Tak terasa mentari pun mulai menerangi semesta menggantikan sang rembulan. Ye dingzhi terbangun lebih dulu, ia langsung menuju ke kamar mandinya dan membuat sarapan sendiri. Disaat melintasi ruang tv begitu terkejutnya ia, kala ia melihat dongjun yang masih terlelap, tapi dia juga tidak tega jika ia membangunkannya.
Akhirnya dingzhi pun berlalu mengacuhkan dongjun yang masih terlelap, ia kembali pada rencana awalnya, membuat sarapan. Di tengah ye dingzhi yang sedang berkutat di dapur, dongjun yang baru bangun tidur datang menemui ye dingzhi.
"Kau sudah bangun," ujarnya dengan tangan yang masih sibuk dengan adonan masakannya.
"Maaf Pak, saya bangunnya kesiangan, " jawabnya dengan suara yang sedikit serak.
Ye dingzhi yang melihat wajah imut dari dongjun membuatnya tersenyum lebar, dirinya sebenarnya gemas melihatnya dan ingin sekali mencubit pipinya. Namun apalah daya, dia mempunyai status sebagai muridnya sekarang.
"Akhirnya aku menemukan sosok yang seperti dirimu, sayang, " batin ye dingzhi.
"Kau mandi sana, setelah itu turun, kita sarapan bareng dan berangkat ke kampus bersama, " tutur ye dingzhi.
"Tapi pak, saya tidak punya ganti baju, " Rengeknya.
"Kau tenanglah, aku sudah menyiapkan baju di dalam lemari, sekarang cepatlah pergi mandi, saya nanti sore ada urusan. "
Dongjun yang awalnya sedikit santai, kini langsung beranjak dan pergi menuju kamarnya setelah mendengar tutur ye dingzhi. Sedangkan ye dingzhi hanya bisa geleng-geleng kepala.
.
.
.
.Sepulang dari tempat kuliahnya, dongjun pulang kerumahnya, dirinya merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Namun, saat ingin memejamkan matanya, dirinya teringat hadiah yang diberi oleh ye dingzhi. Ia pun akhirnya bangun dan mengambil barangnya. Namun, saat sedang ingin membuka kotak hadiahnya, tiba-tiba changfeng dan Yue yao datang kerumahnya sembari berteriak.
"Ck.... Mereka berdua lagi, " ucap dongjun kesal. "Kenapa kalian berisik dirumah orang? " kesal dongjun akhirnya dongjun pun membukakan pintunya.
"Hehehe, kami hanya ingin bermain kerumahmu, emang salah? " ujar Yue yao yang kemudian meletakkan barang bawaannya dan duduk.
"Kami hanya ingin makan bersama denganmu, karena aku yakin kau pasti belum makan dari tadi, " sahut changfeng.
Sebenarnya dongjun malas, dia tidak ingin diganggu oleh siapapun, tapi mereka adalah sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai keluarganya.
"Bagaimana pertemuan dengan dosen baru itu? " tanya changfeng penasaran.
"Yeah, begitulah, suasanya serasa di interogasi di dalam persidangan. " bohong dongjun.
"Lalu bagaimana dengan kuliahmu? " kali ini Yue yao yang membuka suara.
"Menurutmu? "
Mereka berdua berpikir sebentar, "kita berdua merasa-"
"Aku tidak di D.O, " sahut dongjun.
"Syukurlah kalau begitu, " ujar changfeng yang kemudian melanjutkan makan.
Waktu demi waktu telah mereka lewati penuh dengan canda dan tawa, hingga tak terasa jarum jam sudah bercumbu tepat di angka 11 malam, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pergi dari rumah dongjun.
"Hati-hati kalian di jalan, " pekik dongjun sembari melambaikan tangan kepada mereka yang sudah melakukan motornya.
Setelah kepergian mereka, dongjun kembali masuk kedalam rumahnya dan langsung membuka hadiah dari ye dingzhi.
Ia tercengang kala ia melihat hadiah tersebut. "Ini pasti mahal banget, bagus juga, " ucapnya sangat riang gembira.
Barang tersebut sebuah jam tangan yang sangat canggih, selain bisa melihat waktu, jam tersebut bisa mengetahui keberadaan seseorang, suhu tubuh seseorang, dan bahaya yang menimpa tubuh seseorang yang memakainya, dan jam itu digunakan untuk couple. Namun, meskipun begitu dongjun tidak mengetahuinya, yang ia tau hanya untuk melihat waktu.
Iapun langsung memakainya di pergelangan tangannya. "Hmm, cocok juga buat tangan aku. " ujar dongjun dengan senyuman yang lebat kala melihat jam tersebut. Hingga akhirnya beberapa menit kemudian dongjunpun terlelap dalam tidurnya.
Namun, tak lama kemudian dongjun terbangun kembali karena bermimpi. Saat melihat jarum jam ternyata masih pukul 01.15 dini hari.Setelah ia merasa sedikit tenang, ia melangkahkan kakinya keluar rumah untuk mencari udara sekaligus untuk menenangkan diri. Dinginnya udara malam ia biarkan menerpa tubuhnya hingga menusuk tulang, dengan langkah kaki yang entah kemana tujuannya. Hingga di pertengahan perjalanannya, di kesunyian malam itu, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya, namun ia mencoba untuk tidak mempedulikannya. Namun, semakin lama dibiarkan orang yang mengikutinya tersebut semakin mendekat. Dongjun yang merasakannya pun langsung mempercepat langkahnya, sesekali ia menoleh ke orang yang mengikutinya. Alangkah terkejutnya kala kedua matanya melihat seseorang yang mengikutinya.
Orang yang mengikutinya menyeringai pada dongjun. "Ternyata.... Kamu, dongjun. "
Sedangkan Dongjun, tubuhnya bergetar, kakinya terasa tidak berdaya untuk melangkahkan kakinya, namun dengan sekuat tenaga dirinya terus berlari dan bersembunyi dari kejaran orang tersebut.
Di tempat lain, ye dingzhi yang sibuk berdiskusi dengan rekannya mendapatkan sinyal dari jam tangannya, ia melebarkan matanya saat melihat peringatan tersebut. "Kita berhenti sampai sini. " dingzhi berdiri dan meminta semuaanya untuk bubar.
"Kita akan diskusikan kembali renacanya esok hari, " pinta ye dingzhi tegas. Akhirnya rekannya pun beranjak pergi meninggalkan dingzhi dan 2 temannya.
"Kalian ikut aku dan lancak tempat ini, " ujar ye dingzhi sembari menyodorkan jam tangannya pada salah satu bodyguard.
Jauh sudah dongjun berlari, namun orang tersebut tidak berhenti mengejarnya, hingga akhirnya di tempat yang yang sempit juga sepi, tanpa sengaja kaki dongjun tersandung batu hingga ia terjatuh. Dirinya terus memundurkan badannya. " kau pembunuh!!! Pergi, jangan ganggu aku lagi!!! " pekik dongjun terus menerus disertai dengan isak tangisnya.
Saat pria tersebut hendak mendekati dongjun, tiba-tiba ada seseorang yang memukulnya memakai kayu, sehingga yang terpukul tersebut membalikkan badannya. "Beraninya kalian!! " pekik pria tersebut. Namun orang yang memukul tersebut bukannya merasa takut, ia malah tersenyum remeh padanya.
"Ooh.... Kalian berani, ya!! " pria tersebut langsung menghampiri mereka berdua dan berkelahi bersama.
Disisi lain, ye dingzhi langsung menghampiri dongjun yang begitu ketakutan. "Dongjun... " ujar ye dingzhi, tapi saat dingzhi ingin memeluknya dongjun malah menjauh. "Pergi, aku mohon jangan ganggu hidupku lagi, kau seorang pembunuh! " pekiknya dengan mata yang masih terpejam.
"Dongjun, ini aku dosen kamu, ye dingzhi. " dongjun yang mendengarnya mendongakkan pandangannya pada ye dingzhi dengan wajah yang memerah, mata yang membengkak dan penuh dengan butiran keringat, membuat dingzhi merasa sakit melihatnya, ia pun langsung memeluk tubuh mungil dongjun yang masih bergetar.
"Tenanglah, dongjun. Orang itu sudah tidak ada. " dingzhi mencoba menenangkannya sembari menepuk-nepuk pundaknya. Namun tiba-tiba saja, dongjun merasa sesak dan nyeri di bagian dadanya. Dingzhi yang merasakannya melepas pelukannya. "Dongjun, kamu kenapa? " ucapnya dengan sangat cemas.
Sedangkan yang ditanya tidak mampu untuk berbicara karena dadanya terasa panas dan nyeri,
"Sa—kith." Lirihnya dengan tangannya yang mencengkram keras dadanya sendiri. Hingga akhirnya pandangannya pun kini mulai kabur, dan perlahan-lahan ia pun memejamkan matanya dan tak sadarkan diri di pangkuan dingzhi.Sedangkan ye dingzhi, ia begitu panik dan cemas saat dongjun tak sadarkan diri, ia mencoba membangunkannya dan menepuk pipinya, namun semuanya hasilnya nihil, dongjun tetap tidak mau membuka matanya. Akhirnya dingzhi pun langsung membawanya ke dalam mobilnya dan menjalankan mobilnya dengan sangat cepat menuju rumah sakit.
====================
Hi... I'm back..... Thanks yg udah mampir dan memberikan vote..... Semoga hari kalian menyenangkan.... See you next time....Continue.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || YEBAI
AcakSecuil kisah 2 seorang pemuda yang saling jatuh cinta, namun cinta yang mereka jalani tidak semudah yang mereka pikirkan. Namun meskipun begitu, mereka berjuang untuk selalu saling percaya hingga alam pun merestuinya. ini hanya fiktif belaka bxb jg...