mansion ye dingzhi

239 25 1
                                    

Waktu tak terasa begitu cepat, kini jarum jam sudah bercumbu tepat di angka 3. Dimana dongjun harus pergi menumui bapak dosennya.

Dengan mengendarai sepeda motornya, ia menikmati setiap pemandangan jalan di sampingnya yang begitu asri nan indah. Awalnya ia ragu dengan jalanan yang ia tempuh, karena rumahnya kediaman ye dingzhi begitu jauh dari kota.

Tak lama kemudian akhirnya ia sampai, tapi ia masih ragu ragu. " apakah ini beneran rumahnya? " monotonnya, yang kemudian kembali melihat kartu identitasnya.

" benar... Tapi apakah ini kediaman ye dingzhi? " tanya dia yang masih belum percaya. Begitu terkejutnya dongjun, karena rumahnya begitu besar.

" udah kaya, tapi masih jadi dosen? Gabut kali ya? " dongjun pun tak mau berlama-lama, ia akhirnya menekan tombol rumahnya.

Sudah berapa kali dongjun menekan tombolnya, tapi tetep saja tidak ada yang membukakan pintunya.

" apakah pak dosen belum pulang dari pekerjaannya ya? " gerutunya lagi, yang kemudian hendak pergi, namun ternyata pintunya sudah terbuka.

Dongjun pun tak segan segan untuk bertanya, " apakah benar, ini kediaman ye dingzhi? "

" oh, masuklah. Biar ku antar kau. " dongjun pun akhirnya mengikutinya. Ia tanpa henti mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Ia begitu kagum dengan kemegahan rumahnya.

" rumah segede ini di huni orang 1? Tapi serem juga sih. " gerutunya dalam hati.

Sedari tadi dongjun hanya bisa melihat lihat seluruh sudut ruangan, hingga tak terasa ternyata sudah sampai di ruang kerja ye dingzhi.

Keringat dingin mulai bercucuran di tubuh dongjun, ia begitu gugup dan takut dengan apa yang akan terjadi sekarang. Bahkan saat ia memberanikan duduk saling berhadapan dengannya, seluruh tubuhnya bergetar, jantungnya berdegup dengan kencang.

" kau tau, kesalahan apa yang telah kau lakukan? " tanya ye dingzhi dengan tatapan tajam.
"Kamu tau? Balap liar itu dilarang. Selain itu, balap liar juga membahayakan diri sendiri. " tambahnya lagi.

Dongjun hanya terdiam dan menunduk. " untuk kali ini saya maafkan, jika kamu melakukannya lagi, saya akan keluarkn kamu! "

" beneran, pak?? " dongjun sangat senang Begitu mendengar bahwa dia tidak dikeluarkan dari tempat kuliahnya.

" untuk kali ini tidak, meskipun saya tau semua kasus kamu. " mendengar kata itu dongjun yang awalnya seneng kini dibikin terdiam lagi.

" maafkan saya, pak. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Tapi, saya beneran tidak di keluarkan kan? "

Dingzhi hanya mengangguk, dan hal tersebut membuat dongjun tersenyum lebar. " terimakasih banyak pak. " dongjun memegang tangan dingzhi dan terus mengucapkannya berulang kali, membuat dingzhi gemas melihatnya.

" aku yakin itu dirimu," ucapnya dalam hati sembari tersenyum melihatnya.

" sudah, sudah, apa kau kau akan terus seperti ini kepadaku? " celetuk dingzhi membuat dongjun tersadar dan langsung melepas tangan dingzhi.

" maaf..... Pak. " dongjun membungkuk 90° .

" sudah... Sudah. Oh ya, hari sudah malam, tidak baik jika kamu pulang sekarang, karena itu berbahaya. Jadi, kau menginaplah disini sampai besok. "

Dongjun yang mendengarnya mengerjapkn matanya berulang-ulang, seolah-olah dia tidak percaya dengan apa yang sudah ia dengar barusan. " tidak.... Tidak pak, saya lebih baik pulang sekarang, lagian ini juga belum terlalu larut. "

" kau tetaplah disini sampai besok, meskipun ini belum terlalu larut, tetap saja itu berbahaya bagimu. Karena jalanan yang kau tempuh hutan. "

" tapi pak—"

" tidak ada kata tapi tapian, menurutlah, Jangan sungkan juga, aku akan tunjukkan kamar kamu. "

Dingzhi pun mengantarkan dongjun ke kamarnya yang berada diatas. " bersih bersih dulu, setelah itu kita makan bersama, " tuturnya.

" makan..... Ber... Sama? " tanya dongjun dengan terbata bata.

Dingzhi hanya mengangguk, " buruan bersihkan badanmu. " dongjun belum biacara lagi, ye dingzhi keburu pergi duluan.

Di dalam kamar tersebut, dongjun mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan tersebut. Ia begitu tercengang melihat dekorasi kamarnya dan juga tempatnya yang begitu besar dan luas, dengan dinding yang bernuansa putih keemasan dan kasur yang berwarna putih besar, membuat dirinya terkagum. Karena selama ini dirinya tak pernah melihat kamar sebagus dan seluas itu.

Selain itu, ia juga menuju tempat riasnya yang begitu lengkap, begitu juga dengan kamar mandinya.

" waahh.... Enak banget ternyata hidup semewah ini. Tapi, kalo dia aja sudah sekaya ini, ngapain jadi dosen coba? Apa gabut kali ya? " gerutunya sendiri.

Disaat dongjun asik menikmati kasurnya dan suasana kamarnya, tiba-tiba ia di kejutkan dengan suara sering telpon dari dalam tasnya, yang ternyata itu adalah panggilan dari changfeng, dan mau tak mau dongjun harus mengangkat telpon tersebut

" kau dimana? " tanya changfeng dengan nada yang cemas.

" aku..... Aku ada urusan dengan seseorang, jadi kau tak perlu khawatir, " jawab dongjun dengan terpaksa berbohong, karena ia tidak mau changfeng tahu kalau dirinya dirumah pak dosen.

" kau tidak melakukan hal-hal yang bodoh lagi, kan? " tanya changfeng kembali.

" nggak, kau percayalah kepadaku.... Maaf, aku tutup dulu telfonnya..... See you! " dongjun pun langsung menutup telfonnya tanpa memperdulikan changfeng.

Setelah mengangkat telpon tersebut, ia teringat bahwa ia harus bersegera membersihkan badannya dan makan bersama dengan pak dosennya.

.
.
.
.
.

Ceritanya sampai sini dulu yaa..... See you....
Jgn lupa vote dan komen...


Destiny || YEBAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang