10. Sampai Di Sini Saja.

0 0 0
                                    

Ji Hyun menghindar.

Terhitung hari ini genap empat hari ia tidak membalas pesan kekasihnya. Ah, apakah masih pantas untuk Ji Hyun menyebut dia kekasih. Mungkin lebih tepatnya, calon mantan kekasih.

Sakit. Rumor itu semakin merajalela. Dan yang paling tersiksa adalah dia dan Soyeon. Ji Hyun tidak menyalahkan siapa-siapa. Dia bersyukur setidaknya hujatan lebih mengarah kepadanya serta Soyeon daripada Beomgyu dan Soobin.

Semoga Beomgyu-ku baik-baik saja.

Hari ini Ji Hyun diam di apartemen. Mood nya sudah terlalu hancur hanya untuk sekedar bergerak apalagi memeriksa isi ponsel yang masih gempar-gemparnya mencari tahu identitas kekasih dua idola yang mereka puja.

Soyeon keluar. Entah ingin kemana, tapi Ji Hyun meyakini sahabatnya itu akan bertemu dengan kekasihnya, Choi Soobin. Apakah Soyeon baik-baik saja setelah pertemuannya nanti? Ji Hyun tidak yakin.

Suara bel berbunyi membuyarkan lamunan Ji Hyun. Karena sudah terlalu malas untuk mengecek siapa yang datang, tangannya langsung membuka kenop pintu.

"Iya, siapa..." suara Ji Hyun menghilang seiring dengan degup jantungnya menggila menatap eksistensi seseorang yang tengah memandangnya sayu.

Ji Hyun bergerak tergesa ingin menutup pintu, akan tetapi Beomgyu yang tenaganya lebih kuat menahan dengan meletakkan kakinya di antara pintu. "Kenapa kamu menghindar?"

Hati Ji Hyun perih mendengar suara Beomgyu yang serak. Pemuda yang berdiri di depannya saat ini sudah seperti orang yang tak terurus.

"Kenapa kamu tidak membalas pesanku? Aku merindukanmu. Aku ingin menceritakan hari-hariku yang berat akhir-akhir ini." Beomgyu nyaris saja menangis jika ia tak dapat menahannya.

Ji Hyun tak lagi menahan pintu, tapi masih berdiam diri tanpa mempersilakan Beomgyu masuk.

"Bagaimana mungkin aku sanggup mendengar ceritamu yang berat jika itu karena aku?" Lirih Ji Hyun. "Kita akhiri saja."

Beomgyu mencekal pergelangan tangan gadis itu lantas menariknya masuk ke apartemen. Menutup pintu dengan gebrakan yang kasar.

"Tarik kembali ucapanmu!" Desis Beomgyu.

Ji Hyun menarik nafas yang terasa sesak, "ini mungkin yang terbaik untuk kita."

"FOR YOU, NOT FOR ME!" Beomgyu berteriak kesal. "Kita bisa melewatinya, Ji Hyun. Kenapa mulutmu dengan gampangnya meminta pisah? Aku apa bagimu? Aku tidak main-main saat mengatakan aku mencintaimu. Aku bersungguh-sungguh ketika mengatakan kamu adalah duniaku."

"Beomgyu—"

"Apa sekarang kamu tau bagaimana perasaanku? Apa kamu mengerti bagaimana sakitnya hatiku mendengar perkataanmu?!!"

"KAMU PIKIR INI MUDAH UNTUKKU??!" Pekik Ji Hyun tak kalah nyaring. "AKU BIMBANG, CHOI BEOMGYU. AKU HARUS MEMILIH UNTUK TETAP EGOIS DAN MENAHANMU DI SISIKU ATAU MEMBIARKANMU TETAP BERJALAN DI ATAS KARIERMU DENGAN RESIKO HATIKU HARUS MELEPASMU!!!"

"Bukankah kita tetap bisa bersama sekalipun aku tetap seorang idol?!"

"Itu mudah di ucapkan!! Tapi aku tidak akan hidup menjadi parasit dan mengganggu kesuksesanmu."

Beomgyu tertawa sumbang. Ia menganggap Ji Hyun se istimewa dunia, tapi dia menganggap dirinya sendiri tak lebih dari sekedar parasit hidup?

"Jadi apa maumu?" lirih Beomgyu.

"Kita sampai di sini saja."

***

Soyeon ingin sekali kabur dari suasana yang canggung di restoran private ini. Berhadapan langsung dengan Soobin dibatasi meja di tengah membuatnya kembali teringat pertemuan pertama mereka dulu. Tapi kali ini suasananya sudah berbeda. Pun masalahnya sudah jauh lebih besar.

"Setelah berkali-kali kuajak bertemu, kenapa baru sekarang?" Soobin membuka pembicaraan.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Soyeon pelan. Ia menunduk dalam, takut matanya bertemu pandang dengan Soobin dan hatinya kembali goyah.

"Aku tidak baik-baik saja diabaikan kekasihku seperti ini." Balas Soobin.

Kepala Soyeon terangkat. "Benarkah? Aku juga tidak baik-baik saja terus bersembunyi seperti ini. Aku merindukanmu." Soyeon terisak.

Soobin ingin mendekat, merengkuh tubuh ringkih kekasihnya yang tengah bersedih. Namun tubuhnya terdiam kaku, seperti ada penghalang tak kasat mata yang membuatnya terasa jauh dengan Soyeon.

"Agensi mu pasti gempar 'kan?" Soobin mengangguk. "Apa yang harus kamu lakukan?"

"Katanya aku harus mengakhiri masalah ini." Balas Soobin, nafasnya kian tercekat.

Soyeon mengangguk. "Aku paham. Artinya... Hubungan kita harus berakhir?"

Si pemuda menggeleng tegas. "Aku tidak mau. Aku ingin mempertahankan hubungan kita. Aku tidak ingin kita berakhir seperti ini."

"Soobin... Sejujurnya aku tertekan. Aku takut kamu di lemparkan banyak hujatan. Aku takut karirmu yang masih muda hancur begitu saja. Apalagi... Jika itu karena aku." Lirih Soyeon. "Aku minta maaf."

"Apa maksudnya? Untuk apa minta maaf? Hubungan kita akan tetap berjalan. Kita hanya perlu lebih berhati-hati—"

"Dan ketika semuanya terbongkar untuk kedua kalinya, aku yakin tidak ada lagi kesempatan untukmu." Potong Soyeon. "Kamu pikir mudah?"

Helaan nafas teramat berat Soobin keluarkan. Ia pandangi netra Soyeon yang menyiratkan kesenduan.

Kenapa Tuhan?

Hubungan ini bahkan masih terlalu muda untuk di akhiri dengan cara menyakitkan seperti ini. Soobin masih belum mengenal Soyeon sepenuhnya. Soobin masih ingin belajar bagaimana cara menyenangkan hati kekasih di setiap harinya, Soobin baru menata masa depan yang ada Soyeon-nya di sana. Kenapa harus seperti ini akhirnya?

"Aku tidak akan pernah ingin kamu berhenti. Aku mengenalmu karena kamu seorang idol. Aku mencintaimu sebelumnya sebagai seorang penggemar. Dan sekarang, aku mencintaimu sebagai seorang pria. Tapi bagaimanapun, aku akan kembali pada titik awal. Kita memang di takdirkan hanya sekedar idola dan penggemar, tidak lebih. Tapi... Aku senang mencintaimu." Soyeon tersenyum. "Selamanya akan begitu."

Soobin berdiri dari duduknya, mendekat, lantas menarik Soyeon kedalam rengkuhannya. Pemuda itu terisak kuat, ia sembunyikan wajahnya di perpotongan leher Soyeon.

"Aku tidak mau." Kepalanya menggeleng keras.

"Tapi kamu harus."

"Aku mohon... Aku tidak sanggup membayangkan duniaku tanpa Soyeon. Aku mohon... Aku tidak ingin kehilangan."

Barulah Soyeon membalas pelukan Soobin tak kalah erat. Menenggelamkan wajahnya tepat di bagian jantung pemuda itu, sehingga Soyeon dapat mendengar bagaimana jantung tersebut berdetak kencang.

"Aku mencintaimu."

Soobin terluka, pernyataan cinta tidak ingin dia dapatkan jika begini akhirnya. "Aku, lebih-lebih mencintaimu."

Ketika semuanya seakan siap hancur, Soobin membatin, kumohon tunggu aku.

I'm Your FanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang