🍡 A N O Z 6 🍡

404 47 2
                                    

Hanson tersenyum manis melihat para pelayan memujinya, entah bakatnya dalam membuat kue ataupun parasnya yang cantik. Wajahnya tersipu-sipu malu, dia suka sekali dengan pujian. Walaupun begitu, didalam pikirannya terdapat rencana brilian!

Hanson sempat bertanya kepada beberapa orang, "apakah tempat lampu lilin ini terbuat dari emas?" Atau "lantai ini terbuat dari apa? Apa semua yang mengkilap disini terbuat dari perhiasan mahal?"

Dan jawaban dari segala pertanyaan Hanson adalah benar, semuanya bernilai tinggi. Karena itu Hanson berpikiran untuk mencuri beberapa barang disini, agipula ini hanya tempat pelayan.

[Dasar serakah]

"Apa peduliku?"

[Kau memiliki banyak harta didalam kamar penyimpanan yang kuberikan, kenapa masih mencari harta?"

"Apa peduliku?"

[Sialan]

Rame juga jailin si dewa kayak gitu, Hanson terkekeh gemas. Lalu pandangannya bergulir pada para manusia yang menatapnya dengan mata melebar, rona wajah terlihat jelas hingga membuat mereka terlihat seperti tomat matang dari pohon.

"Malaikat!"

"Hah?"

Mereka berseru, ah ... Hanson mengerti. Tawanya pasti yang bikin orang-orang disini klepek-klepek, gila banget emang ni tubuh. Hanson tersenyum manis dan matanya menyipit, mulutnya melengkung keatas. "Ada yang mau kue lagi?" tanya Hanson sembari menyodorkan kue nastar yang terbalut kain.

"AKU!"

Anjir, suara yang keluar berbarengan dari mulut orang-orang yang nyaut kayak Megatron lagi kaget. "Kemari, kuenya masih banyak kok!"

Para maid plus butler riang riak terdengar, mereka sibuk dengan kue nastar yang dibawa Hanson. Hanson berjalan kearah piring-piring emas di lemari, tangannya terulur mengambil piring itu.

"Apa yang kau lakukan?"

Suara megalodon dari lautan begitu menakutkan hingga membuat Hanson bergidik ngeri, bukannya nggak mungkin dia akan mengalami gagal jantung yang berakibat fatal bagi nyawanya saat ini. Menoleh terpatah-patah, Hanson memasang senyum kaku. "Melihat piring?" untungnya tadi Hanson enggak berlagak kayak pencuri.

"Benarkah?"

Arrgggg! Hanson jadi sesek nafas karena tahan pasokan oksigen di dadanya saking kaget. "Iya."

Pria berpakaian ksatria itu benar-benar terlihat tampan, kulitnya kecoklatan dengan rambut putih panjang yang diikat. Matanya merah dan rahangnya tegas, tubuhnya tegap terbalut besi keras yang terlihat agak kusam.

Hanson menyadari sesuatu, menurut ingatan palsu yang masuk kedalam kepalanya pria ini cukup dekat dengan Hanson. Pria ini ibaratkan ayah bagi Hanson, tetapi menurut Mattias pria ini lebih cocok menjadi Sugar Daddy-nya saja.

Pria itu Russell, seorang ksatria tingkat 3 yang telah bekerja selama 5 tahun. Duda tampan satu anak yang cukup terkenal dikalangan masyarakat, sudah tampan, kuat, ekonomi terjamin, kepribadian ramah, dengan anak laki-laki yang cerdas dan baik. Siapa yang tidak siap dinikahi oleh duda ini?

"Paman Russ tidak bertugas?" Hanson bertanya sembari menyimpan kembali piring emas kedalam lemari.

"Tidak. Ada cukup banyak prajurit baru jadi jadwal pamanmu ini diganti, dan ...-"

"Paman lupa kalau jadwal paman diganti?"

"Ya begitulah ... Ngomong-ngomong apa kamu sudah mempersiapkan bahan-bahan kue untuk hari kelahiran sang raja?" Russell berjalan singkat menuju kursi panjang di sana.

[TRANSMIGRASI] Invisible Twins || Crt ke 6 [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang