01. Who?

11 2 0
                                    

Gema lagu yang cukup memekakkan telinga namun juga menenangkan hati mengalun dengan merdunya. Dua gadis bertubuh mungil masih setia bersorak-sorai sembari saling merangkul dengan tangan yang mengacungkan Enlight yang baru-baru ini keduanya beli tadi sore.

"Engene-aa, saranghae..." sorak satu idol yang memiliki nama panggung, Jay.

"ARRRGGGHHH, AKU JUGA, AKU JUGA MENCINTAIMU!!!" Balas seluruh fandom Engene secara serentak. Apalagi dua sahabat tersebut, Jeon Ji Hyun dan Shin Soyeon yang berteriak tak kalah heboh.

"Soyeon, melihatnya dari jarak sedekat ini ternyata jauh lebih tampan di bandingkan melihatnya dari foto." Celetuk Ji Hyun.

"Apalagi Jungwon! Dia melihatku tadi, arrrggghhh aku mau kayang..." balas Soyeon semangat.

"Dia melihatmu karena punya mata!"

"Lalu Jay bisa melihatmu jika tidak punya mata?"

Ji Hyun tergelak, "ya juga..."

"Aku berharap dalam waktu dekat ini TXT juga akan konser, aku rindu Soobin." Harap Soyeon. Bibirnya mengerucut dengan mata sendu.

Ji Hyun tersenyum tipis, menganggukkan kepala setuju dan juga berharap hal yang sama. "Aku lebih-lebih rindu Beomgyu."

Selagi keduanya tengah berbincang tak kenal tempat, ada dua pemuda memakai masker dan pakaian serba hitam yang berdiri di belakang mereka. Diam-diam tertarik dengan topik yang kedua gadis mungil di depan mereka tengah angkat. Terlihat lucu sekali padahal hanya membahas dua anggota TXT yang cukup lama tidak memunculkan diri di atas panggung.

***

Setelah konser selesai dalam jangka waktu yang lama, akhirnya konser tersebut berakhir dengan anggota Enhypen yang menerima banyak hadiah dari para fans.

Di luar area, Soyeon sejak tadi menahan panggilan alam yang memaksa keluar. Ia sudah mencak-mencak tak jelas untuk menenangkan diri yang terus rusuh sendiri.

"Kau bisa pergi ke toilet. Kenapa seperti orang bodoh berdiri di sini padahal ada tempat menuntaskan panggilan alam?" sungut Ji Hyun.

Soyeon mendengus. "Aku takut." Cicitnya.

"Takut apa bodoh?" Ji Hyun bertanya sarkas.

"Bagaimana kalau ada yang menculikku, nona Jeon? Aku masih mau menghirup udara bumi untuk seterusnya..." Soyeon mengemukakan alasannya.

Ji Hyun tergelak seraya memukul-mukul pundak Soyeon kencang. "Hei! Apa untungnya menculik beban sepertimu? Yang berharga hanya organ tubuhmu tau!!"

Emosi Soyeon meradang. "SIALAN!! SEDANG MENYINDIR DIRI SENDIRI YA? KAU JUGA SAMA BEBANNYA!!"

"—Aku akan ke toilet, kau pergilah membeli minuman!" Lanjut Soyeon lantas pergi dengan terbirit-birit tanpa mendengarkan balasan sahabatnya.

Ji Hyun merenggut, bagaimana dia bisa membeli minuman jika uangnya telah habis lantaran mengutamakan Enlight di banding isi perut. Sekarang mau protes saja tidak bisa sebab Soyeon sudah keburu pergi meninggalkannya sendiri seperti anak hilang di tengah keramaian.

Untunglah masih tersisa sedikit lembaran uang di tengah-tengah dompet yang kering. Ji Hyun mengambil uang tersebut dan menatapnya berbinar. Uang ini seperti harta karun di tengah padang pasir. Lihatlah nona satu ini, baru menyadari berharganya uang sekecil apapun jumlahnya setelah menghadapi perut kritis.

Ji Hyun melangkah ke tempat stand minuman. Memilah-milah seakan uangnya cukup saja, ups!

"Silakan di pilih nyonya." Penjual mempersilakan.

Ji Hyun menyengir lebar, matanya sedari tadi mencuri pandang pada minuman favoritnya yang harganya tidak mencapai uangnya. Kasihan 'kan?

"Aku beli ini." kedua tangannya mengambil dua gelas kopi yang paling murah, soalnya uangnya hanya cukup untuk membeli kopi itu.

Setelah membayar, Ji Hyun merunduk sopan lantas berlalu pergi.

Dia sudah seperti anak kecil yang baru saja di berikan permen. Bahagia sekali.

Kepala gadis itu celingak-celinguk mencari keberadaan sahabatnya yang sudah cukup lama tak kembali padahal hanya sekedar pipis. Atau mungkin Soyeon mandi kembang tujuh rupa di dalam bilik? Ini sudah terlalu lama.

Selagi matanya sibuk mengedar, ia jadi tidak memperhatikan jalanan di depan.

"Soyeon di mana sih—"

Bruk

Waktunya berlalu dengan cepat tanpa sempat untuk Ji Hyun hentikan. 1 gelas kopi di tangan kanannya terjatuh mengenaskan di atas pijakan semen. Otak Ji Hyun loading saat itu juga.

***

Suasana di dalam kamar mandi tampak begitu sepi. Tak ada sedikitpun suara yang di hasilkan dari arah manapun, benar-benar sunyi.

Hal ini membuat Soyeon merinding sendiri. Waktu telah menunjukkan pukul 12 lewat beberapa menit, sudah terlalu larut.

Kalau Soyeon tinggal di rumah orang tuanya, yang ada sapu melayang ke arahnya. Dia itu anak yang bisa di bilang strich parents. Syukur karena ia di biarkan menyewa apartemen, itupun jika tinggalnya bersama Ji Hyun. Maklum sahabatnya itu orang kepercayaan.

Selepas memenuhi panggilan alam, Soyeon keluar dari bilik kamar mandi dan melangkah mendekati wastafel untuk membersihkan wajahnya yang terasa kusam. Sepenuhnya lupa dengan Ji Hyun yang tengah menunggunya di luar stadion.

Ceklek

Sejenak pergerakan tangan Soyeon yang tengah mencuci tangan dari mengalirnya air kran terhenti. Keningnya sedikit mengerut, namun hal itu tak bertahan lama sebab ia kembali fokus pada kegiatannya.

Soyeon mematikan kran air lantas kembali berdiri tegak, mematut diri di depan cermin seraya merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.

Senyumnya yang semula terbit dengan indah langsung berubah pucat pasi ketika dari pantulan kaca terlihat sesosok pemuda bermasker berdiri di belakangnya, secara bersamaan pandangan mereka bertemu.

Tangannya terangkat menunjuk pantulan kaca tepatnya ke arah pemuda tersebut dengan bergetar. Soyeon berbalik syok.

Sedetik kemudian,

"YAA!! BYUNTAEEE!!!"

Tbc.

Penulis : sweet_juminie
Ide : sweet_summer48sebutkan pengguna

I'm Your FanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang