PDKT

150 14 2
                                    

Beberapa hari kemudian, tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Ntah kenapa dingzhi dari awal bertemu dengan dongjun ia merasa tubuhnya ada yang menarik kedalam kehidupannya dongjun, bahkan ia ingin terlibat dalam kehidupan dongjun.

"Apa karena dia mirip dengan orang yang aku cintai dulu??" Itulah isi dalam benak dingzhi, tapi dingzhi tidak memusingkan hal tersebut. Namun ntah kenapa setiap kali ia berada di sisi dongjun, ada rasa nyaman dan rasa bahagia dalam dirinya.

Seperti saat ini dingzhi rela masuk dalam circle dongjun. Awalnya mereka sempat tidak menerimanya dan sedikit tidak nyaman, tapi seiring berjalannya waktu mereka sudah terbiasa dengan kehadiran bapak dosennya tersebut. Meskipun dalam benak mereka merasa masih ada keanehan dengan dosennya tersebut. Karena dingzhi tidak seperti dosen pada umumnya.

Hampir selama 3 jam mereka bercanda tawa sembari makan-makan dan minum, hingga dering telponpun berbunyi membuyarkan segalanya, yang ternyata itu bunyi telpon dingzhi.

"Sepertinya dia akan pergi sebentar lagi, " celetuk salah satu temannya.

Setelah mendapat telpon tersebut memang benar adanya dingzhi langsung berpamitan pergi karena ada urusan mendadak yang harus ia kerjakan.

"Tuh kan, bener dugaan ku, " ujarnya kembali. pria tersebut biasa mereka panggil lei mengsha.

"Dongjun, kamu tau nggak, sepertinya bapak ye Yun suka deh sama kamu, " kali ini yue yao yang angkat bicara.

Pernyataan tersebut membuat dongjun terkesiap, "haha, nggak mungkin. " sarkas dongjun.

"Hmm, sepertinya apa yang dikatakan yue yao bener juga, " jawab mengsha.

"Ngaco kalian semua, " sarkas dongjun lagi. Meskipun bibir dongjun mengucapkan hal tersebut, hati dongjun lain bicara. Ntah kenapa akhir-akhir ini ia selalu terbayang bayang akan sosok ye dingzhi. Meskipun dongjun sudah berusaha untuk menepis pikirannya tetap saja melekat dalam pikirannya. Apalagi ye dingzhi yang terus berada di dekatnya.

"Sebenarnya apa yang kamu pikirkan, dongjun, " gerutunya dalam hatinya.

"Ngelamunin apa, kamu? " changfeng nyeletuk membuyarkan lamunan dongjun.

"Eh? Gak, gak ada. "Dongjun menjawab dengan terbata-bata.

Changfeng percaya, dan kembali bercanda tawa dengan semua teman-temannya. Berbeda dengan dongjun yang ntah melayang kemana pikirannya saat ini. Setelah kepergian ye dingzhi, ia merasa jenuh. Di sela-sela bercanda tawa, sesekali dongjun memantau notifikasi handphonenya.

Selang beberapa menit, akhirnya dia mendapatkan notif dari telepon genggamnya yang membuat dia sangat bahagia.

"Aku duluan, guys. " dongjun bersiap-siap untuk pergi, sehingga membuat teman-temannya heran.

"Eeh, mau kemana, jun? " tanya lei mengsha.

"Aku ada pekerjaan yang harus aku kerjakan, bye! " dongjun bergegas pergi keluar, sebelum teman-temannya bertanya kembali.

"Belakangan ini dongjun sering banget tiba-tiba banget pergi begini, " ujar changfeng heran.

"Aku merasa ada yang disembunyikan sama dia, karena nggak pernah seperti ini, " jawab yue yao sedikit curiga dengan dongjun, tapi mereka tidak tau apa yang dia lakukan dan yang dia sembunyikan, karena dia belakangan jarang contact mereka.

Disisi lain, dongjun memakirkan motornya di sebuah cafe yang jaraknya tidak jauh dari tepat dia berkumpul dengan teman-temannya tadi. Ia melangkahkan kakinya menuju kursi cafe yang berada dipojokan dekat dengan jendela.

"Ada apa, kok tiba-tiba menyuruhku datang kesini?" Keluhnya sembari mendudukkan dirinya disebrang bangku seorang pria, yang tak lain adalah ye dingzhi atau yang dipanggil ye Yun.

"Haha, aku ingin mengajakmu nonton, karena aku dikasih 2 tiket sama kakak aku, sedangkan aku tidak punya teman, " jawab dingzhi.

"Tidak punya teman? Qixuan?? Siapa lagi satunya? Aku lupa, "

"Mereka semua sibuk dengan urusan mereka sendiri, jadi aku mengajak mu, " dalih ye dingzhi.

"Kan bisa ajak teman-teman yang lain! " ketus dongjun.

"Aku pengennya kamu, gimana? "

"Ya, tapi—"

"Udah nurut aja. " sahut dingzhi, yang kemudian ia menarik lengan dongjun menuju mobilnya.

"Bagaimana dengan motorku? "

"Tenang saja, nanti akan diambil sama bodyguard aku. " ye dingzhi langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Sesekali dingzhi menatap orang yang berada disebelahnya, ia tertawa kecil kala ia melihat bagaimana gemasnya wajah dongjun dengan bibir yang manyun.

Sesampainya di tempat, mereka langsung masuk ke dalam bioskopnya dan duduk di tengah-tengah, tidak lupa juga dengan popcorn dan minumannya. Untuk awal dongjun sangat menikmati menonton filmnya, berbeda dengan ye dingzhi yang terus tersenyum melihat wajah cantiknya. Namun ditengah-tengah itu, dongjun terkejut dan langsung menyelipkan kepalanya di leher dingzhi, karena ternyata film yang mereka tonton adalah film pembunuhan dan horror. Tubuh dongjun gemetar, ia tidak berani meneruskan menontonnya, bahkan ia menangis di pelukan dingzhi.

Setelah selesai menonton, dongjun keluar dengan perasaan ketakutan dan kesal dengan ye Yun. "Kenapa kau tidak bilang jika menonton horror? "

"Aku juga nggak tau kalo nonton ini. Maafin aku, ya, " dingzhi menggenggam tangan mungil dongjun.

"Ok, sbagai gantinya aku akan ajak kamu ke sebuah tempat yang indah, gimana? Kamu mau? " bujuk ye dingzhi. Tapi dongjun hanya geming, karena tidak ada jawaban akhirnya dingzhi tetap memaksanya untuk pergi begitu saja.

Selama diperjalan, hanya keheningan menyelimuti mereka, hingga tak terasa akhirnya mereka telah sampai di tempat tujuan mereka.

"Kenapa berhenti disini? " tanya dongjun ketus.

"Sudah, ikuti saja aku. " dingzhi langsung menggenggam tangan dongjun dan menariknya.

Setelah masuk kedalam, kedua bola mata dongjun berbinar kala ia mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat tersebut, karena begitu indahnya suasana didalam tersebut.

"Apakah kau menyukai pemandangan ini? " tanya dingzhi yang hanya dijawab sebagai anggukan.

Di setiap sisi jalan tersebut terdapat berbagai macam bunga indah disertai dengan lampu gantung yang berwarna warni,dengan semilir angin dingin yang menerpa wajah putih dongjun ia menikmati keindahan setiap suasana disana.

Disaat asik memandangi sekitar, tiba-tiba pipi dongjun terasa basah, yang saat ia menoleh ternyata itu adalah ye dingzhi yang iseng bermain pistol air dengannya. Akhirnya dongjun pun mengejar ye dingzhi dan membalasnya juga dengan pistol air yang sudah dibawakan oleh dingzhi.

Sungguh bahagianya ye dingzhi saat dirinya menatap wajah sumringah dongjun, ia begitu indah dan begitu cantik saat dia tertawa dan bahagia.
Setelah mereka lelah bermain, mereka berhenti dan ganti melihat suasana kota dan indahnya malam hari.

Hari demi hari, dingzhi dan dongjun semakin dekat tanpa sepengetahuan teman-temannya tentunya. Hingga akhirnya dingzhi pun memutuskan untuk mencoba menembak dongjun di sebuah cafe yang sudah di sewa dan sudah direncanakan oleh dingzhi sebelumnya.

Malam itu sungguh malam yang sangat menegangkan sekaligus gugup bagi ye dingzhi.

"Bapak, apakah tempat ini ada acara khusus ya? Kenapa tempatnya penuh dengan hiasan indah seperti ini? " tanya dongjun heran.

"Sekarang tutup mata kamu, " pinta dingzhi, dongjunpun menurut. Selama melangkahkan kakinya ye dingzhi menuntun tangan dongjun.

"Sekarang bukalah matamu. " mendengar itu dongjun pun membuka matanya, ia sangat terkejut kalau ia melihat sekelilingnya. Dongjun semakin terkejut lagi saat tiba-tiba ye dingzhi berlutut dihadapannya dengan satu kotak kecil yang berisikan cincin berlian.

"Maukah, kamu jadi pacarku? "





=================
Hii...... I'm back, semoga hari kalian menyenangkan.
Terimakasih yg udah mampir, komen dan memberikan vote....

Continue..........

Destiny || YEBAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang