CHAPTER 44

606 17 12
                                    


Bilang sama aku kalau ini semua hanya mimpi?

-Azzalea Syafa Lorenza

°°°


2 Minggu kemudian

Lea dan Bilal sedang bersiap siap dan memakai pakaian terbaik mereka. Karena setiap akhir pekan, mereka berdua memang sengaja menghabiskan waktu diluar untuk jalan jalan atau hanya sekedar makan bersama.

"Ayo, sayang!" Ucap Bilal sambil membuka sempurna pintu rumahnya.

Jantung Bilal langsung berdetak sangat kencang. Kedua bola matanya juga ikut membulat sempurna. "Ha-hanna?"

"Iya, Mas! Bentar." Jawab Lea dari dalam serta bergegas menghampiri Bilal.

Lea juga langsung menatap sempurna diikuti kening yang mengkerut seolah bingung. "Hanna? Ngapain lo disini?"

"Aku datang kesini mau minta tanggung jawab sama Bilal." Ucap Hanna.

"Tanggung jawab?" Tanya Lea yang semakin bingung.

Keringat dingin yang langsung bercucuran di tubuh Bilal. Detakan jantungnya semakin kencang seakan hilang kendali. Ia meneguk pelan air ludahnya karena berusaha menghilangkan gugupnya.

"Aku hamil." Ucap Hanna.

"Ha-hamil?" Tanya Lea yang nampak terkejut.

"Nggak mungkin." Bantah Bilal.

Bilal langsung menoleh ke wajah Lea dan memegang erat tangannya. "Nggak sayang. Kamu jangan percaya sama perempuan ini."

"Kenapa? Kamu takut sama istri kamu?" Lanjut Hanna.

"Gue tahu lo suka sama Mas Bilal. Tapi, nggak gini juga caranya. Cara lo ini murahan." Ucap Lea.

"Tapi, ini kenyataan yang sebenarnya. Aku sedang mengandung anaknya Bilal." Jawab Hanna.

"Itu bukan anak aku." Bantah Bilal.

"Kamu pasti sengaja kan jadiin aku kambing hitam karena Ayah dari bayi ini nggak mau tanggung jawab?" Lanjut Bilal.

Hanna langsung melangkah cepat kedepan sambil menatap tajam. Tangan kanannya ikut terangkat dan melaju tepat sasaran karena sudah tersulut emosi.

PLAK

"Aku bukan perempuan serendah itu." Ucap Hanna.

Wajah Bilal langsung memerah dan tangan kanannya juga ikut menyentuh pipi kanannya karena kesakitan.

"Asal kamu tahu, Lea. Laki laki yang berdiri di samping kamu ini. Dia tidak lebih dari seorang pengecut."

"Aku percaya sama Mas Bilal. Dia nggak mungkin ngelakuin hal yang." Jawab Lea.

Hanna dengan cepat menyodorkan selembar kertas di tangannya ke hadapan Lea untuk menghentikan ucapannya.

Lea langsung menyambut kertas di tangan Hanna dan membacanya dengan teliti.

(Surat keterangan kehamilan)

Jantung Lea langsung berdetak kencang tidak karuan. Dalam keadaan bibir bergetar, Lea langsung menatap ke arah Bilal karena ingin memastikan. "Mas?"

Bilal hanya berdiam diri seakan mulutnya sedang terkunci. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan Lea karena memang itu fakta yang sebenarnya.

"JAWAB, MAS?" Bentak Lea.

"Nggak, sayang. Ini semua nggak benar. Kamu jangan percaya." Jawab Bilal sambil terbata bata.

"Kamu pasti masih ingat malam dimana Bilal nggak pulang. Di malam itu dan dalam keadaan hujan deras. Bilal dengan kejinya sudah merampas mahkota yang selama ini sudah susah payah aku jaga." Ucap Hanna.

Lentara Untuk Zaujaty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang