Chapter Nine : Nobody knows

2.7K 112 0
                                    

Peter's POV

Hening. Suasana hening menyelimuti dinginnya malam sehabis diguyur hujan.

Hujan yang mereda justru membuat suatu keheningan di antara kami.

Jalan yang basah dan sepi sepanjang jalan menuju rumah Crystal. Hey tunggu! Siapa itu?

"Rys, itu Arianna bukan sih?" Aku menunjuk pada seorang gadis dengan baju seragam seperti kami.

"Iya! Ngapain dia malam-malam begini?" Aku memelankan kecepatan mobilku.

"Na!"

"Rys!" Gadis itu lari menghambur ke Crystal dan langsung memeluknya.

"Apa yang kau lakukan malam-malam begini?" Crystal memberi jeda. "Lho? Ada apa dengan mobilmu?"

"Entahlah aku juga tidak mengerti. Tiba-tiba saja mobilku berhenti dan aku tidak bisa menghidupkannya kembali."

Ah sebenarnya kan kau bisa naik taksi.

"Peter, boleh ya Nana ikut?" Itu suara Crystal.

"Ayo ikut aja, sekalian ini."

"Makasih banget yah Pet." Sekilas wajahnya menjadi berseri kemudian redup kembali. "Tapi bagaimana dengan mobilku?"

"Kau kunci saja, lalu besok kau minta bengkel yang mengurusnya. Bagaimana?" Ria pun mengangguk akhirnya.

Jadilah kita pulang bertiga. Crystal duduk disebelah kananku sedangkan Arianna duduk di kursi belakang.

Sesekali aku melihat Ria dari spion tengah mobil. Tapi dia seolah asyik dengan pikirannya sendiri, hanya melemparkan pandangannya keluar kaca, memperhatikan jalan yang sekali-kali dilewati mobil lain.

"Rumahmu dimana?"

"Oh ya maaf aku lupa memberi tahu mu." Dia tersenyum. "Dari sini lurus, perempatan belok ke kanan. Lalu dari situ belok kiri." Jelasnya panjang lebar. Lho? Ini mah arah jalan rumahnya Calvin?

"Kau baik sekali mau mengantarku."

"Dengan senang hati." Jawabku.

"Kau sepertinya kenal dekat dengan Peter ya Rys?"

Crystal menunduk. Ada apa denganya?

"Iya ternyata kami tinggal bertetangga dulu, sebelum dia pindah." Aku menjawab pertanyaan Ria.

"Ooh begitu rupanya." Ria tertawa. "Kupikir kalian pacaran?"

Aku dapat melihat jelas mata Crystal terbelalak mendengar perkataan sahabatnya itu.

"HAHAHAHA" Ria tertawa puas setelah mengejek Crystal.

"Tidak, kau ada-ada saja." Cepat-cepat ia menunduk bahkan lebih dalam lagi. Crystal kenapa sih? Nunduk mulu daritadi?

"Kenapa kau daritadi menunduk?"

".." hening. Bukan jawaban yang kudapati, tapi hening.

"Ah sudahlah mungkin dia tertidur.."

"Mungkin kau benar!" Sahut Arianna. "Jadi kau kapten basket yang dulu ya?"

"Bagaimana kau tau?" Ria tampak salah tingkah dan mencoba mencari jawaban.

"Hm kau kan terkenal? Siapa yang tak tahu tentangmu?"

"Ooh begitu rupanya." Balasku yang dihadiahi tawa kecilnya.

"Kau menjadi buah bibir di kelasku, kau tahu?"

"Kok bisa?"

Maksudnya bagaimana?

My Beloved SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang