18

353 20 2
                                    

Dua hari berlalu, kondisi Evan sudah membaik. Anza merawatnya dengan cukup baik.

"udah enakan badan lo?" Evan mengangguk menjawab pertanyaan Anza, "besok besok minum lagi yang lebih banyak, biar sakitnya lebih parah dari kemarin" ujar Anza dengan masih memotong kubis untuk memasak sup.

Evan mengerucutkan bibirnya, "kemaren itu closing an, makanya aku minum banyak sekalian"

"dalam rangka apa lo closingan?" Anza mengernyit dengan tangan yang masih sibuk dengan sayurannya.

"ya gapapa, kata Arga sih puasin sekalian terus setelah ini gue harus kurangin kebiasaan itu"

Evan yang sedari tadi duduk di kursi meja makan menyaksikan Anza kini beranjak membuat susu ibu hamil juga kopi hitam untuknya.

hubungan Anza dan Evan sudah seperti sebelumnya. Anza mencoba untuk tidak lagi cuek kepada Evan dan memperlakukan Evan seperti awal sebelum kejadian Evan yang memaksa Anza untuk hs.

"mau kerumah nenek kapan?" tanya Evan.

"habis rapotan lah" jawab Anza yang baru saja memasukkan sayurannya kedalam air yang sudah diberi bumbu.

"rapot kita siapa yang ambil?"

"rapot lo gue yang ambil, rapot gue lo ambil" Evan mengangguk paham.

Evan kembali duduk dengan dua gelas didepannya, ia menunggu Anza selesai masak.

Anza mendudukkan dirinya disebelah Evan saat selesai memasak, "sup nya udah mateng, sana makan" suruh Anza.

"ntar aja," Evan menggeser segelas susu bumil yang ia buat untuk Anza, "minum"

Anza menatap segelas susu itu dengan tatapan datar seakan enggan meminumnya, "diminum Za bukan dilihatin doang" ujar Evan saat Anza tak kunjung meminum susu nya.

Anza dengan sangat enggan pun dengan terpaksa meraih susu itu dan meminumnya.

"lo masih ngerokok kan dibelakang gue?"

"lo minum alkohol juga?"

sontak pertanyaan dari Evan membuat Anza terkejut, "hah?"

"gue tau Za, lo masih suka nyebat tapi sejak kapan lo mulai minum alkohol lagi?" tanya Evan.

"g-gue gak minum alkohol, gue cuma minum Bin*ang doang" elak Anza.

"sama aja Za, bin*ang itu juga keras"

"bin*ang yang kalengan itu gak ada alkoholnya Van" kekeh Anza.

Anza memang sempat meminum minuman itu tepat saat ia mengetahui Evan yang pergi ke dugem, ia keluar untuk membeli minuman itu.

"Za, kalo kebiasaan terus dipaksa berhenti gue tau emang susah, tapi usahain perlahan ya Za, gue larang lo kaya gini karna gue gak mau lo sama dedek bayi nya kenapa kenapa, ngerti kan?"

"soal minuman, lo udah lama berhenti berhubungan sama minuman sejenis itu, kenapa sekarang minum lagi?"

"gue minum itu juga karna liat lo yang enak enakan ngedugem" jawab Anza dengan kesal, "lo nyuruh gue berhenti ini itu tapi lo bebas lakuin ini itu, gak adil"

Evan tersenyum, ia mengerti seharusnya jika ia memberi larangan itu kepada Anza maka dirinya juga harus menerapkan larangan itu juga pada dirinya sendiri agar Anza tak merasa tertekan.

"gue minta maaf, karna larangan yang gue kasih ke lo gak gue terapin di diri gue juga. tapi sekarang gue mau lo usahain buat berhenti Za, gue juga usahain"

"beneran ya?"

"iya"

keduanya tersenyum satu sama lain, "gitu dong, kan adil" ucap Anza, ia beranjak untuk mengambil nasi juga lauk yang sudah ia masak.

Kembar Anathan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang