Bonus Chapter!

43 4 1
                                    

Hari-hari Saka dan Bina saat ini diisi dengan kebersamaan keduanya. Setiap harinya mereka akan berangkat bersama untuk pergi bekerja, begitu juga saat pulang. Saka inisiatif untuk mengantar Binar ke kafe setiap hari jika jam Binar memiliki jadwal pagi. Namun jika kebetulan Binar memiliki jadwal siang, maka Saka akan menjemput Binar saat pulang bekerja saja.

Hari itu, saat Saka menunggu di kafe hingga Binar menyelesaikan shift kerjanya, ia melihat sekelompok wanita duduk di dekatnya, melirik ke arahnya dan berbisik-bisik dengan penuh semangat. Ini bukan pertama kalinya hal seperti ini terjadi—ia pernah melihat hal seperti ini sebelumnya saat datang ke kafe—tetapi sekarang setelah ia berkencan dengan Binar, ia merasa lebih geli daripada apa pun. Ia hanya tersenyum sopan kepada mereka, hanya untuk bersikap sopan, dan mereka langsung tertawa cekikikan seperti senang diberi senyuman oleh pria tampan seperti Saka.

Namun, yang tidak Saka sadari adalah Binar melihat semuanya dari balik meja kasir. Binar merasa kesal melihat wanita-wanita itu berani menggoda Saka, pacarnya. Kekesalannya sudah ia tidak bisa tahan lagi saat ia selesai membersihkan meja terakhir, gerakannya sedikit kasar dari biasanya. Bisikan-bisikan, tatapan—perhatian yang Saka terima dari wanita lain selalu mengganggu Binar, meskipun ia berusaha sebaik mungkin untuk menepisnya. Namun kali ini, berbeda. Ia merasakan sedikit kecemburuan yang tidak dapat ia hilangkan.

Ketika Binar akhirnya keluar dan mendekati Saka, ia tidak menyapanya dengan senyum cerahnya yang biasa. Sebaliknya, dia berjalan melewatinya tanpa sepatah kata pun, wajahnya tampak tenang tetapi tampak tidak bersahabat. Saka, yang telah siap menyambutnya dengan hangat, terkejut karena menyadari perubahan suasana hati Binar.

"Hei, are you okay?" tanyanya lembut, berjalan di sampingnya saat mereka keluar dari kafe.

Binar menggelengkan kepalanya, menghindari kontak mata. "Gapapa," gumamnya, meskipun nadanya mengkhianati perasaannya.

Saka mengerutkan kening, merasakan ada sesuatu yang lebih dari yang dia ungkapkan dalam kesunyiannya. Dia meraih tangannya dan menariknya pelan untuk berhenti di luar kafe. "Gapapa gimana? Kalo gapapa kenapa tiba-tiba diem gini? Kenapa Binar? Ada sesuatu di kerjaan? Hm?" tanya Saka dengan nada pelan dan menatap Binar dengan lembut.

Binar mendesah, masih tidak menatapnya. Dia benci merasa seperti ini, tetapi itu mengganggunya. "Gapapa mas, beneran. Cuma, tadi... cewek-cewek di kafe itu."

Saka mengangkat sebelah alisnya, bingung. "Cewek di kafe yang mana?"

Binar akhirnya menatapnya, kekesalan tampak jelas. "Itu loh kumpulan cewek yang kalo mas dateng buat jemput aku dan kebetulan mereka ada disana, pasti aja mereka tuh ngegodain mas tau. Terus tadi aku ngeliat mas senyumin mereka, ya jelas mereka malah seneng. Ini bukan pertama kali kayak gini."

Mata Saka membelalak karena terkejut. Ia tidak menyadari betapa hal itu mengganggunya. "Kamu kesel gara-gara mereka gangguin aku, Bin?"

Binar menggigit bibirnya, malu mengakuinya. "Bukan cuma itu, mereka juga suka ngomongin mas dan aku suka denger itu. Aku cuma... gak suka kalo mas harus sampai senyumin mereka. Kegeeran tau jadinya dan aku ngerasa keganggu aja."

Senyum lembut mengembang di wajah Saka, dan ia melangkah lebih dekat, mengangkat dagunya ke atas sehingga mata mereka bertemu. "Binar, sayang..." Saka sedikit tertawa melihat muka cemburu Binar saat ini, begitu lucu pikirnya. Untuk pertama kalinya Saka melihat Binar cemburu padanya, ada rasa senang karena Saka merasa Binar benar-benar menyayanginya.

When Path Cross (EUNSEOKxWONBIN) (COMPLETED)  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang