12; end.

40 3 1
                                    


Matahari mulai terbenam, memancarkan cahaya keemasan yang hangat di atas kota. Di dalam apartemen Binar yang nyaman, suasana dipenuhi dengan tawa dan percakapan ringan saat Binar, Saka, Uchan, Tara, Sohi juga Anton berkumpul untuk makan malam. Itu adalah acara istimewa, momen untuk merayakan hubungan Binar dan Saka yang semakin erat dan kebahagiaan baru yang telah bersemi dalam hidup mereka, tentu saja berkat teman mereka juga Uchan dan Tara.

"Jadi, siapa yang mau masak nanti?" Uchan menggoda, matanya melirik Anton dan Sohi, yang kini sedang bertengkar di dapur. "Aku di sini cuma mau ikut makan dan bantu doa aja ya," jawab Anton sambil menutup mata dan meletakan kedua tangannya di dada, sementara Sohi menendang pelan kaki Anton.

"Tapi serius ini baunya enak banget, Kak Bin." puji Anton. Binar tertawa, bersyukur atas pujian itu. "Tumisan biasa ini, Ton. Kamunya lagi laper kali." Sohi tertawa mendengar jawaban kakaknya. Saka berjalan untuk berdiri di samping Binar, kehadirannya menjadi penyemangat saat dia menyaksikan pemandangan yang ramai itu. Saka mencoba untuk membantu Binar memasak, mencoba untuk mengikuti instruksi Binar sambil sesekali meliriknya, memuji betapa mudahnya Binar menguasai dapur.

"Mas Saka, mau tolong bantu beresin meja boleh?" seru Sohi sambil mencuci tangannya di wastafel. "Kayaknya kita bakal makan di ruang tengah aja gak sih? biar lebih luas juga." ucap Sohi. "Oke, saya beresin dulu mejanya terus ambil piring." jawabnya. Saat Saka meletakkan peralatan makan, dia menoleh ke Binar, yang sedang mengaduk panci dengan penuh konsentrasi. "Enak banget baunya, pasti hasilnya enak semua. Hebat kamu Binar." puji Saka. "Hehe makasih mas, semoga rasanya bakal seenak baunya ya." kata Binar sambil tersenyum, pipinya sedikit memerah karena panas kompor. 

Setelah serangkaian aktivitas, mereka akhirnya duduk untuk menikmati makanan. Meja dipenuhi dengan hidangan yang berwarna-warni dan tawa bergema di seluruh ruangan. Semua orang bergantian berbagi cerita, suara mereka saling tumpang tindih saat mereka menceritakan momen-momen lucu dalam hidup mereka.

Saat percakapan mengalir, Binar merasakan kehangatan dan rasa memiliki yang sudah lama tidak ia rasakan. Ia merasa mempunyai keluarga baru dalam hidupnya. Selama ini hidupnya hanya antara Sohi atau Tara. Namun sekarang, melihat mereka dalam satu ruangan; rumahnya, hatinya merasa penuh. Ia bertukar pandang dengan Saka, yang mencondongkan tubuhnya lebih dekat, perhatian Saka hanya tertuju pada Binar, yang membuat jantung Binar berdebar kencang.

.

Setelah makan malam, Sohi dan Anton mulai membersihkan piring. Uchan memanfaatkan kesempatan itu untuk mengobrol lebih dekat kepada Binar dan Saka. "Jadi, gimana kabar kalian berdua abis ketemu di blind date? Kayaknya gue sama Tara gak pernah dapet info apa-apa taunya udah jadian gitu?" tanyanya, suaranya merendah seperti kesal namun aslinya Uchan hanya menggoda mereka berdua. Saka bertukar pandang dengan Binar, dan Binar mengangguk sedikit, mendorongnya untuk berbicara. "Haha sorry sorry, bukan maksud gue sama Binar buat gak ngomong, tapi abis dari situ kita emang coba buat kenal satu sama lain dulu, kalo emang lancar baru kita mau infoin ke kalian berdua. Buktinya lo diajak kesini kan." katanya, nadanya tulus. "Gue sama Binar juga coba buat gak buru-buru tapi kayaknya gue udah yakin sama dia." Saka meneruskan sambil melihat Binar. 

Hati Binar membengkak mendengar kata-katanya. "Gue juga sama kayak mas Saka, rasanya ini pertama kalinya gue punya hubungan se-serius ini sama orang dan bersyukur banget mas Saka orangnya. Makasih ya Tara, Uchan." Tara tersenyum pada mereka berdua. "Wow, gak nyangka kalian udah sampai tahap ini." 

"Gue juga gak nyangka, Tar. Selama ini lo kan tau hidup gue kayak apa." Binar bicara sambil menundukkan kepalanya, "lingkungan hidup gue kalo gak lo, ya Sohi. Tapi sekarang, rasanya gue punya keluarga baru. Ada lo dan Uchan, Sohi juga Anton, dan mas Saka, yang peduli dan ada buat gue sekarang." sambung Binar sambil melihat mata Saka. "Lo dari dulu gak sendirian, Bin. Cuma bedanya sekarang personilnya nambah aja." ucap Tara serius, namun membuat yang lainnya tertawa.

Seiring berjalannya malam, suasana menjadi lebih santai, dipenuhi tawa dan candaan yang menyenangkan. Akhirnya, saat jam mendekati tengah malam, Sohi menyarankan mereka untuk berfoto bersama untuk mengenang malam itu. "Foto yuk kak, buat kenang-kenangan aja," seru Sohi, sambil menempatkan semua orang di sofa. Saat mereka berfoto, Binar mendapati dirinya meringkuk di samping Saka, yang melingkarkan lengannya di bahunya, menariknya mendekat. Setelah sesi foto, semua orang mulai bubar, Uchan dan Tara pamit pulang. Sedangkan Sohi dan Anton ingin menghabiskan malam mereka untuk pergi ke bioskop. 

Lalu disinilah mereka; Saka dan Binar. Menyisakan mereka berdua dalam apartment Binar. Suasana berubah, dan keheningan yang nyaman menyelimuti mereka. "Ahh akhirnya beres," kata Binar, memecah keheningan saat membersihkan piring terakhir. "Akhirnya bisa ngumpul juga, seneng banget." Saka terkekeh mendengar Binar, "Iya, akhirnya bisa kumpul." jawab Saka, tatapannya tajam namun lembut. "Mas seneng juga kah?" tanya Binar. "Seneng dong. Ngeliat kamu seneng, aku juga pasti seneng. Happiness looks good on you, Binar." Pipi Wonbin menghangat mendengar kata-katanya, jantungnya berdebar kencang. "Mas, kamu tuh bisa banget bikin aku deg-degan tau." Saka melangkah mendekat, menangkup wajah Binar dengan kedua tangannya. "Kamu salting ya?" Binar langsung tertawa mendengar pertanyaan tersebut. "Enggak lah...., gak salah lagi." Mereka berdua tertawa bersama mendengar jawaban Binar.

"Kamu sekarang bukan cuma orang yang aku sayang, tapi aku juga mau bareng-bareng sama kamu, sekarang sampai nanti. Kamu se-istimewa itu di hidup aku, Binar. Jangan pernah ngerasa sendirian lagi ya?" Mata Binar berkaca-kaca mendengar kalimat tersebut. Belum pernah ia mendengar seseorang mengatakan bahwa ia adalah segalanya. "Mas, aku—" , belum selesai Binar bicara, Saka memotongnya "Aku pun masih banyak kurangnya untuk kamu, kita punya masa lalu yang gak indah untuk diinget, kita udah sama-sama melalui banyak hal sulit juga, tapi sekarang aku mau jalanin hidup aku, mulai hari ini sampai nanti sama kamu Binar. Kamu mau juga kan bareng sama aku terus?" Mulut Binar sedikit terbuka, rasanya campur aduk mendengar pengakuan cinta seperti ini. Pengakuan cintanya memang tidak seperti di film-film, namun untuk Binar, pengakuan cinta Saka sudah cukup membuat hatinya tersentuh dan tidak sabar untuk menjalani hari-hari kedepannya bersama Saka. 

Binar mengangguk, matanya tidak tahan untuk tidak mengeluarkan air mata. "Iya, aku juga mau bareng-bareng terus sama mas Saka, kalo bisa selamanya!" jawab Binar dengan menangis dan memeluk serta mengalungkan tangannya ke leher Saka. Saka tersenyum, hatinya lega dan matanya berbinar penuh kasih sayang saat ia mencondongkan tubuh dan mencium Binar dengan lembut. Ciuman itu penuh janji dan kehangatan, tanda komitmen mereka satu sama lain. 

When Path Cross (EUNSEOKxWONBIN) (COMPLETED)  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang