Peter's POV
"Peter, sana mandi terus kita jalan" sapa Mama begitu sampai di rumah.
"Iyaa sebentar" aku bergegas menaiki tangga dan langsung mempersiapkan baju dengan cepat dan mandi. Pilihanku jatuh pada kemeja hitam yang tangannya kugulung hingga sesikut serta celana jeans panjang. Tak lupa kulengkapi dengan sepatu converse hitam putihku. Cukup rapi bukan?
"Peterrrr udah siap belum?" Itu Papa.
"Udahhh" sahut ku sambil menuruni tangga cepat.
---
Sekarang kita-aku dan kedua orangtuaku- sudah sampai di sebuah restoran Italia. Dekorasi dalam restoran tertata rapi sempurna dengan nuansa gelap. Pelayan restorannya pun ramah dan rapi dengan kemeja putih, jas yang dilengkapi dengan dasi kupu-kupu. Restoran ini tampak elegan, tapi tidak asing bagiku. Bukan, bukan karena aku sering makan disini.
Tapi aku pernah makan disini dan aku ingat betul, diatas ada roof top. Roof top yang indah menyuguhkan pemandangan kota pada waktu malam dari balik dinding kaca tebal.
Kami duduk disebuah meja bundar dengan taplak putih yang menutupi atas meja, dihiasi bunga ditengah meja, indah. Cahaya disini tidak terlalu terang, tetapi juga tidak remang. Ditengah ruangan, dilengkapi lampu hias besar ala ballroom berwarna emas.
Aku tidak banyak bicara. Papa dan Mama sibuk mengobrol mengenai masalah bisnis mereka. Aku menslide layar handphoneku untuk mengecek notifikasi.
Ada line dari Calvin.
Calvin T : Sayang sekali tadi kau pulang, ada pertunjukan kembang api sebentar lagi, pasti sangat menakjubkan.
Peter : Yaa, mau bagaimana lagi? Sudahlah jangan buat aku tambah iri denganmu.
Peter : Will dan Nathan masih disana?
Calvin T : Mereka? Masih
"Peter." Bisik Mama. "Jangan main handphone terus, itu mereka sudah datang" mama melirik arah dari pintu masuk restoran. Uh baiklah.
"Mariee" itu pasti tante Bell. Aku akhirnya mengalah dan memasukan handphoneku ke saku celanaku.
"Aduh Bell, makin cantik aja"
"Ah bisa aja"
"Ayo duduk" ajak Mama kemudian.
Sedangkan kulihat Papa menjabat tangan paman Ben. Kalau kalian bingung mengapa aku memanggil dengan sebutan paman, itu karena dialah yang meminta. Crystal juga memanggil papa dengan sebutan paman, biar lebih dekat kata mereka.
Tunggu, Crystal.. Crystal.. oh iya, dimana Crystal?
"Crystal nya dimana Bell?" Mama juga mencari keberadaan Crystal. "Dia gak ikut?"
"Ikut, dia lagi ke toilet." Jawab tante Bell menarik bangku disebelah Mama dan sebelah paman Ben yang sudah duduk.
"Oh begitu.."
"Iya" tante Bell tersenyum. "Nah itu dia" ditunjuknya kesatu arah.
Itu Crystal? My goodness. Crystal tampak berbeda dengan dress biru selututnya.
"Crystal!" Tante Bell melambaikan tangannya pada Crystal yang sibuk mencari keberadaan kami, mungkin.
"Wahhh Crystal makin cantik ya Bell" Crystal balas tersenyum manis pada mama dan papa. "Tante Marie, Paman." Sapanya sopan sambil sedikit membungkukkan badan.
"Eh ini Peter ya?" Jadi selama ini keberadaanku samar..?
Aku tersenyum pada paman Ben. "Oh iya ya, tante sampai gak nyadar lho.. kamu diem aja sih daritadi"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Sister
RomanceSebenarnya ini mudah. Bahkan mungkin, kita dapat berakhir manis. Kalau saja aku tidak menganggapmu hanya sebatas 'adik' dan bersikap egois. Sementara dia, terang-terangan mendekatimu. Dia, seseorang yang lebih pantas bersanding denganmu dan selalu a...