28) Biji Kacang Merah

12 5 1
                                    

oOoOo

Pak Ashel yang mengetahui isi pikiran muridnya, dengan cepat melepas tangannya itu dari rekan kerjanya dan membuat jarak. Pria itu tidak bodoh, ia tahu bahwa Aru akan berpikir yang tidak-tidak.

"Tidak ada, Arunika," jawab singkat pak Ashel. Matanya langsung melirik ke samping, memberi sinyal agar segera meninggalkan tempat itu.

Bu Dira hanya mengangguk, kemudian berjalan ke arah Arunika. Keduanya saling menatap beberapa saat hingga akhirnya Bu Dira keluar dan menutup pintu perpustakaan. Atmosfer di sana, mendadak berubah sesaat setelah wanita itu meninggalkan dua orang manusia yang masih mematung di sana.

Aru masih syok dengan apa yang ia lihat beberapa saat yang lalu. Tapi ia kembali menegaskan pertanyaannya. "Apa yang kalian berdua lakukan?"

Pak Ashel menghela napas, berjalan mendekati Aru yang berdiri di depan pintu yang tertutup itu. "Coba katakan pada saya, apa yang kamu pikirkan?"

Gadis itu menautkan alisnya, nampak bingung juga marah. "Aku hanya meminta jawaban dari Bapak."

"Tapi saya yakin jawaban dari saya tidak akan mudah dipercaya," balasnya, "yang jelas, ini tidak seperti yang kamu lihat, Arunika."

Aru nampak kesal, ia berkata dengan nada cukup tinggi. "Tidak seperti yang aku lihat?! Jelas-jelas Bapak memeluk Bu Dira seperti itu! Kenapa Bapak melakukannya? Atau jangan-jangan ... kalian punya hubungan spesial, ya?

"Jika kalian memang memiliki hubungan khusus, kenapa harus melakukan itu di sekolah, ha? Apa Bapak tidak malu? Beruntung bahwa aku yang melihat kalian berdua, bagaimana jika orang lain?" cecar Aru, nampak tidak memedulikan tatapan pak Ashel padanya.

"Memalukan sekali." Aru akhirnya menghentikan ucapannya.

Sang lawan bicara hanya diam, menatap Aru seksama. Setelah menarik napas, pak Ashel berkata, "Ini tidak seperti yang kamu lihat." Ia mengulangi perkataan yang sama. "Dan semua yang kamu katakan itu tidak benar."

"Tidak benar? Sepasang manusia di dalam satu ruangan sepi, siapa saja bisa terhasut melakukan itu, kan? Ya, kan?" Wajah gadis itu memerah, nampak air mulai keluar dari sudut matanya. "Kenapa Bapak melakukan ini padaku?"

Pak Ashel terkejut mendengar pertanyaan Aru. "Apa maksudmu?"

Aru berjalan pelan mendekati pak Ashel. Wajahnya nampak berantakan, tubuhnya mendadak terlihat letih dengan napas yang tidak beraturan. Dengan suara yang bergetar, Aru berkata, "Bapak tega melakukan ini padaku. Bapak jahat."

Pak Ashel semakin tidak paham dengan lanturan muridnya. Alih-alih bertanya, pria itu hanya diam menyimak. Kedua tangan gadis itu bergerak, memegang lengan pak Ashel tanpa tenaga.

"Rasanya ... sakit," lirihnya, sembari menundukkan kepala. "Sakit, Pak."

Tanpa disadari, Aru mulai meneteskan air mata. Tapi, ia menutupi semuanya dengan menundukkan kepala. "Kenapa Bapak melakukan ini ... padaku."

"Arunika."

"Saya ... benar-benar kecewa, Pak. Aku pikir Bapak tidak mungkin seperti itu ..." Akhirnya, desas-desus yang Aru dengar mengenai hubungan gurunya itu dengan Bu Dira ternyata benar adanya. Tapi Aru yang sudah buta, tidak mau menerimanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seberang JendelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang