Chapter Thirteen : Help me, please?

2.2K 97 0
                                    

Senin. Lagi-lagi hari senin. Fix hari-hariku kini muram. Sejak eksul basket sudah tidak diperbolehkan lagi. Padahal dulu itu salah satu motivasi terbesar buat ke sekolah, tapi itu dulu.

Tapi oh syukurlah, pelajaran sebelum istirahat berlalu cukup cepat tanpa aku tertidur.

Calvin melirikku dengan pandangan yang kuketahui maksudnya, Kantin?

Aku mengangguk pasti. Jadi disinilah kami, berjalan melalui koridor menuju kantin, dengan perut meraung kelaparan. Koridor terletak persis bersebelahan dengan lapangan outdoor sekolahku. Cukup ramai, sekelompok anak cheers sedang melatih diri.

"Anak cheers lagi latihan tuh Ter" Calvin ternyata juga melirik arah yang sama denganku.

"Iya," aku sering lihat anak cheers latihan dan well, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak eksis.

"Cepetan yuk, ntar keburu ramai kantin" ajakku pada Calvin. Dorongan lapar dari perut ini, benar-benar memang..

"Kantin belum ramai tuh" Calvin memeletkan lidah padaku.

"Yeh tapi kan lebih baik daripada udah ramai" kataku sambil berlalu menuju kantin favoritku, apalagi kalau bukan memesan makanan favoritku di kantin sekolah. Cappucino dingin beserta chicken cordon blue. Sedangkan Calvin? Kulihat dia asyik memilih sushi dan lime juice.

Tidak lama setelah pesanan kami datang, dan yap. Tebakan kalian benar, kantin langsung ramai serbu anak-anak kelaparan macem kami tadi.

"Nah kan bener"

"Apanya bener?" Tanya Calvin masih sibuk mengambil sushi dihadapannya.

"Kantinnya jadi ramai"

Alih-alih menjawab, Calvin hanya mengangguk sambil tetap melahap sushi isi ebi furainya satu per satu dengan ganas. Aku kembali dengan chicken cordon blue ku.

"Balik yuk" ucap Calvin setelah berhasil menghabiskan potongan sushinya yang terakhir.

"Tunggu," aku menyuapkan potongan terakhir chicken cordon blue ku ini. "Yuk" aku membawa cappucino dinginku meninggalkan kantin.

Lagi, kami-aku dan Calvin- melewati koridor sebelah lapangan. Kalau kalian bertanya dimana Will? Dia memang selalu sibuk sendiri, seperti sekarang, dia keluar jam kelas untuk pengurusan apa ya? Intinya dia paling sibuk berorganisasi diantara kita.

"Crystal?" Suara Calvin lebih terdengar seperti gumaman. Aku mengikuti arah pandangnya, benar, Crystal sedang duduk dipinggir lapangan dengan rambut ponytail coklatnya. Dan, dan kalau diikuti arah pandangnya, Arianna.

"Arianna anak cheers.. ?" Tanyaku yang lebih tepat seperti berbicara sendiri daripada pertanyaan.

"Arianna? Siapa?" Calvin emang paling cepet deh kalau denger nama cewek. "Oh kau tidak kenal?" Aku tersenyum mengangkat alis menggoda Calvin. "Tidak, kau pikir aku siapa? Aku bukanlah si Will yang aktif berorganisasi sana sini.. aku bukanlah si Peter yang lihai bermain bas--" muncul deh sifat berlebihannya, drama king banget deh.

"Mulai deh, our drama queen is sad guysssss" aku menghentikan langkahku dan tertawa bahagia melihat tatapan "awas kau Peter" nya Calvin. Alhasil, disinilah kami, berdiri sambil memerhatikan anak Cheers latihan. Entah latihan untuk apa sampai harus banget panas-panasan dilapangan gini, padahal ada lapangan indoor juga? Eh.

"Eh Arianna yang mana sih?" Calvin menyikut lenganku sambil setengah berbisik. "Yang itu" aku memberi kode dengan daguku, menunjuk arah Ria berada.

"Yang rambutnya coklat, rambutnya digerai terus pakai bando merah?" Calvin sekarang udah mendeskripsikan Ria, tepat.

"Tepat bro" aku menjentikkan jari kearah Calvin. "Cakep yah Ter dia.." gumamnya pelan dan tersenyum lebar.

My Beloved SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang