05. First Meet

340 58 6
                                    

    

   

    

    

¯ Klandestin ¯






  





Rora berulang kali memeriksa penampilannya melalui kaca. Rora menyentuh dadanya yang berdebar kencang, rasa gugup luar biasa menyelimuti dirinya. Kedua tangannya sibuk merapikan rambut yang mendadak seperti ingin memberontak dari kepalanya—padahal sebenarnya biasa saja sampai Canny yang menemaninya sedari tadi merasa jengah.

"Ribet amat, mbak. Kayak mau diajak kencan aja."

Celetukan Canny membuat Rora menatapnya tajam,

"Yang ga pernah merasakan jatuh cinta ga diajak. Mending lo diem terus perhatiin biar jadi referensi buat lo."

"Dih, iyadeh si paling jatuh cinta." Ejek Canny, kemudian kembali berdecak karena Rora lagi-lagi menyemprotkan parfum ke tubuhnya hingga membuat Canny menutup hidungnya.

"Aduh, stop please! Nanti kalau Kak Asa keracunan parfum lo gimana?"

Rora menghentikan gerakan tangannya, lalu mengangguk setuju.

Ia menunjukkan gummy smile-nya hingga membuat Canny ngeri sendiri dengan perubahan suasana hati sahabatnya yang cukup ekstrim ini.

Rora menarik tangan Canny untuk keluar dari toilet dengan langkah riang. Membuat Canny lagi-lagi bergidik ngeri.

Ternyata efek jatuh cinta memang cukup mengerikan.

     

  

    




  



   

;

     



  

  







  

Asa mengucapkan terima kasih kepada petugas keamanan karena telah membukakan pintu kelas. Ia perlahan melangkahkan kakinya masuk,

Sepi.

Lagipula siapa manusia waras yang datang sepagi ini?

Iya betul, Yoon Asa.

Padahal ruangan ini tak ada bedanya dengan rumahnya.

Sama-sama sepi. Tapi setidaknya disini ia tidak dibayangi kenangan hangat yang menghiasi setiap sudut rumah. Dengan begitu hatinya tak akan berat dibebani rasa bersalah yang begitu dalam.

Asa duduk bersandar di kursinya. Memejamkan mata, tak lama kemudian tanpa ia sadari, rasa kantuk perlahan menghampiri dirinya.

  

   










  

                  

            

             




  







  

     

Asa mengangkat kepalanya ketika mendengar jeritan yang terdengar begitu menyakitkan. Mencoba menghapus air matanya, Asa dengan berat hati melepaskan tangan dingin milik sang Ibu.

Klandestin | Asa X RoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang