Warning!
Cerita ini adalah fiksi yang mengandung percintaan sesama jenis alias Yaoi/BoysLove/Bxb/Gay/Homo.
Buat kalian yang tidak nyaman atau memiliki homophobic diharapkan untuk mundur segera!
Cerita ini tidak memiliki sangkut paut dengan dunia nyata, karena ini adalah murni FANTASI/FIKSI/TIDAK NYATA seperti waifu dan husbu penulis 🫂🫂
Happy reading ❤
---
Minggu pagi yang cerah cocok sekali untuk melakukan kegiatan bersih-bersih rumah.
"Apakah kamu berpikir bahwa ayahnya Yuan sangat cocok dengan papa?"
"Mengapa mereka cocok? Aku pikir sangat tidak cocok."
"Mengapa?"
Rune sedang memotong rumput di halaman rumah saat itu. Matanya yang sebelumnya terfokus pada pekerjaannya tiba-tiba teralihkan kepada dua bocah laki-laki yang sedang mengobrol riang tak jauh darinya.
Dua anak itu sebenarnya sedang sibuk membersihkan daun-daun kering serta rumput yang sudah dipotong oleh Rune.
Satu dari anak itu memegang sapu lidi dan satu lagi memegang pengki tampak kompak untuk bekerjasama membersihkan halaman itu.
"Aku tidak tahu apakah kamu memperhatikan ini atau tidak, setiap pagi Yuan selalu datang ke sekolah dengan memar baru di tubuhnya dan aku pikir itu karena ayahnya."
"Ha? Benarkah, mengapa aku tidak tahu itu?"
"Itu karena kamu terlalu bodoh untuk memperhatikan!"
Anak yang memegang pengki tiba-tiba cemberut karena baru saja dikatai bodoh. "Apa maksudmu dengan bodoh? Aku tidak memperhatikan karena aku tidak punya waktu untuk menjadi perhatian, hump!"
"Makanya lain kali perhatikan saja, memarnya selalu berada di tempat yang sama tapi tidak sembuh-sembuh dan aku selalu berpikir itu adalah memar lama tapi ditambah dengan memar baru."
"Di mana letak memar itu berada?"
"Itu terletak pada bagian lengan dan betisnya."
"Tapi bukankah Yuan selalu memakai pakaian panjang dan kaus kaki panjang? Sulit untuk melihatnya," ucap anak yang memegang pengki.
"Tidak sulit bagiku."
"Mengapa begitu?"
"Karena aku sering melihatnya membuka pakaian."
Anak yang memegang pengki membuka mulutnya dengan ekspresi bodoh.
Rune yang mendengarkan akhir percakapan itu tiba-tiba merasa sedikit tercekat.
Sering melihatnya membuka pakaian?
Bagaimana mungkin?!
Kedua anak itu masih terlalu muda namun topik pembicaraan mereka sudah agak terbuka.
Rune harus segera menyela pembicaraan mereka sebelum terlalu jauh.
"Rion, Rully, sudahkah kalian menyelesaikan yang di sana?"
Ketika Rune tiba-tiba bertanya, berdiri dari jongkok setelah memotong rumput, dua anak yang sedang bekerja sambil mengobrol itu tiba-tiba berhenti dan menoleh untuk menatap.
"Hampir selesai, ini tinggal kami masukan ke dalam kantong sampah lalu taruh di depan pagar," jawab anak yang memegang sapu.
Dia Rion, kakak kembar dari Rully, anak yang memegangi pengki.
"Tidak perlu membawanya ke depan pagar, selesai memasukkan ke dalam kantong taruh saja di sana dan biarkan papa yang menaruhnya nanti."
"Begitu, baiklah!"
Kedua anak itu kembali bekerja memasukan daun kering ke dalam kantong plastik hitam khusus sampah.
"Kak, aku nggak tahu kenapa memar Yuan bisa berhubungan dengan ayahnya."
"Kamu bodoh! Tentu karena ayahnya sering memukulnya!"
Rully segera memasang wajah berpikir. "Apakah kamu mencoba mengatakan bahwa ayah Yuan tidak cocok dengan papa karena ayahnya adalah tukang pukul?"
Rion segera mengangguk tanpa ragu. "Ayah Yuan terlalu galak dan tidak masuk akal, aku tidak terlalu suka."
"Ah, jika begitu aku akan mencoret ayah Yuan dari list orang yang cocok untuk papa!"
Semakin Rune mendengarkan semakin alisnya berkedut cepat menahan perasaan kesal entah mengapa.
"Anak nakal, berapa banyak orang yang kamu masukan ke daftar listmu untuk dicocokkan dengan papamu ini?!"
Rully menatap Rune yang tampak marah dan kesal. Bukannya takut, Rully justru tampak santai berpikir dan mencoba menghitung kembali berapa banyak orang yang telah dicatatnya.
"Tidak banyak, aku hanya punya lima orang."
Rune, "..."
Omong kosong!
"Akh! Papa hentikan! Tangan papa penuh dengan tanah dan papa malah menyentuh rambutku yang bagus! Aaa, aku tidak senang!"
Rune yang kesal tidak bisa melampiaskan dengan memukul atau mencubit anak-anak yang menyebalkan ini. Dia hanya bisa melampiaskan dengan menggosok acak rambut lembut mereka dengan gemas.
"Lihat Rully terlihat jelek jika rambutnya terlihat berantakan!" tuding Rion dengan ekspresi geli.
Rully memiliki ekspresi cemberut yang lucu. "Omong kosong! Jika aku jelek maka kamu juga sama jeleknya, kita berdua kembar ingat?"
Rion mengangkat bahu. "Aku tidak ingin mengingat," jawab Rion dengan sengaja membuat Rully semakin kesal.
"Papa apakah papa sudah punya orang yang menarik hati papa?" tanya Rion tiba-tiba.
"Apa? Mengapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Hanya ingin, Rion tidak memiliki maksud lain," tuturnya dengan nada lembut.
Rune terdiam untuk berpikir. "Papa pikir tidak ada untuk sekarang, un, apakah kalian berdua benar-benar ingin papa menikah dan mendapatkan daddy untuk kalian?"
"Tidak, ini bukan karena kami ingin mendapatkan daddy, ini semua sebenarnya murni karena kami kasihan dengan papa."
"?"
Mengapa Rune tiba-tiba harus dikasihani oleh bocah-bocah tengik ini?
"Kami, terutama Rully selalu kasihan setiap melihat ekspresi gelap papa ketika melihat beberapa pasangan yang kebetulan berpapasan dengan kita."
Rully berkata dengan sok tahu dan kemudian memasang ekspresi menyedihkan.
"Betapa kasihannya papa yang tidak memiliki pasangan mesra sendiri di dunia ini."
Bocah konyol!
Rune yang gemas segera menangkap tubuh Rully dan menggosok anak itu dengan acak karena merasa gemas dengan tingkahnya yang lebay.
"Ahh! Papa itu geli! Tidak! Papa tidak bisa melakukan ini dengan pria baik seperti aku!"
"Pria kecil konyol! Papa akan menggosok mu sampai setan lebay yang merasukimu hilang sepenuhnya!"
"Ah papa tidaakkkk!"
"Hahaha!"
Rune, Rion, dan Rully.
Keluarga tiga orang itu kemudian tertawa bersama. Menikmati hidup mereka yang bahagia dan penuh dengan bercanda tanpa menyadari ada seseorang di sisi lain yang hidup sedikit menderita.
---
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Happy Family!
RomanceArion telah lama kehilangan mereka. Mereka yang seharusnya menjadi keluarganya telah memilih pergi karena keegoisannya. Lama mencari namun Arion tidak menemukan sedikitpun jejak pergi yang tersisa. Tapi hingga suatu hari, ketika Arion sudah lelah...