Datang Bukan Untuk Pulang 1

412 35 5
                                    

"Kenapa baru pulang, Mas?" tanya Indi ketika melihat Randy memasuki rumah tanpa mengucapkan salam.

Wanita itu langsung berdiri dari duduknya, menghampiri Randy yang berhenti melangkah ketikan mendengar suaranya. Saat dia telah berada di depan Randy, Indi langsung meraih tangan Randy, menggenggamnya erat, sedangkan Randy dengan kasar menarik tangannya dan menatap Indi tajam.

"Kenapa memangnya kalau aku baru pulang? Ada masalah?" tanya Randy kasar.

Pria itu langsung melangkah meninggalkan Indi yang terdiam sesaat. Nada suara Randy yang begitu kasar serta tatapan tajam milik Randy, baru Indi lihat ketika mereka menikah. Awal bertemu dengan Randy, tatapan Randy malah datar, tak tajam seperti saat ini, bahkan saat mereka menjalin hubungan, Randy selalu menatapnya dengan tatapan memuja serta berbinar.

"Kamu harusnya kasih tahu aku kalau kamu gak pulang, Mas. Aku nungguin kamu," ujar Indi malah membuat Randy yang baru saja berniat untuk menaiki tangga terhenti.

Pria itu menghela napasnya, sejujurnya menatap wajah Indi bagi Randy saat ini sangat memuakkan, bahkan Randy sama sekali tak mau menatap Indi. Sayangnya, di rumah ini ada Indi salah satu penghuni di dalamnya.

"Aku gak minta kamu nungguin aku, kan? Kenapa ditungguin? Gak usah, karena aku gak pulang," balas Randy.

Randy kemudian kembali melangkah, menaiki anak tangga satu per satu, menuju kamarnya yang pasti selama seminggu ini ditempati Indi untuk tidur. Memikirkan soal ranjangnya yang ditempati Indi, Randy malah membayangkan Indi mengajak pria lain ke rumah ini, bercinta sepuasnya dengan laki-laki lain. Tiba-tiba saja perut pria itu mulas, dia juga merasa mual membayangkan hal tersebut.

Selama dia pergi dari rumah ini, apa yang dilakukan Indi di sini? Apakah Indi mengajak pria lain di rumah ini? Randy akan menanyakan pada pekerja di rumah ini.

Sementara Indi, dia melangkah mengikuti Randy yang menuju kamar mereka, dia ingin berbicara empat mata pada Randy, dan tak mau pekerja rumah melihat keduanya. Indi yakin, empat pekerja di rumah ini pasti bertanya-tanya apa yang menyebabkan Randy tak pulang ke rumah sehari setelah ijab kabul dilaksanakan.

"Aku gak mungkin gak nungguin suami aku yang belum pulang, Mas. Aku khawatir sama kamu," ungkap Indi membuat Randy kembali menghela napasnya panjang.

"Gak usah ditungguin, bisa kan? Kenapa kamu malah ngerepotin diri sendiri?"

Nada suara yang sarkas, membuat Indi sadar kalau Randy sangat tak ingin berada di tempat yang sama dengannya. Indi merasa, dia bak bakteri yang ada di sekitar Randy. Apa Randy sejijik itu padanya?

"Mas, kamu suami aku," kata Indi.

Mendengar itu, Randy seketika tertawa keras, kemudian tawanya berhenti, disusul dengan mata Randy yang menatap Indi tajam.

"Kamu harus ingat, sebentar lagi kita akan bercerai. Camkan itu, Indi!" kata Randy mengingatkan Indi apa tujuan akhir dari pernikahan sementara mereka ini.

Sontak hal itu membuat jantung Indi berdetak kencang. Wanita itu mundur beberapa langkah, dadanya terasa begitu sesak menahan tangis, matanya sudah berkaca-kaca sejak tadi, dia ingin menangis saat ini juga. Namun, Indi harus menahan tangisnya, Randy tak boleh melihat kalau saat ini dia sangat terpukul mendengar perkataan Randy.

"Kamu beneran mau ceraikan aku, Mas?" tanya Indi hati-hati, berharap apa yang Randy katakan itu salah, atau mungkin dia yang salah mendengar.

"Pertanyaan bodoh! Laki-laki mana yang masih mau bertahan dengan perempuan yang ternyata sebelum menikah udah pernah disentuh laki-laki lain? Gak ada, Indi! Aku juga seperti itu, aku gak mau bertahan dengan perempuan yang udah pernah disentuh laki-laki lain sebelum menikah denganku," tutur Randy tepat sasaran.

Perkataan Randy sukses menikam jantung Indi, bak belati yang begitu tajam dan memiliki ujung yang lancip. Wanita itu menelan ludahnya susah payah, dia ingin menangis, tetapi rasanya menangis saja tak bisa melampiaskannya rasa sakit hatinya. Napasnya tercekat lantaran tengah menahan tangis, Indi berusaha menahan untuk tak menangis di depan Randy saat ini.

"Kayaknya hanya ku satu-satunya laki-laki yang mempermasalahkan hal itu," balas Indi.

"Kamu gak tahu di luaran sana, Indi. Kamu gak tahu, di luar sana, pasti ada laki-laki yang seperti aku juga."

Indi menatap Randy. Kali ini, wanita itu tak bisa menahan air matanya, dia menatap Randy dengan tatapan kecewa, juga dengan air mata yang berderai di pipinya.

"Kamu yakin mau cerai?"

"Yakin."

"Pernikahan kita baru seminggu lebih, kamu beneran mau ceraikan aku?"

"Hm."

Randy hanya menjawab dengan gumaman, tetapi Indi sudah sangat paham dengan jawaban tersebut. Wanita itu akan berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan pernikahan mereka, dia tak mau berpisah dengan Randy. Biar saja Indi dibilang sebagai perempuan bodoh, tetapi Indi benar-benar tak mau cerai dengan Randy.

"Mas, aku—"

"Kita akan bercerai, Indi. Aku gak bisa hidup dengan kamu lebih lama lagi, aku mau cari perempuan baik-baik di luar sana," sela Randy sebelum Indi berkata apapun.

Perempuan baik-baik? Seperti apa perempuan baik-baik menurut Randy? Apakah yang masih suci? Kalau Randy benar-benar ingin menceraikannya, harusnya Randy menalaknya hari ini juga.

"Kalau gitu talak aku dari sekarang, Mas," ucap Indi pelan.

Namun, Randy sekali tak merespon, Randy malah diam menatap kakinya sendiri. Saat ini, Randy tak sanggup melihat wajah Indi, dia juga tak sanggup melihat mata Indi yang menangis karenanya.

Kenapa pada dirinya ini? Kenapa dia malah tak suka melihat Indi menangis? Harusnya biarkan saja, kan? Biarkan saja Indi menangis. Randy harusnya membuat pertahanan lebih tinggi lagi, lebih kokoh lagi, bukan malah seperti ini. Pria itu bahkan tak bisa berkata apapun ketika Indi meminta dia menalak Indi.

Pernikahan yang baru seminggu lebih, berakhir dengan cepat. Apa ini sudah benar?

Tidak, bagi Randy udah benar, apa yang sedang dia lakukan sudah benar. Namun, bibirnya terasa begitu berat untuk mengucapkan kata talak pada Indi. Kenapa ini? Pria itu saat ini sedang berusaha untuk melupakan Indi secepat mungkin, agar nanti dia bisa menemukan perempuan baik-baik sesuai keinginannya, perempuan yang menjaga dirinya untuk suaminya.

"Ayo talak aku, Mas!" pekik Indi.

"Gila!"

"Gila? Siapa yang kamu bilang gila? Aku? Kamu yang gila, kamu yang gila karena minta cerai di saat usia pernikahan kita baru seminggu lebih," tutur Indi.

Wanita itu jatuh terduduk di depan Randy, menangis seraya memegang dadanya yang begitu ngilu. Randy jahat, sangat jahat sampai Indi tak bisa mendeskripsikan bagaimana jahatnya Randy.

"Kamu bilang kamu mau ceraikan aku, tapi kamu masih belum talak aku. Kenapa, Mas? Pernikahan kita baru seminggu lebih, kita masih bisa perbaiki semuanya, kamu masih bisa dengerin penjelasan aku," ucap Indi sudah sangat putus asa.

"Untuk saat ini, aku belum bisa ceraikan kamu. Reputasiku bisa hancur karena bercerai sekarang."

***

Maafin buat yang nungguin up AUnya, aku bakal up besok yah guys

Bye bye

Tidak Suci (Randy-Indi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang