17.

230 31 2
                                    

Seberapa sedih pun, waktu terus berjalan dan dunia tetap berputar, tidak peduli Sesulit apapun ujian dalam hidup, manusia harus tetap bangkit dari keterpurukan. Mungkin perlu jeda waktu, tapi tidak boleh terlalu lama. Karena itulah hidup. Bersedih secukupnya.

Donghyuck sudah kembali beraktivitas seperti setelan awal, masuk kuliah, mengerjakan tugas dan project yang dia perkirakan akan menunjang karier. Kemudian dia berencana untuk mengikuti magang di perusahaan yang relevan dengan bidang perkuliahannya. Tapi itu masih rencana saja.

Hari ini dia selesai mengikuti kelas lebih awal dari biasanya. Dia berpikir orang -orang tidak akan menunjukkan rasa simpati kepadanya karena dia merasa tidak memiliki teman dekat. Diluar ekspetasinya, diawal dia kembali masuk perkuliahan teman-teman sekelasnya memberikan support kepada Donghyuck begitu mendengar kabar buruk tentang Mark. Secepat berita ketiadaaan pria populer itu, secepat itu pula orang-orang mengetahui hubungan antara dirinya dengan Mark. Bahkan beberapa teman Mark sengaja menemuinya untuk mengatakan hal-hal baik. Membuat Donghyuck sedih. Sekaligus tidak merasa hanya dirinya sendiri yang kehilangan. Pasti itu juga berat untuk orang terdekatnya yang lain apalagi orang tuanya. Lagipula Donghyuck tidak bisa melakukan apapun lagi selain berdoa demi kebaikannya.

Setelah mengirimkan pesan kepada supir keluarganya, Donghyuck duduk menunggu untuk di jemput pulang. Begitu melihat mobil yang tidak asing serta plat nomor yang sangat dia hafal. Donghyuck langsung berdiri.

Matanya membulat saat melihat siapa yang mengendarai mobil tersebut, ketika ia menurunkan kaca mobil.
Bukan supir yang menjemputnya, melainkan wanita cantik, yang tidak lain adalah nyonya Lee. Wanita itu melambaikan tangannya, dia mengenakan kaca hitam dan pakaian yang stylish.

Donghyuck langsung tersenyum lebar dan menghampiri sang ibu, mencium pipinya dari luar.

"Apakah aku bermimpi?" Tanyanya memastikan.

"Tidak sayang, ayo naik!" Perintah ibunya.

Donghyuck mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca. Setelah duduk di sebelah sang ibu Donghyuck mulai memberondong wanita itu dengan berbagai pertanyaan. "Kapan ibu pulang? Kenapa tidak memberitahu ku sebelumnya?"

"Ibu pulang pagi tadi. Maaf ya sayang, seharusnya ibu pulang lebih awal dan berada disisi mu. Yang sabar ya nak" Ucap sang ibu lembut. Wanita itu menarik Donghyuck dalam pelukannya. Seketika tangis Donghyuck kembali pecah dalam pelukan sang ibu. "ibu tahu apa yang terjadi, pasti berat untuk mu sayang" Nyonya Lee membelai dan mencium Donghyuck dengan sayang, dia selalu mendapat laporan dari bibi Kwon mengenai kondisi Donghyuck dan apa yang menimpanya. Donghyuck tidak berselera makan seperti biasanya dan sering mengurung diri. Kemudian Donghyuck juga sering mengabaikan pesan atau telepon nyonya Lee. Dia tahu Donghyuck begitu patah hati. Bukan sesuatu yang bisa di sepelekan. Apalagi Donghyuck tipe yang berperasaan lembut.

Sebagai ibu, tentu saja dia tidak bisa tenang. Khawatir. Dan meskipun ia tahu Donghyuck tidak kekurangan suatu apapun. Dia perlu ada disisi putrinya.

Setelah cukup lama, Donghyuck akhirnya bisa berhenti menangis. Perasaannya sudah jauh lebih baik.

"Bagaimana dengan ayah?" Tanyanya pada sang ibu. Dia bertanya dengan maksud keinginan tahuan apakah ayahnya juga pulang atau hanya ibunya.

"Ayah masih memiliki banyak pekerjaan, yang tidak bisa ditinggal. sehingga dia tidak bisa pulang. Tapi dia juga khawatir" jawab sang ibu.
Donghyuck hanya mengangguk. "Apa tidak apa-apa meninggalkan ayah disana Bu?"

Nyonya Lee tertawa ringan mendengar pertanyaan putrinya. "Sangat tidak apa-apa. Dia kan bekerja. Lagipula kau jauh lebih penting sekarang ini. Ibu akan menemani mu" Jawab sang ibu dan menghapus jejak air mata di pipi hembil Donghyuck.

"Kita cari tempat makan ya, dan berjalan-jalan untuk hari ini" kata nyonya Lee sebelum pelukannya dan Donghyuck terlepas. Donghyuck tidak menjawab tapi dia mengangguk tanda setuju. Senyumnya yang manis tersungging di bibir berbentuk hatinya.

Nyonye Lee memasangkan sabuk pengaman untuk Donghyuck dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan sebelum menjalankan mobilnya menuju restoran terkenal di kota. Dia juga membawa Donghyuck berjalan-jalan dan banyak berbincang bersama Donghyuck, memberikannya support secara emosional.

***

Semuanya menjadi lebih rumit di luar dugaan,  Jeno begitu peka dan sadar, bahwa Donghyuck sedang berusaha menghindarinya. Gadis itu bersikap seolah tidak ada yang terjadi dan masih bersikap manis kepadanya. Tetapi menghindari kontak fisik dengannya sekecil apapun itu selama beberapa hari belakangan ini.

Tentu saja hal itu sangat mengusiknya. Sehingga wajahnya suram dan suasana hatinya kian memburuk. Dia butuh Donghyuck, uring-uringan karena tidak bisa dekat dengan gadis itu.

Jeno merasa tidak memiliki salah, tetapi dia menduga Donghyuck mungkin saja ingat dengan insiden saat dia mabuk. Karena hanya itu saja yang terasa masuk akal.
Gadis itu juga tidak mau berkontak mata dengannya. Bagaimana Jeno bisa mengatasi hal demikian? Dia akan menggila jika itu berlangsung lebih lama.

Tetapi dia akan mengikuti cara main Donghyuck, bukan salahnya hal itu terjadi. Dia memang sangat menginginkan itu sejak lama, impian dan imajinasi kotornya selama ini. Berciuman panas dengan Donghyuck, merasakan bibir merahnya yang tampak lembut dan basah dan benar-benar sesuai dugaannya selama ini, rasanya manis. Tetapi Donghyuck lah yang memulai meskipun dalam keadaan tidak sadar. Dia sudah mencoba menahan dirinya sebaik mungkin.

Jeno akhirnya menunjukkan sikap dingin, dia tidak menyapa Donghyuck atau menempelinya lagi. Hanya bersikap abai, seolah tidak peduli dengan perubahan sikap Donghyuck.
Itu berat, namun cara terbaik untuk mengetahui situasi dan membaca perasaan Donghyuck. Dan sepertinya saudarinya itu juga menyadari hal tersebut, tapi tidak ada itikad apapun mengenai hal itu.

Karena Jeno tidak bisa hanya memikirkan sikap Donghyuck kepadanya, alih-alih memperbaiki situasi dia memilih menyibukan diri untuk mengalihkan perhatian. Dia sangat menurut pada Doyoung, hingga Doyoung jadi berpikir Jeno berubah pikiran mau mengikuti kemauan tuan Lee untuk lanjut study di luar Negeri.

Pada suatu hari Doyoung membicarakan hal itu dengan nyonya Lee di depan Donghyuck, tentang Jeno yang berkonflik bersama tuan Lee karena tidak mau lanjut study ke luar Negeri, tetapi kemudian Jeno mendadak rajin dan memenuhi tugasnya untuk bisa kesana. Sepertinya Jeno bertekad mengikuti ayahnya. Begitu kata Doyoung.

Mendengar hal itu, Donghyuck tidak mengatakan apapun. Tetapi dia berkali-kali menghela nafasnya. Dia bangga pada Jeno dan keuletan Jeno dalam berbagai hal.

Hanya saja, Donghyuck merasa sangat mengganjal. Dia terbiasa bersama Jeno merasa sepi karena jarang bertemu. Jadwal Jeno terlalu padat.  Apalagi tinggal menghitung waktu jika benar Jeno akan studi diluar. Pasti kedepannya akan jauh lebih sibuk lagi.

Permasalahan yang Donghyuck hadapi cukup kompleks, dia malu dan bingung bagaimana bersikap yang benar terhadap Jeno dengan baik. Dia merasa bersalah pada adiknya itu.
Tapi dia tidak mau membicarakan hal yang sudah terjadi, atau membahasnya lebih lanjut, takut itu berubah menjadi buruk.

Dia mengingat apa yang sudah dia lakukan, namun dia juga mengingat bagaimana cara Jeno merespon.

Jeno tidak seperti adiknya, tetapi seperti seorang pria.......

Ya, secara teknis Jeno memang seorang pria. Tapi.... Apa yang terjadi sangat buruk dan tidak pantas. Mereka adalah saudara.

Saudara tidak berciuman dengan panas dan penuh gairah.

Terkadang dia mencoba denial dan berpikir bahwa mungkin saja itu hanya bayang-bayang karena efek mabuknya. Tidak bisa di percaya Donghyuck ada di tahap iseng membuka cctv dan menonton apa yang terjadi pada hari itu.

Jika ayah atau ibu menonton, mungkin jauh... Jauh lebih buruk dan menjadi bencana yang sangat besar.

Donghyuck juga merasa Jeno menghindarinya. Mungkin Jeno jijik kepadanya? Hari itu, mungkin Jeno hanya kehilangan kendali. Karena Jeno adalah seorang pria yang akan beranjak dewasa.

Tbc.

Secret Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang