Indi
Aku pergi, Mas.Pesan dari Indi membuat membuat Randy yang baru saja keluar dari area bandara langsung mengernyit heran. Apa Indi memilih menyerah? Pria itu tersenyum sinis, merasa kalau semua ini adalah drama yang dibuat oleh Indi agar dicegah oleh dirinya. Randy sudah sangat mengenal tabiat perempuan seperti ini, dia sudah sangat sering bertemu dengan perempuan yang mengaku akan pergi tetapi sama sekali tak menepati perkataannya, mungkin hal ini sama sekali tak pantas dijadikan Indi untuk menggertak Randy, karena Randy sama sekali tak takut.
Kalau memang Indi ingin meninggalkannya, langsung pergi saja, tak perlu sampai bilang padanya. Namun, ada hal yang paling Randy tak suka dengan perasaannya, dia seakan takut Indi benar-benar pergi meninggalkannya, padahal jelas-jelas ini adalah hal yang paling dia tunggu-tunggu. Andai Indi menjaga kesuciannya, andai Indi tak mengecewakannya, mungkin keduanya akan menjalani rumah tangga yang harmonis, bahkan mungkin keduanya akan bersama selamanya. Ah, atau mungkin nanti dia dan Indi akan memiliki seorang anak yang cantik jelita seperti ibunya dan tampan seperti dirinya.
Pria itu mengepalkan tangan kirinya, sementara tangan kanannya melihat pesan dari Indi yang kembali masuk ke ponselnya. Matanya menatap layar datar tersebut begitu lama, membaca tiap kata yang ada di pesan tersebut.
Indi
Aku janji gak akan pernah muncul lagi di depan kamu, semua urusan perceraian aku serahkan ke kamu. Aku yakin, kamu lebih mampu mengurusnya semua.Lagi, pria itu tersenyum sinis setelah membaca pesan dari Indi, seakan pesan yang Indi kirimkan padanya bak belati yang menusuk tepat di jantungnya. Dadanya terasa terhimpit, berdenyut nyeri, disertai dengan perasaan aneh. Randy menarik napasnya, mencoba menetralkan perasaan yang sama sekali tak ingin dia rasakan, ini adalah pertama dan terakhir kalinya dia merasakan hal seperti ini. Kemudian pria itu mengetik pesan balasan untuk Indi, membalas dengan kata yang sekiranya mampu membuat Indi merasakan apa yang dia rasakan saat ini. Indi harus merasakan juga, bukan hanya dia.
Randy
Terserah kamu, Indi. Aku gak ada niatan paksa kamu untuk tetap bersama aku.Setelah membalas pesan dari Indi, Randy tertawa kecil dengan niat mengejek dirinya yang sama sekali tak beruntung dalam gak percintaan. Sekalinya menjalin hubungan yang serius dengan seorang wanita, malah berujung sakit hati dan kecewa. Pria itu merasa dia pantas kecewa, dia pantas sakit hati atas fakta itu, dan dia pantas marah.
Indi
Aku akan bawa anak ini pergi jauhAncaman seperti apa ini? Randy tak menyangka kalau Indi berani mengancamnya seperti ini. Tawa pria itu semakin keras membaca pesan dari Indi. Bukankah sudah seharusnya Indi membawa anak itu menjauh dari dirinya? Tak ada yang perlu disesali, dia sama sekali tak merasa menyesal membiarkan Indi membawa anak itu pergi dari hidupnya. Randy percaya, anak itu bukan anak dia. Baru dua minggu lebih dia dan Indi menikah, mana mungkin Indi langsung hamil, paling parahnya lagi, keduanya hanya melakukan hubungan itu sekali.
Indi
Berarti kamu ikhlas kalau dia gak anggap kamu ayahnya?Pesan itu masuk lagi dari ponselnya, pesan dari Indi yang mempertanyakan keihklasan hatinya. Bukankah sudah jelas? Randy sama sekali tak merasa berat apabila anak itu tak menganggapnya ayah, dia juga tak merasa kalau anak itu adalah darah dagingnya.
Indi
Aku pamit. Semoga kita beneran gak pernah bertemu lagi.Randy
Aku juga berharap seperti itu Indi.Pesan Randy sudah tak dibalas oleh Indi, tapi Randy percaya kalau Indi membaca pesan terakhir darinya. Pria itu kemudian mengacak rambutnya frustrasi, kemudian menarik rambutnya kuat, barangkali dengan begitu rasa sakit di dadanya bisa teralihkan dengan rasa sakit yang ada di kepalanya. Randy sama sekali tak peduli, bahkan kalau rambut-rambutnya tercabut akibat tarikannya, Randy sama sekali tak peduli.
Dadanya terasa begitu ngilu, rasanya lebih sakit dibandingkan saat dia mengetahui perihal penyakit Kalila dulu, lebih sakit dibandingkan dengan penyesalan dia dulu pada Kalila. Kalau tahu seperti ini, dia tak mau mengenal Indi lebih jauh, bahkan memberikan hatinya pada Indi. Ketika hati jatuh pada orang yang salah, tak ada yang bisa dilakukan selain mencoba melupakan walau sakit rasanya.
"Kenapa harus Indi? Kenapa harus menikah dengan Indi? Kenapa hari ini malah jatuh sama Indi?"
Pria itu bertanya-tanya pada dirinya, dia malah merasakan sakit teramat dalam. Sejak menginjak usia remaja, Randy selalu ingin memiliki pasangan baik-baik, pasangan yang mau menjaga dirinya untuk suami, dan pasangan yang menerima dia apa adanya. Nyatanya, dia malah mendapatkan pasangan yang tak sesuai dengan keinginannya. Bayangannya perihal rumah tangga yang harmonis hancur hanya karena fakta Indi sudah tak suci lagi, keluarga harmonis impiannya tak akan ada.
Pria itu tak yakin, apakah dia bisa mendapatkan pengganti Indi agar keluarga harmonis seperti mimpinya tercapai atau malah hatinya tetap jatuh pada Indi.
Belum lama bertukar pesan dari Indi tadi, ponsel Randy berdering, membuatnya menghela napasnya panjang, kemudian mengambil ponselnya di ranjang. Pria itu melihat panggilan masuk dari Kalila, membuatnya sangat yakin kalau ini pasti ada hubungannya dengan kepergian Indi.
"Halo?"
"Halo. Kak Randy kapan balik? Rumahnya kosong, Indi aku telfon gak dia angkat."
"Besok, Kalila. Kakak pulang besok."
Sebenarnya belum saatnya Randy kembali ke Indonesia, dia masih memiliki pekerjaan lain di sini, tetapi mau tak mau dia harus pulang, melihat keadaan rumah yang kini ditempati Indi selama dia di luar negeri, bahkan mau melihat keadaan rumah ini ketika ditinggal oleh Indi.
"Coba Indi dihubungi, Lila udah hubungi tadi, tapi gak aktif. "
Pria itu menelan ludahnya sudah payah, sepertinya Indi sama sekali tak mengatakan apapun pada Kalila. Randy akan mengatakan ini setelah dia pulang ke Indonesia besok, dia akan mengumumkan pada keluarga Nowlan kalau dia dan Indi akan bercerai.
"Sibuk mungkin," balas Randy.
Di seberang sana, Kalila berdecak kesal, kemudian terdengar suara Kalila yang mengeluh pegal pada sang suami. Dulu sebelum menikah dengan Indi, Randy pernah membayangkan seperti apa keluarga mereka nantinya, apa seharmonis keluarga adiknya atau lebih harmonis lagi, bahkan dia membayangkan saat Indi mengandung anaknya.
Sial, kenapa di saat seperti ini, dia malah kepikiran dengan Indi? Randy harus menghapus ingatan tentang Indi, bahkan harus melupakan Indi. Indi tak boleh berpikir kalau dia memiliki pengaruh besar kepada hidup Randy.
"Masak gak tahu, itu Indi istri Kak Randy loh," ucap Kalila di seberang sana.
"Kakak sama dia belum chatan hari ini."
Randy terpaksa berbohong, dia akan menceritakan semuanya di rumah nanti. Selain itu, Randy tak mau masalah ini diketahui Kalila di saat Kalila tengah mengandung.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Suci (Randy-Indi)
RomanceIndi pikir, Randy akan menerima dirinya apa adanya ketika mengetahui kalau dia sudah tak suci lagi. Gadis itu menyembunyikan fakta itu dari Randy. Tetapi setelah malam pertama mereka, Randy menanyakan perihal kesucian Indi kala melihat tak ada darah...