereka punya. Sebuah rumah tangga yang dihiasi dengan canda tawa tanpa sedikitpun air mata. Rumah tangga yang ramai akan suara ribut anak-anaknya. Rumah tangga yang di setiap malamnya, tak akan pernah absen dengan pergumulan panas yang mereka lakukan, yang tentunya penuh dengan desah dan erang tak tertahan di sela-sela keringat mereka yang bercucuran. Namun sayang, imajinasi dalam lamunannya terpaksa hancur karena ulah sang sahabat yang kini duduk di sebelahnya, sembari sibuk mengeluarkan dan menata semua isi dari paper bag dan plastik ke meja yang ada di depan mereka.

OBSESSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang