🍡 A N O Z 5 🍡

597 59 1
                                    

"Pasti ada yang enggak beres," batin Mattias waktu lihat Michael tengah memeluk erat pinggangnya sambil sesekali menghirup pundak.

Michael emang kadang gak waras, tapi ini benar-benar gak kayak biasanya! Walau dekat, Michael agak sulit di gapai. Michael itu ibarat 'Cinta tak berujud' dia mencintai tapi gak keliatan cinta, malu-malu kucing kalau kata mamah. Tapi, oh, tapi ... Mattias cuek bebek aja sama Michael. Soalnya dia masih ngambek pake banget!

Mattias memasukkan kembali peralatan make up yang dia ambil sebelum Michael datang ke tas rajut berwarna hitam itu. Michael teramat miris dengan kamar yang dipakai sama Mattias, kumuh. Bukan hanya kumuh, bobrok juga masuk kedalam kamar Mattias. Sejak kapan ada adiknya yang tinggal menderita begini?

Michael benar-benar GUOBLOK karena bisa-bisanya dia mau lupain adiknya yang manis ini, plus dia benar-benar TOLOL karena jadi cowok brengsek. Michael gak bisa jadi tenang kalo dia inget pernah bertingkah kek cowok brengsek ke adiknya ini, Michael udah gak bisa menahan segala bentuk kekaleman plus kesabaran yang dipaksa-paksa demi jaga image depan adiknya. Sekarang dia mau Deket adiknya ini secara ugal-ugalan no debat no kecot no bacot!

"Apa ini?" Michael bertanya sambil menunjuk make up yang tengah dimasukan kedalam tas oleh Mattias.

"Make up. Biasa disebut rias-rias, jika kak Hael lupa aku tidak pernah mendapat fasilitas dari ayah, hanya kamar ini. Selama penebusan dosa aku biasa pergi ke kota untuk bekerja, salah satu pekerjaanku adalah merias para wanita. Minggir, aku harus segera pergi." Mattias berujar ketus sembari membawa make up itu, namun, langkahnya terhenti oleh pelukan erat yang Michael lakukan.

"Jangan pergi ... Ayah, aku, semua telah berubah! Semua menyayangimu ... Tuhan ... Kakak tidak bisa melihatmu seperti ini, lihatlah tanganmu yang kurus, lihat seluruh lebam pada wajahmu. Adik kecil ini tidak makan dengan baik, tapi sekarang kamu bisa makan sebanyak apapun!"

"Tidak butuh. Aku telah terbiasa sendiri, pergilah. Aku harus bekerja."

Bete deh! Apalah-apa! si Michael. Padahal Mattias itu bosen, dia mau jalan-jalan keluar. Sekalian nyari orang mapan plus cakep. Mattias tiba-tiba tidak dapat menggerakkan kakinya, telapak kakinya seolah terkelung oleh sesuatu. Aura berwarna emas itu bersiur-siur di kaki Mattias.

"Kakak ... L.E.P.A.S.K.A.N!"

"Tidak."

Tubuh Mattias terhempas kearah Michael, bibirnya menyentuh bibir Michael membuat wajah Mattias tersipu malu. Mattias mengelus bibirnya, merasakan hangatnya sentuhan tadi. Wajahnya memerah, marah dan malu bercampur aduk. Dia mendorong Michael keras-keras, membuat kakaknya sedikit terhuyung.

"Sudah gila, ya?! Kakak tidak normal!" seru Mattias, nada suaranya bergetar.

Michael menghela napas panjang, "Kakak tahu, dan kakak tidak peduli. Kamu adikku, dan aku mencintaimu. Selamanya kamu milikku dan apapun yang kakak lakukan padamu tidak ada hubungannya dengan ketidaknormalan."

"Tapi ini bukan caranya, kakak! Kakak tidak dapat memaksaku, apalagi dengan cara begini!" Mattias memunggungi Michael, mencoba menenangkan gemuruh di dadanya.

Michael mendekat lagi, lebih perlahan kali ini. "Maaf, Matt. Kakak benar-benar minta maaf. Tapi kakak tidak akan melepaskamu."

Mattias menghela napas panjang kembali, dia tau sih kalau kakak barunya ini agak lain mentalnya. Tetapi dia gak tau separah ini cuy. "Aku juga ingin bahagia, Kak. Tapi kamu harus paham, ini kehidupanku. Aku yang menjalani. Kakak gak bisa mengontrol segalanya."

Michael terdiam, kata-kata Mattias menusuknya. Dia tahu adiknya benar, tapi sulit baginya untuk menerima kenyataan itu. "Aku akan berusaha lebih baik, Matt. Aku janji."

[TRANSMIGRASI] Invisible Twins || Crt ke 6 [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang