balap liar

206 22 1
                                    

Malam itu juga, setelah makan, dongjun dan changfeng pergi ke tempat balap liar. Seperti biasa, untuk menghilangkan rasa traumanya, dongjun mengikuti balap liar tersebut.

Dongjun sedari dulu memang suka balapan, pokoknya apapun yang berbau dengan sepeda motor. Bahkan sebelum orang tuanya meninggal, ia pernah menjadi ketua geng motor yang sangat terkenal dan sangat ditakuti. Namun pasca kejadian naas beberapa tahun yang lalu, membuat dongjun keluar dari geng motor tersebut.

Suara sorak menggema di telinga dongjun, membuat rasa percaya diri dan semangat untuk menang bergejolak.

Sesekali dirinya melirik ke arah lawannya disertai dengan smirk.

" kalian sudah siap?? " tanya grid girl.

Ditengah mesin mesin yang menderu dan para pembalap sudah bersiap diri, gadis tersebut pun mulai mengangkat benderanya. " 1.....2.....3!! " suara pluit pun sudah terdengar yang berarti sudah saatnya untuk melajukan kecepatan motornya.

Beruntungnya selama perjalanan yang dongjun tempuh semuanya aman dan lancar sampai finish, dan malam itu juga adalah keberuntungan baginya, karena dia yang memenangkan balap liar tersebut.

" yuhuuu.... Gue menang!! " dongjun turun dari sepeda motornya dan bersorak pada orang-orang disana.

Tak lama kemudian disusul oleh lawannya yang mengajak taruhan. " untuk kali ini, gue mengalah sama lo! " ia berbisik pada dongjun sembari melemparkan uang taruhannya. Sedangkan dongjun hanya bisa tersenyum sinis padanya.

" huh, baru menang kemarin aja dah bangga, lo. " setelah berbisik pada lawannya itu, ia beranjak pergi menjauh darinya dan menemui changfeng dengan rasa penuh dengan kebahagiaan, sehingga hal tersebut membuat sang lawan menatapnya penuh dengan kebencian.

" selamat atas kemenangan, mu, " celetuk orang yang tiba-tiba muncul dari arah belakangnya.

" p— pak..... Dosen?? " changfeng membelalakkan bola matanya, betapa terkejutnya ia ketika pria tersebut datang.
Sontak dongjun pun membalikkan badanya. Mereka berdua kini membeku tak berkutik sama sekali.

Disisi lain, lawan pemainnya tersebut memanas dan terus menatap dongjun penuh dengan amarah. Namun dirinya tidak bisa melakukan apapun,karena ia tahu siapa orang yang berdiri tepat didepan dongjun.

" lo, tunggu pembalasan gue!! " teriak lawan pemainnya yang kemudian pergi disertai dengan sorakan seperti merendahkannya. Namun, hal itu tak digubris oleh dongjun, karena ia hanya memikirkan hal apa yang bakal terjadi selanjutnya.

" selamat atas kemenaganmu, dong— jun? "

Dongjun hanya terdiam, menelan air liurnya kasar. Begitu juga dengan changfeng, ia hanya terdiam dan menunduk.

" kenapa kalian terdiam? " tanya dosen itu lagi.

" ti.... Tidak, pak. " dongjun nyeletuk sembari mengernyih.

" bapak.... Bapak.... Datang juga kesini? " tambah dongjun dengan terbata bata

" menurut kamu? " dongjun hanya terdiam canggung tidak berkutik kembali. Hingga tak terasa tempat itu perlahan lahan sepi, banyak orang yang pergi pulang. Hanya menyisakan mereka bertiga.

" eummm..... Bapak, kami..... Pamit pulang, ya.... " kali ini changfeng yang memulai pembicaraan, meskipun dengan nada yang canggung dan ketakutan.

" kalian tidak perlu ketakutan seperti itu. " ye dingzhi tertawa melihat tingkah laku mereka berdua.

" bapak, nggak akan ngapa- ngapain kalian berdua, jadi santai saja. Besok pagi ada kelas saya. Jangan terlambat.... Oh ya, sekali lagi selamat untukmu, dongjun. " ye dingzhi menepuk pundak dongjun, kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

Setelah kepergiannya, jantung dongjun dan changfeng kini berdetak nomal kembali. Mereka merasa lega dan kehangatan mulai menyelimuti mereka.

" ntah apalah yang akan terjadi besok, " ucap changfeng frustasi.

" kenapa dia tiba-tiba ada?? " tanya dongjun heran.

" ntahlah... " jawab changfeng pasrah.

Mereka berduapun kembali lagi kerumahnya dan beristirahat. Tidak lupa juga mereka memasang alarm agar bangun tepat waktu.

~~~~~~

Matahari pun menampakkan dirinya begitu cepat. Di mansion besar ye dingzhi, ia bersiap siap untuk pergi ke kampus. Dengan kemeja hitam, celana hitam dan jam Rolex yang menggulung di lengan tangannya, membuat dirinya lebih berwibawa dan tegas.

Begitu juga dirumah dongjun, tidak seperti biasa ia bersiap siap ke kampus sepagi itu. Begitu juga changfeng.

" apakah semuanya sudah siapa? " tanya dia pada pelayannya ye dingzhi

" sudah tuan. " jawab sangat pelayan.

Ye dingzhi pun langsung beranjak pergi menuju mansion utama. Kali ini ia memakai sepeda motornya untuk pergi ke tempat kuliahnya.

Tanpa harus menunggu, ye dingzhi langsung menuju kelasnya. Beruntungnya waktu itu dongjun dan changfeng tidak terlambat seperti biasanya.

Selang beberapa jam kelas berjalan, ye dingzhi mendapatkan suara panggilan, sehingga membuatnya harus pergi saat itu juga untuk menyelesaikan urusan dirinya sendiri.

" baiklah, karena saya ada urusan mendadak, kelasnya saya akhiri sekarang juga. Tapi, meskipun begitu, saya tidak lupa untuk memberikan tugas pada kalian, yang nanti akan saya kirim melalui pesan grup. "  ucapnya yang kemudian pergi. Namun ia kembali lagi untuk memanggil 1 mahasiswanya.

" dongjun... " ye dingzhi menghampirinya, yang membuat orang yang dipanggilnya terperanjat.

" nanti sore, datanglah ke rumah saya, ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengan, mu. "

Dongjun yang mendengarnya pun terkejut sekaligus kebingungan. " tapi pak—" dongjun ingin bicara, namun ye dingzhi sudah pergi begitu saja.

Tak lama dari itu seorang pria mendatangi dongjun lagi, kali ini bukan ye dingzhi melainkan orang lain, yang mungkin itu adalah bodyguard nya ye dingzhi.

" tuan bilang, anda datanglah sendiri, dan ini kartu identitasnya. " pria tersebut menyodorkan sebuah kartu kecil pada dongjun, dan tanpa mengucapkan apa-apa lagi, ia pergi begitu saja.

Dari kejadian tersebut tentu mengundang banyak perhatian dari semua temannya.

" panggilan apaan tuh, jun? " celetuk salah satu temannya.

" kepo aja, kalian.... Udah pulang semua sana! " usir dongjun pada semua temannya.

" lo pasti dapat teguran lagi, dan lo, pasti akan dikeluarkan dari sini. " ucap salah satu gadis di sana sembari tertawa remeh pada dongjun, yang kemudian pergi bersama semua temannya.

" apaan tuh, jun? " kali ini changfeng yang bertanya sembari menunjuk pada sebuah kartu yang dipegang oleh dongjun.

Sontak dongjun langsung menyembunyikan kartu tersebut. " bukan, buka apa-apa.... Aku hanya dipanggil pak dosen aja nanti sendirian. "

" pasti masalah tadi malam, ya? " bisik changfeng.

" kemungkinan, gue juga bakal dikeluarkan juga. " wajah dongjun yang semula sedikit santai, kini berubah menjadi sedih.

" kau pulanglah, aku butuh waktu untuk sendiri. "

" ok, tapi jangan ngelakuin hal-hal bodoh lagi! " peringatan changfeng hanya di jawab anggukan oleh dongjun.

.
.
.
.
.

Vote and komen......

Destiny || YEBAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang