Bel sekolah pun berbunyi. Namun, para anak kelas unggulan ini tetap berada di sekolah. Alasannya adalah, mereka disuruh untuk membersih satu sekolah. Karena satu kelas lupa mengerjakan PR yang pak yoo berikan.
"Ahg capek ... Nok, lu aja yang nyapu gw mau ke toilet. " Ujar Niko, "I-iya Nik. " Inok terlihat murung. Setiap saat, semua tugas Niko selalu ia berikan kepada kembarannya.
Langit telah menjadi gelap. Hanya cahaya rembulan yang mampu menerangi gelapnya Langit.
"Eh semua nya, udah selesai belum. " Ujar lelaki berambut hitam bermata oren. Lelaki itu adalah ketua kelas di kelas ini. Medi namanya.
"Harus nya udah selesai semua. " Ujar lelaki berambut hitam. Jeje.
"Medi medi, udah selesai semua. " Ujar lelaki berambut coklat bermata biru tua.
"Oh, kalo gitu. Temen temen kita udah boleh pulang. " Ujar Medi.
Mereka pun dengan bahagia berjalan menuju tangga.
"Hah? "
Ujar seorang lelaki dengan sweater berwarna abu abu, Bintang. "Kenapa Tang-" Langit seketika terdiam dan tak melanjutkan. Sekarang, seluruh siswa/i kelas unggulan, telah melihat hal yang sama. Batu besar menghalangi tangga. "Ini gak mungkin, ini pasti mimpi. " Batin Karis tak percaya.
"Lang, tampar gw Lang, tampar gw. "
*Plakk*
"Eh Sakit. " Ujar Bintang.
Ini bukan mimpi, ini jelas bukan mimpi. Rasa nya sangat nyata.
Mereka mulai merasa gelisah. Ketakutan. Kekhawatiran. Panik.
Kai, Langit, Jeje, dan Karis bekerja sama untuk mendorong batu besar itu. Mereka masih tak percaya. "Ini adalah hal yang mustahil. Ini pasti mimpi." Seperti itulah isi pikiran mereka. Klara dan Alana, panik tak karuan. Jantung mereka berdebar dengan sangat kencang.
Malam ini, malam yang berat, bahkan banyak dari mereka yang belum tertidur. Siapa yang bisa tertidur dikeadaan seperti ini.
"Med, lu gapapa kan? Lu keringetan. " Ujar Jeje menanyakan kabar adik nya. "Gapapa Bang. " Jawab adik nya itu.
Tengah malam. Semua anak kelas unggulan sudah tertidur. Walau mereka tetap ketakutan. Mungkin mereka akan bermimpi buruk.
"Aduh, aku keknya harus ke toilet deh. " Batin Klara.
Klara pun bangun dari posisi tidurnya dan pergi menuju toilet. "Huh, lega ya. " Batin Klara.
Pagi hari
Karis dan Medi bangun lebih dulu. "Uh ... Gw masih disini ya? " Batin Karis.
"KLARA?! " Seru Medi. Semua orang terbangun mendengar suara Medi. Karis dan lainnya pun keluar dari kelas dan mencari Medi.
Ternyata Medi berada dikamar mandi.
Mereka perlahan lahan melihat siapa yang berada di depan Medi.
...
"G-gak mungkin. " Alana sedikit meneteskan air matanya.
"K-klara? " Sekujur tubuh Karis mulai bergetar.
Yap, Klara telah menjadi mayat dan penuh dengan bekas gigitan. Jeje dengan sigap, segera menghampiri adiknya. Jeje mencoba membuat Medi untuk menoleh kearah nya.
"Med ... Udah ... Jangan sedih lagi ya. " Jeje mengelap air mata air Medi.
Medi memegang tangan Jeje. Jeje menatap mata oranye milik Medi.
"Makasih ... Bang. " Ujar Medi.
Anya menatap Alana. Terlihat mata Alana yang berkaca kaca. Alana seperti berusaha menahan tangisan nya.
"Nangis aja sih Na, gausah ditahan gitu. Gaenak loh! " Anya menepuk pundak Alana.
"Mending minum dulu Med. " Ujar Adrian sembari menyodorkan botol minum.
Tbc
Haiiii, maaf pendek. Dan akhirnya Klara jadi mayattttt!! Ehem ehem. Gak dendam kok.
Oh ya! Sedikit ingfo. Jeje dan Medi itu saudara kandung! Ann juga lah, masa gak dianggep.
Btw, tiap bab dari sekarang bakal ada mayat. Ehehehe.
517 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Kannibal : Bakwan fight back
Mystery / ThrillerFanmade by me SMA Dirgantara terkenal berprestasi, namun ada satu hal yang tak banyak orang tahu. Kasus siswa dan siswi yang terbunuh lalu mayat nya di makan. Karis, seorang siswa baru di SMA Dirgantara, memecahkan misteri tentang kasus kannibal di...