Ṣaṭ - Enam

23 3 0
                                    

Pagi ini saat Ningrum membuka matanya pemandangan pertama kalinya dia lihat adalah wajah tampan dari suaminya, ah masih sangat aneh rasanya menyebut pria yang adalah dosennya itu sebagai suami. Ningrum mencoba mencari kesadaran dalam dirinya, dia terduduk setelah melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 05:00 WIB, ck dia telat bangun. Wah sang ndoro ibu pasti akan memarahinya jika tahu putrinya telat melakukan kewajiban sebagai muslim. Tolong harap maklum acara semalam sungguh melelahkan meskipun tamu yang datang keluarga sendiri tapi itu tetap banyak.

"Pak bangun pak, kita belum sholat udah kesiangan nih" Ningrum mencoba membangunkan Akasa hanya dengan memanggil saja, setelahnya dia terburu-buru mengambil air wudhu

"Loh kok masih belum bangun sih" gerutunya setelah melihat sang suami masih belum terbangun. "Pak bangun ih, kita belum sholat subuh loh" usaha Ningrum membangunkan Akasa lagi, kali ini dengan menggoyangkan bahu pria itu tanpa menyentuh kulitnya secara langsung.

"Hah, emang jam berapa sekarang?" mata itu mencoba terbuka sambil bergumam pada Ningrum

"Udah jam lima lebih lima belas pak, cepatan ih nanti keburu terbit itu mataharinya" jawab Ningrum mulai jengkel

Reflek Akasa bangun dengan tergesa setelah mendengar jawaban Ningrum, segera dia mengambil air wudhu, setelahnya mereka menyelesaikan kewajiban mereka,

Di sisi lain para tetua keluarga Ningrum sudah berkumpul di meja makan, dan disana juga telah hadir kedua orang tua Akasa, mereka datang untuk berpamit kembali ke Surakarta karena mereka akan menyiapkan acara penyambutan menantu mereka atau bisa dibilang serentetan acara Ngunduh Mantu. Katanya bukan acara yang besar karena sesuai permintaan dari putra mereka, mereka hanya mengadakan acara untuk keluarga besar saja.

Sambil menunggu pengantin baru yang belum juga muncul mereka melakukan pembahasan kecil mengenai persiapan acara Ngunduh Mantu.

"Sesuai permintaan Akasa acaranya ngga terlalu besar kok mbak, jadi ya ngga ngoyo-ngoyo persiapannya, ini tadi saya dapat kabar persiapan sudah 80%" ucap Karina ibu dari Akasa

"Wah sudah hampir rampung itu, semoga nanti acaranya juga berjalan lancar ya" ucap Laras ibu dari Ningrum dan Cakra

"Mas Cakra, coba itu adekmu samperin kok ya belum keluar dari tadi? Ngga enak ini sudah pada kumpul begini" Laras berbisik kepada Cakra memintanya untuk memanggil sang adik

"Nggih bu" jawab Cakra kemudian segera beranjak dari kursinya

Baru saja cakra akan melangkahkan kakinya menuju kamar sang adik tetapi yang ditunggu-tunggu itu ternyata sudah datang dari arah pintu ruang makan, dia tidak datang sendirian di sampingnya ada Akasa juga.

"Haduh pengantin baru sampe kesiangan gini bangunnya" perkataan itu terlontar dari salah satu tantenya Ningrum yang kemudian diikuti kekehan kecil dari beberapa orang di meja makan tersebut. Ningrum dan Akasa kompak menggaruk leher mereka meskipun tidak gatal, rasanya Ningrum ingin kembali ke kamar dan menenggelamkan dirinya dalam selimut. Sungguh dia malu.

Mereka segera duduk setelah dipersilahkan, dan keluarga itu memakan sarapannya dengan tenang diiringi dengan pembicaraan kecil untuk saling mengakrabkan diri dengan formasi keluarga baru mereka.

* * *

Ningrum sepakat mengikuti sang suami yang kembali ke Surakarta, sebelumnya mereka mengalami perdebatan kecil karena keinginan Ningrum yang ingin lebih banyak lagi menghabiskan waktu bersama keluarganya sebelum mengabdikan dirinya menjadi seorang istri. Nanti saat dia sudah pindah dengan Pak Dirga pasti dia hanya akan dianggap tamu di rumahnya bukan lagi seorang putri, itu yang sering dikatakan banyak orang di luar sana kan.

Setelah dinasehati oleh sang bunda dan neneknya akhirnya dia menurut untuk ikut dengan rombongan keluarga Pak Dirga. Ningrum duduk terdiam sambil menyaksikan jalanan dari balik jendela kursi samping pengemudi, di sampingnya ada Pak Dirga yang mengemudikan mobil, dan di kursi belakang ada dua sepupu suaminya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PREMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang