Pagi ini harusnya Ningrum jalan-jalan di Malioboro dengan kakaknya, setelah mengetahui bahwa neneknya ternyata tidak sakit, dia dan sang kakak sudah berencana untuk menghabiskan waktu seharian ini berkeliling di kota ini. Tapi semua rencana Ningrum harus batal karena kedatangan Pak Dirga yang bahkan rewang di rumah sang nenek belum selesai menyiapkan sarapan. Katanya atas perintah ibunya hari ini, dia dan Ningrum harus fitting untuk baju pengantin mereka. Tak disangka pergerakan nyonya Wiratmaja itu sungguh cepat.
Karena Pak Dirga yang datang sangat pagi itu jadinya dia juga akan ikut sarapan di rumah ini, kedatangannya saja sudah merusak mood Ningrum apakah juga harus merusak nafsu makan Ningrum. Tapi apalah Ningrum hanya mampu menjalani harinya dengan senyum terpaksanya.
"Nduk nanti panggilannya di ubah ya, ngga enak kalo sampai keluarga Raden Mas tau" ucap nenek sebelum Ningrum meninggalkan ruang makan
"Iya nek" jawab Ningrum singkat
"Ya sudah sana berangkat keburu siang" ucap Nenek lagi
"Ini masih pagi banget loh nek" ucap Ningrum
"Yo mboten nopo-nopo to nduk, siapa tau itu Raden Mas mau ngajak kamu jalan-jalan sekalian, kan tadi batal sama Masmu. Sudah sana berangkat sudah ditunggu itu loh" jawab nenek sambil mendorong bahu Ningrum pelan
"Ya sudah kalo gitu, Ningrum berangkat nek" pamit Ningrum tak lupa menyalimi neneknya disusul kedua orang tuanya dan kangmasnya.
Raden Mas Akasa sudah menunggu Ningrum di depan mobilnya, rasanya Ningrum geli sendiri dengan panggilan baru itu. Bukannya apa, dia jarang menggunakan gelarnya dan jarang juga dia dipanggil dengan gelarnya itu, karena kehidupannya di Surabaya jadi tidak ada yang memanggil dia dengan gelarnya.
Lalu dia harus memanggil pria itu dengan gelarnya juga sekarang yang mana dia sudah terbiasa dengan panggilan antar mahasiswa dan dosen. Jadi, sepertinya dia akan kesulitan dengan kebiasaan baru satu ini.
Jika kalian bertanya dari mana gelar mereka di dapat maka jawabannya adalah dari garis keturunan kakek mereka. Ya Ningrum dan Akasa adalah cucu dari kerabat keraton, Ningrum dari Jogja dan Akasa dari Surakarta. Lalu kenapa mereka tidak menggunakan gelar mereka, orang tua Ningrum memang sengaja tidak mengijinkan anak-anaknya untuk menggunakan gelar itu sejak mereka memutuskan pindah ke Surabaya, gelar mereka hanya akan digunakan jika mereka berada di Jogja ataupun menghadiri acara keraton. Sedangkan Akasa dia memutuskan sendiri untuk tidak menggunakan gelarnya agar dia bisa lebih leluasa dalam bergaul dan melakukan pekerjaannya, namun dia juga akan memakai gelarnya jika dia berada di Surakarta dan juga Jogja.
Mereka hanya tidak ingin di pandang berbeda atau diistimewakan, mereka lebih suka jika apa yang mereka peroleh ini hasil dari perjuangan mereka sendiri.
"Ningrum, apakah kamu masih kesal dengan keadaan kita saat ini?" pertanyaan itu keluar dari pria di sebelah Ningrum yang dari tadi masih menampilkan uka kesalnya
"Menurut bapak aja gimana?" jawab Ningrum ketus, dai tidak memang masih menyesalkan hubungan mereka sekarang ini. Tapi Ningrum bisa apa selain menjalaninya saja, dia masih sayang keluarganya dai tidak mungkin mempermalukan keluarganya sendiri
"Kamu kan sudah setuju, lalu apa yang masih membuatmu kesal?" tanyanya lagi
Hei coba katakan manusia gila mana yang akan langsung senang jika dalam posisi seperti Ningrum, semua pasti butuh proses dan Ningrum sedang berusaha sekarang
"Saya ngga kesal gara-gara keputusan saya ya pak, tapi gara-gara gagal quality time sama Kangmas" yah sebenarnya itu salah satu alasan Ningrum kesal pagi ini, alasan lainnya ya sudah pasti gara-gara semalam, tapi dia kan menyimpannya sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
PREMA
ChickLitDi balik dinding-dinding kampus yang megah, tersimpan rahasia yang tak pernah terucap. Dua jiwa yang terpaut oleh takdir dan kewajiban menemukan satu sama lain dalam keadaan yang tak terduga. Cinta hadir di tengah rencana yang telah digariskan jauh...