Chapter Twenty Four : Be Mine?

1.9K 87 4
                                    

"Oke, jadi begitu Crystal selesai tanding, aku bakal giring dia ke taman belakang sekolah. Kita ketemu disana ya!" Arianna berkumpul bersamaku dan Calvin sebelum dia masuk ke lapangan.

Pertandingan basket dilaksanakan lari ini, sepulang sekolah. Jadi, aku dan Calvin sudah siap dengan bawaan kami masing-masing. Aku sudah membawa photo frame yang dirangkai berbagai foto Crystal yang kami punya dan wish dari kami bertiga.

Calvin udah siap dengan confeti dan kertas warna-warni untuk ditabur nanti. Dan Ria sudah membawa kue coklat yang dia beli kemarin malam. Ini semua ide Arianna, aku dan Calvin akan menonton pertandingan basket Crystal di lapangan indoor, dan Arianna menjadi pemandu soraknya. Kemudian nanti, aku dan Calvin akan segera menuju kelas untuk mengambil kue, photo frame juga confetti untuk dibawa ke taman belakang.

Suasana lapangan indoor basket ini sudah ramai riuh. "Ya, pertandingan basket antara High Sky College dan Light College akan segera dimulai, pemain memasuki lapangan" ucap komentator dengan mengunakan speaker.

"Itu Nathan kan?"

Aku mengikuti arah pandang Calvin. "Eh iya ya"

"Ngapain dia kesini?" Tanya Calvin lagi.

"Ya mau nontonlah, mau ngapain lagi?" Jawabku asal.

Calvin menatapku tajam sekilas, "Mungkin gak dia mau nonton Crystal?"

Aku menghela nafas lelah. "Kenapa?"

"Nathan kemarin jalam berdua sama Crystal."

"Ha? Seriusan? Gila. Dan kau diam saja? Bisa keduluan dia ntar bro!" Pekik Calvin heboh.

"Iya, Nathan sendiri yang ngomong kemarin"

"Ssts, bentar dulu bentar" Calvin menyuruhku diam, ternyata perhatiannya terfokus pada pemain pemandu sorak yang sebentar lagi akan tampil.

"Iyaa, tau deh yang mau liat Arianna" ledekku pada Calvin.

"Nah, balik lagi, kok bisa sih Nathan ngajak Crystal?" Seru Calvin dengan nada serius sehabis menyaksikan Ria memandu sorak bersama timnya.

"Manaku tahu? Bahkan kemarin aku mengajaknya latihan basket dan dia menolak. Lebih milih jalan sama Nathan" aku mengangkat bahu lelah.

"Semangat bro! Jangan nyerah!" Seru Calvin sambil mengepalkan tangannya dan meninju ke udara.

Aku hanya tertawa hambar.

"Lah kok ketawa?" Tanya Calvin, "Ini seriusan, menurut pengamatanku, kalau kau tidak segera bertindak, Crystal bisa direbut Nathan."

"Semuanya akan lebih mudah bila aku tidak tahu Nathan adalah kembaranku." Gumamku pelan.

"Oh ya ya" cuek Calvin. "APA KAU BILANG TADI!?" Aku membekap mulut Calvin.

Aku memutar bola mataku kesal, "Berisik dasar kau"

"Apa tadi kau bilang?" Calvin menurunkan volume suaranya.

"Nathan itu kembaranku. Tapi dia belum tahu."

"Kau punya kembaran? Sejak kapan?"

"Sejak lahir lah Cal"

"Kau tidak pernah bilang kau punya kembaran?" Tatap Calvin penuh selidik.

"Aku juga baru tahu."

"Terus kok bisa?"

Calvin lama-lama seperti penyidik, daritadi dia terus mengajukan pertanyaan padaku.

"Dulu aku hilang di stasiun kereta, dia mencariku, eh malahan aku ketemu mama dan dia yang jadi hilang." Aku mengerdikan bahu. "Aku tahu dari foto, dia punya foto yang sama dengan fotoku." Jawabku sebelum Calvin sempat menanyakan hal lain padaku.

My Beloved SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang