8

78 11 0
                                    

Happy reading...


Nevanar mengurungkan niatnya untuk bertemu Raja. Ia memilih mengunjungi adik manisnya.

Dari sudut matanya ia bisa melihat Renjun yang giat melatih..

Eh? Melukis?

Hey! Rasanya baru kemarin  Nevanar tidak berkunjung sepertinya ia sudah ketinggalan banyak hal.

Ia melirik pada wanita yang menemani Renjun.
Seolah peka, maid segera membungkuk hormat dan berlalu.

"Hei, cantik!"

Renjun membalik badan, menemukan Nevanar yang ternyata sudah berada tepat di belakangnya.

Sial. Pria itu sangat pintar memanfaatkan teleportasinya.

"Kak Nana mengejutkanku!" Renjun kesal.

"Ada apa?" Tanya Renjun ketus. Itu membuat lawan bicaranya terkekeh.

"Aku hanya ingin memberimu berita bahagia"

Renjun mengernyit. Ia memilih diam menunggu apa lagi yang akan keluar dari mulut negatif Nevanar.

"Raja, maksudku.. ayah meminta bertemu mate mu"

Tidak disangka, Renjun tentu sangat senang mendengar informasi itu. Ia terdiam sejenak.

"Kak Nana tidak bohong? Jangan main-main ya!"

Nevanar terkekeh gemas.
Ia merapatkan tubuhnya pada Renjun hingga membuatnya harus menahan nafas.

"Mana mungkin kak Nana membohongi Renjun nya yang cantik"

Nevanar berkata penuh senyuman disertai usapan lembut pada pipi Renjun.

Renjun memicingkan mata namun beberapa saat berikutnya ia tersenyum dan berbalik pada kanvasnya.

"Baik. Aku akan membawa Jeno menghadap ayah"

.

.

.

.

.

"Ayah, kenapa harus Nemorosa?! Itu bahaya! Lagi pula aku sama sekali tidak tertarik dengan perhiasan seperti itu"

Penuh kesadaran Renjun meninggikan suaranya.

Raja Fairley mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa sampai begitu, putriku. Ayah yakin mate mu sanggup melakukannya"

Renjun tampak tak suka. Demi apapun Nemorosa adalah hutan kelam yang dipenuhi binatang mitos.

Itu sangat bahaya bagi Jeno yang hanya pergi tanpa perbekalan.

"Tidak apa, sayang. Kau harus percaya padaku"

"Tapi alpha, kau—"

"Ssh.. percaya padaku dan kita akan segera menikah setelah aku mendapatkan berlian itu untukmu"

Jeno menangkup kedua pipi Renjun. Seolah memberi pengertian pada gadisnya.

Maka hari itu juga dengan berat hati Renjun harus melepas Jeno.

"Berhati-hatilah, alpha.
Janji! Kau harus kembali sebelum sepekan"

Jeno tersenyum penuh. Ia membawa Renjun kedalam pelukannya.

"Hm, iya. Biar begini sebentar. Aku masih ingin memelukmu untuk waktu yang sangat lama"

Mendengar itu membuat Renjun tambah mengeratkan pelukannya.

"Eumm, aku akan sangat merindukanmu"

Keduanya sama-sama menghirup rakus feromon masing-masing sampai suara sang Raja menginterupsi.

_TRAITOR_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang