Yogyakarta, dengan pesonanya yang tak tertandingi, adalah kota yang menyimpan kenangan indah dan cerita yang menggetarkan jiwa. Di setiap sudutnya, terdapat jejak-jejak sejarah yang terukir, seolah mengundang siapa pun untuk menggali makna dari perjalanan waktu. Jalanan beraspal yang dipenuhi daun-daun kering menuntun kita melewati rumah-rumah tua, di mana setiap dinding memiliki cerita yang tak terucapkan, menciptakan latar yang kaya untuk setiap ingatan yang tersimpan.
Bagi keluarga Ningrum Jogja adalah kota yang penuh kenangan, pahit manis hidup di kota itu telah mereka rasakan. Ningrum lahir di kota tersebut sampai pada usianya yang ke 10 tahun orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Surabaya, entah untuk alasan apa waktu itu Ningrum masih belum cukup mengerti. Setiap Ningrum mencoba mencari tau alasan apa yang membuat mereka pindah mereka hanya mengatakan bahwa itu hanya karena kepentingan pekerjaan, cukup sampai di sana Ningrum tidak pernah lagi mempertanyakan alasan kepindahannya.
Setelah menempuh perjalanan sejak pagi tadi akhirnya keluarga Ningrum telah sampai di kediaman sang nenek, terlihat di pekarangan rumah neneknya yang luas itu sudah ada beberapa mobil yang terparkir, seketika pertanyaan muncul di otak Ningrum kenapa ada banyak mobil, apakah keluarga besarnya juga turut datang kesini, tapikan rumah mereka hanya bersebelahan. Di antara anak-anak neneknya memang hanya sang ayah yang merantau sampai ke Surabaya, sedangkan kedua saudara ayahnya tetap berada di Jogja dan memang rumah mereka bersebelahan dengan rumah sang nenek.
"Mas kok banyak mobil sih? memang siapa aja yang datang ke rumah nenek?" pertanyaan itu ia lontarkan pada kakaknya sebelum keluar dari mobil
"Ada beberapa kerabat juga yang datang, udah sana turun biar barangmu Mas yang bawa" jawab Cakra
"Aku bantuinlah, nanti masuknya barengan ngga mau masuk sendiri ih" ucap Ningrum
"Itu bareng sama ibu sama bapak, tuh" jawab Cakra lagi
"Ngga mau ah bareng Mas aja, kasian Mas ngga punya pasangan pasti sepupu yang lain udah pada bawa pasangan tuh" tolak Ningrum sambil meledek sang kakak yang memang masih setia menjomblo
"Dasar ya kamu, pikirin nasib kamu sendiri tuh ntar" ucap Cakra
"Dih aku mah masih ada alasan nyelesaiin kuliahku dulu terus kerja" jawab Ningrum ngeyel
"Lihat aja nanti kalo ka-, ucapan cakra terpotong karena suara kaca jendela mobil yang di ketuk oleh Bapaknya, ah ternyata mereka terlalu lama berdebat sampai sang bapak mendatangi mereka. Setelahnya mereka langsung keluar dan segera mengikuti kedua orang tuanya masuk ke dalam rumah.
. . .
Sesampainya di dalam rumah mereka disambut dengan pemandangan yang cukup membuat Ningrum mengernyit bingung, apakah ia salah lihat neneknya terlihat baik-baik saja, lihatlah bahkan sang nenek bersenda gurau dengan tamu yang kemarin menemui ayah. Kenapa mereka ada di sini apakah mereka juga kerabat nenek?
Ningrum tersadar dari lamunannya ketika ia malah bersitatap dengan seseorang yang sangat familiar, Hei kenapa laki-laki itu ada di sini juga? Aku bahkan tidak pernah ingat bahwa keluarga kami berkerabat. Tatapan mereka terputus ketika sang kakak menarik tangannya berjalan menuju sang nenek dan menyaliminya, kemudian menyalimi semua orang yang ada di ruang tamu itu. Ningrum akan menyimpan rasa penasarannya untuk sementara dan fokus pada ibunya yang memintanya untuk duduk di sebelahnya.
"Ningrum kamu pasti bertanya-tanya kenapa kita semua malah kumpul disini dan kenapa nenek baik-baik saja? Sebelumnya nenek minta maaf karena kami berbohong sama Ningrum tentang kondisi nenek, bisa dimaafkan nduk?" ucapan nenek membuat semua orang memerhatikan Ningrum dan menunggu jawabannya
"Tidak apa-apa nek, mungkin memang nenek punya alasan kenapa sampai berbohong, Ningrum bersyukur kalau ternyata nenek baik-baik saja" jawab Ningrum dia cukup bingung harus menimpali apa, di mana semua mata tertuju padanya tanpa terkecuali pria yang familiar tadi juga. Hal itu membuat Ningrum cukup resah ada apa sebenarnya ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
PREMA
ChickLitDi balik dinding-dinding kampus yang megah, tersimpan rahasia yang tak pernah terucap. Dua jiwa yang terpaut oleh takdir dan kewajiban menemukan satu sama lain dalam keadaan yang tak terduga. Cinta hadir di tengah rencana yang telah digariskan jauh...