Dia Hamil

962 59 15
                                    

Randy menggeram kesal ketika membaca setiap pesan yang ada di room chat antara dia dan Indi. Istrinya itu hamil di saat dia berada di luar negeri, selain itu istrinya hamil padahal mereka baru melakukannya sekali dua minggu yang lalu. Hal itu selalu Randy pertanyakan, benarkah Indi hamil anaknya?

Pria itu melempar ponselnya hingga layarnya pecah dan mati, kemudian menatap lurus ke depan. Tangannya terkepal erat dan buku-buku jarinya memutih. Randy memegang dadanya yang terasa begitu nyeri lantaran mengetahui informasi perihal Indi yang hamil. Kenapa dengan dirinya? Harusnya itu bisa dijadikan alasan yang kuat untuk mengakhiri hubungan mereka, pastinya semua orang akan menerima alasan itu.

"Anying, gue kira ribut-ribut apa tadi, ternyata lo malah hancurin HP lo sendiri," ucap Daniel.

Randy seketika menoleh pada asal suara, lalu menatap Daniel tajam. Pria itu pikir, Daniel sudah keluar dari kamar hotelnya, tetapi masih berada di sini, dan hanya berada di kamar mandi. Dia tak memedulikan Daniel, kemudian melangkah menuju balkon kamar untuk melihat pemandangan kota.

"Kalau udah gak ada kepentingan, mending keluar," kata Randy. Saat ini, dia sedang tak ingin diganggu oleh Daniel.

"Gue diusir? Jahat banget lo setelah gue nemenin lo di sini ngegalau," balas Daniel mendramatisir keadaan. Pria itu melangkah menghampirinya Randy di balkon kamar, ikut berdiri di samping Randy sembari melihat pemandangan kota malam ini.

"Gue lagi mau sendiri," kata Randy lagi.

Sayangnya, Daniel sama sekali tak mengindahkan hal itu, dia malah mengangkat bahunya tanda tak peduli. Sedangkan Randy kini menggeram kesal karena Daniel, dia saat ini mau sendiri, mau menjernihkan pikirannya setelah mendapatkan berita dari Indi kalau saat ini Indi sedang mengandung. Demi apapun, Randy sama sekali tak percaya kalau anak yang ada di kandungan Indi adalah anaknya. Mana mungkin itu anaknya, dia saja cuma melakukan sekali, Randy sama sekali tak percaya kalau sekali melakukan itu langsung membuahkan hasil.

"Indi lagi?" tanya Daniel.

Satu-satunya orang yang paham dengan Randy hanya Daniel, satu-satunya orang yang tahu kisah hidup Randy hanya Daniel, bahkan Daniel lah tempat Randy bercerita waktu awal-awal hubungan mereka berjalan. Pria itu menatap Randy, merasa kasihan pada Randy yang selalu menghadapi masalah tak henti-hentinya. Dulu masalah Randy yang menyesal dengan adiknya, sekarang masalah Randy dengan Indi.

Namun, Randy hanya diam saja, dia tak berniat untuk menjawab pertanyaan Daniel karena yakin Daniel pasti sudah tahu dengan jawabannya. Tangan Randy memegang besi pembatas balkon tersebut, menggenggamnya erat, membuat urat-urat di pergelangan tangannya terlihat. Daniel menyadari itu semuanya.

"Gue rasa lo sama dia harus ngomong baik-baik deh," saran Daniel.

Mendengar itu, Randy tertawa kecil, mengejek saran Daniel yang tak akan pernah dia lakukan. Bagi Randy, berbicara baik-baik dan empat mata dengan Indi sama sekali tak ada gunanya, ujung-ujungnya dia akan emosi kalau mendengar setiap penjelasan Indi nantinya. Randy juga sudah tak mau mendengar penjelasan apapun dari Indi, semua pengakuan Indi sehari setelah pernikahan mereka sudah cukup bagi Randy. Pria itu sudah tak mau mendengarnya lagi, itu hanya akan menyakitimu perasaannya. Seperti ini saja dia sudah merasakan sakit hati ketika mengetahui Indi mengandung anak orang lain, apalagi kalau dia mendengar semua penjelasan Indi.

"Apa yang harus gue dengar dari Indi, Niel?" tanya Randy dengan suara yang lirih.

Seketika Daniel menoleh, dia sadar kalau Randy juga terluka dengan fakta yang dia dapat. Pria itu tak bisa berbuat apa-apa, tetapi dia hanya tak mau ada penyesalan di hidup Randy, sudah cukup dulu Randy menangis sejadi-jadinya padanya, mengadukan perihal adiknya yang mengidap penyakit serius.

"Barangkali ada penjelasan lebih detail sebelum lo sama dia pisah nantinya. Gue gak mau maksa lo pertahankan pernikahan kalian, itu urusan lo," tutur Daniel.

"Dia hamil."

Hah? Seketika Daniel melongo tak percaya mendengar ujaran Randy. Pria itu menatap Randy dengan tatapan bertanya, sedangkan orang yang ditatap malah terus menatap lurus ke depan. Daniel benar-benar tak percaya dengan hal tersebut, pernikahan Randy dan Indi baru dua minggu lebih, dan Indi dinyatakan hamil. Daniel meragukan janin di kandungan Indi, apalagi Randy sehari setelah pernikahan mereka langsung kabur dan mengunjunginya. Namun, dia juga tak bisa langsung percaya begitu saja, barangkali benar itu anak Randy, mengingat banyak kasus perempuan hamil setelah dua mingguan menikah.

"Serius? Lo gak bohong?" tanya Daniel.

Orang yang ditanya Daniel mengangguk lemah, dia juga sebenarnya tak bisa menutupi kesedihannya pada Daniel, dan hanya Daniel yang melihat sisi lain dari Randy.

"Emang yang kayak gitu bohongan? Dia hamil, barusan ngasih tahu gue, tapi gue tahu itu anak gue," jawab Randy malah membuat Daniel meringis pelan. Masalah apa lagi yang akan dihadapi Randy?

"Lo sama dia pernah ngelakuin itu?"

Walaupun pertanyaan Daniel terdengar sensitif bagi Randy, tapi Daniel membutuhkan jawaban itu sebelum dia menyimpulkan Indi salah. Bagaimana kalau seandainya Randy pernah melakukan hal itu sekali dan langsung jadi? Daniel tak bisa langsung menyimpulkan.

"Sekali, pas malam pertama," jawab Randy.

"Anak lo pasti itu," balas Daniel.

"Lo yakin?"

"Bukan masalah yakin gak yakin, tapi gue percaya itu bukan anak gue. Coba lo pikir baik-baik, gue ngelakuin itu cuma sekali sama dia, terus gue ninggalin dia sendirian di rumah selama dua mingguan. Bisa aja itu anak dia sama cowok lain, kan?"

Daniel yang mendengar itu, menghela napasnya panjang, dia tak tahu harus menyimpulkan bagaimana di saat Randy juga pernah melakukan hubungan dengan Indi sekali. Pria itu berpikir bisa saja Randy dan Indi berhubungan di saat Indi sedang masa subur dan terjadilah pembuahan, dia tak bisa menyimpulkan begitu saja. Rasanya Daniel ingin mengatakan pada Randy apa yang sedang dia pikirkan, tapi sadar kalau Randy saat ini tengah dikuasai amarah. Randy tak akan mau mendengar saran dari siapapun, termasuk saran darinya.

"Setelah anak itu lahir, coba lo tes DNA, untuk buktikan semuanya. Kalau janin itu beneran bukan anak lo, ceraikan Indi, kalau itu anak lo, coba lo pertahankan pernikahan lo," saran Daniel.

"Lo pikir gue mau bertahan di saat gue udah tahu Indi itu gimana orangnya?"

"Itu masa lalu dia, biar jadi urusan dia, yang jadi urusan lo sama dia itu masa depan. Kalau seandainya itu beneran anak lo, lo mau apa? Tetap mau buang dia karena dia anak dari perempuan jalang?"

Randy yang mendengar itu menendang besi pembatas balkon, tetapi sama sekali tak membuat Daniel terkejut. Daniel yakin, Randy pasti marah saat ini.

"Gue yakin itu bukan anak gue, Niel. Kalau itu anak gue, gue bakal ambil anak itu dan gue ceraikan Indi," pungkas Randy kemudian meninggalkan Daniel di balkon sendirian, selain itu pria itu juga keluar dari kamar hotel.

Saat ini, Randy ingin menenangkan dirinya, dia tak berdebat dengan Daniel yang terdengar membela Indi.

***

Halooo

Tenang, aku up ulang karena ikut event, jadi bakal up tiap hari🥹

Jangan lupa tinggalkan jejak, kalau rame aku lanjut lagi.

Bye bye

Tidak Suci (Randy-Indi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang