01

125 7 0
                                    

Saka menatap ponselnya, membaca pesan dari temannya, Uchan.

Uchan Kampus:

"Coba dulu deh. Lo gak akan pernah tau," 

begitu bunyi pesan itu.

Uchan sudah berhari-hari berusaha keras, mencoba menjodohkan Saka dengan salah satu teman Tara. Saka tidak tahu banyak tentang perempuan itu, yang ia tahu Uchan menyebutkan nama Binar disana dan dia tidak yakin mengapa Sungchan menganggap ini ide yang bagus sejak awal.

Saka:

"Serius, gue gak lagi pengen pacaran lah Chan sekarang," 

balas Saka pada Uchan sambil menatap ponselnya.

.

Di tempat lain, Binar duduk di ruang tamunya yang kecil bersama adik laki-lakinya, Sohi. Tara sudah berusaha meyakinkannya untuk pergi kencan buta selama berhari-hari, sama seperti Uchan tawarkan ke Saka.

"Lo pede aja Binaar, orangnya baik kok asli. Gue yakin lo cocok banget sama dia," ucap Tara saat panggilan telepon terakhir mereka.

Namun Binar tidak yakin. Hidupnya sudah rumit. Setelah kehilangan orang tuanya, dia telah mengambil tanggung jawab penuh untuk membesarkan Sohi. Dia hampir tidak bisa menjaga semuanya, antara pekerjaan dan memastikan Sohi diurus. Kencan buta terasa seperti hal terakhir yang dia butuhkan.

"Gak yakin ada yang mau sama gue dengan ngeliat keadaan gue sekarang kayak gini." Ucap Binar pada dirinya sendiri. Dia tidak percaya diri, terutama saat dia merasa hidupnya berantakan, tampaknya tidak akan mungkin.

Baik Saka maupun Binar menolak kencan buta itu, merasa terbebani oleh permasalahan pribadi mereka. Saka fokus pada tanggung jawabnya, dan berkencan tidak ada dalam pikirannya sama sekali. Sementara itu, Binar tidak dapat membayangkan bagaimana orang lain dapat menangani hidupnya yang rumit ini. 

Namun Uchan dan Tara, pasangan yang selalu menjadi pencari jodoh ini, tidak menyerah begitu saja. Mereka percaya bahwa Saka dan Binar, meskipun terus melakukan penolakan, mungkin saja merupakan apa yang dibutuhkan satu sama lain. Namun, untuk saat ini, baik Saka maupun Binar tetap teguh pada keputusan mereka, masing-masing merasa belum siap untuk sesuatu yang baru.

Jadi, jalan mereka, meskipun didorong oleh takdir, tetap tidak pernah bertemu...

... untuk saat ini.

.
.
.

Saka mendorong pintu kafe kecil itu hingga terbuka. Aroma kopi yang familiar memenuhi udara saat ia masuk. Sudah menjadi kebiasaan, mampir setelah bekerja untuk melepas lelah sejenak dengan secangkir kopi. Kafe itu sepi, tempat yang menyenangkan untuk beristirahat dari kehidupan sibuk yang ia jalani di luar.

Seperti biasa, ia mendekati meja kasir, matanya mencari barista yang selalu melayaninya. Ia tidak tahu namanya, tetapi akhir-akhir ini, ia mendapati dirinya tanpa sadar mencarinya setiap kali ia berkunjung. Ada sesuatu tentang cara ia bergerak, cara ia tersenyum lembut pada pelanggan, juga rambut sebahu yang menarik perhatiannya. Namun, mereka tidak pernah bertukar kata-kata selain pesanannya.

Binar berdiri di belakang meja kasir, menarik celemeknya erat-erat saat ia bersiap untuk giliran berikutnya. Itu sudah menjadi rutinitas sekarang, banyak pelanggan yang ia layani setiap hari, suara mesin kopi, permintaan kopi atau minuman lain yang tak ada habisnya. Namun, baru-baru ini, ada satu pelanggan yang mulai ia perhatikan lebih dari yang lain. Pria itu sering datang, mungkin seminggu bisa 3 kali. Ia pendiam dan ia selalu memesan hal yang sama—Americano—namun, meskipun tidak ada percakapan, Binar mendapati dirinya menantikan kedatangannya.

Binar tidak tahu siapa pria itu, tetapi ia tidak dapat menahan perasaan aneh yang menariknya. Ketika Saka tiba di konter hari ini, tatapan mata Saka itu bertemu dengan mata Binar untuk sesaat lebih lama dari biasanya. Sesuatu yang tak terucapkan menggantung di udara di antara mereka, hubungan diam yang tidak diakui tetapi dirasakan oleh keduanya. Pria itu memesan kopinya, seperti biasa, dan Binar membuatnya, seperti biasa. Namun kali ini, Binar tidak dapat menahan diri untuk tidak merasakan bagaimana jantungnya berdetak sedikit lebih cepat sekarang.

Saat Saka duduk di dekat jendela, ia mendapati dirinya menoleh ke arah konter. Ia tidak punya alasan untuk menganggap barista ini sebagai orang yang istimewa, namun entah bagaimana ia telah menjadi bagian dari harinya yang paling ia nantikan. Ia bahkan tidak tahu namanya. Baik Saka maupun Binar melanjutkan keheningan mereka, terikat oleh rutinitas tetapi dipisahkan oleh keengganan mereka untuk melangkah maju. Untuk saat ini, percakapan mereka singkat dan sopan, tetapi tanpa sadar dibawah alam sadar mereka, sesuatu mulai berkembang—sesuatu yang tidak sepenuhnya mereka pahami dan meskipun mereka tidak mengetahuinya, jalan mereka mungkin sudah lama bersilangan, namun belum ingin mereka ikuti.

When Path Cross (EUNSEOKxWONBIN) (COMPLETED)  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang