Datang Bukan Untuk Pulang 2

720 58 6
                                    

"Cepat talak aku!" pekik Indi pada Randy yang hanya diam saja setelah mengucapkan kalau dia belum mau menceraikan Indi karena takut reputasinya hancur.

Randy yang mendengar itu sama sekali tak bereaksi apapun, tak juga berekspresi apapun, wajah Randy benar-benar berekspresi datar, dengan mata menatap Indi malas.

"Ayo, Mas, talak aku!" pinta Indi.

"Kamu mau reputasiku hancur karena cerai dari kamu seminggu setelah menikah? Kamu mau buat bisnis yang aku bangun hancur?"

Mendengar itu, Indi tertawa keras. Randy lebih mementingkan reputasinya dibandingkan perasaan mereka berdua. Randy lebih memedulikan hartanya dibandingkan menalak Indi setelah seminggu pernikahan mereka.

"Perasaan lebih utama daripada reputasi kamu, Mas. Perasaanku dan perasaanmu lebih utama, Mas," balas Indi saking tak menyangka kalau Randy lebih memikirkan reputasi dibandingkan perasaan mereka.

Harusnya Randy lebih memikirkan perasaan keduanya yang sama-sama tersakiti. Calon mantan suaminya itu harus tahu kalau terus berlama-lama seperti ini, keduanya hanya akan semakin tersakiti. Indi menggeleng pelan, tak percaya kalau Randy berpikir,bmasih ada lagi yang lebih di atas perasaan, yaitu reputasi.

"Kamu salah, Indi. Reputasiku lebih penting daripada perasaanku ataupun perasaanmu," kata Randy.

Pria itu berbalik badan, mengambil koper besar yang diletakkan di atas lemari, kemudian mengeluarkan beberapa bajunya dari lemari, dan memasukkan ke koper tersebut. Sedangkan Indi yakin, Randy pasti akan pergi jauh, Randy pasti ingin menghindar darinya sampai waktunya tiba, sampai masa di mana Randy menalaknya.

"Reputasi ya lebih penting ya?"

Randy sebenarnya ingin mempersiapkan segala keperluannya untuk keberangkatannya besok ke luar negeri, tetapi Indi begitu ribut membahas antara reputasi dan perasaan. Pria itu menggeram kesal, menahan diri untuk tak membentak Indi. Saat ini, Randy tak ingin membentak Indi, ada sesuatu yang menyentil dirinya sehingga dia tak bisa membentak Indi.

"Setelah bercerai, aku bisa membayar semuanya sebagai ganti rugi untuk kamu nanti," ucap Randy membuat Indi semakin tak paham dengan pikiran Randy.

"Bayar apa maksud kamu?" tanya Indi.

"Bayaran karena udah puasin aku di malam pertama kita," jawab Randy kemudian kembali fokus menyusun bajunya di koper tersebut.

Sementara Indi menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dikatakan Randy. Apa Randy berpikir kalau dia adalah perempuan murahan? Apa Randy pikir dia perempuan bayaran untuk melayani nafsu laki-laki gila seks? Apa yang sedang Randy pikirkan sebenarnya? Sebagai apa dia di mata Randy?

"Kamu pikir aku perempuan bayaran untuk melayani nafsu kamu, Mas?!" Indi menggeleng pelan, dia benar-benar tak percaya dengan pikiran Randy.

"Terserah kamu mau anggap diri kamu apa, aku sama sekali gak anggap kamu seperti itu. Toh kamu bebas menginap di sini selama beberapa hari, berbeda dengan perempuan bayaran yang hanya datang untuk semalam," balas Randy acuh.

Mendengar balasan Randy, semakin membuat Indi benar-benar tak habis pikir.

"Anggap saja kamu sekarang lagi menumpang dan gak tahu tempat untuk cari uang," lanjut Randy.

Menumpang? Tak tahu tempat cari uang? Apa Randy lupa kalau sebelum mereka menikah, Indi sudah bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri? Apa Randy lupa kalau dia sebatang kara?

"Oh iya, malam ini, kamu tidur di kamar tamu aja," imbuh Randy lagi.

"Mas, kamu sadar kan kalau kita itu suami istri?"

Tidak Suci (Randy-Indi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang