5

151 20 0
                                    


*Baca part sebelumnya ya kalo lupa*


Happy reading!


••
•••







Game dan camilan adalah dua hal paling bagus untuk membunuh waktu luang. Namun, manusia mana yang memiliki waktu luang hampir seharian. Padahal dia memiliki pekerjaan dan kelas yang harus dia hadiri.

"Dia kenapa sih?" Tanya Giselle. Ningning mengangkat kepalanya dari bahu Giselle dan melihat kebelakang dimana Winter selonjoran di atas lantai kamarnya.

"Galau kali, dari awal datang dia udah begitu." Jawab Ningning.

"Galau? Emang dia punya pacar? Kok bisa galau." Heran si Uchinaga. Bagaimanapun Winter adalah temannya, dia sedikit khawatir melihatnya seperti itu.

"Coba kamu tanya deh." Ujar Giselle. Yizhuo menggeleng dan malah semakin membenamkan wajahnya ke leher kekasihnya. Giselle bergidik saat Yizhuo menghisap permukaan kulitnya, tangannya segera membawa kepala Ningning menjauh. Menatap matanya yang sayu dan seolah menginginkan sesuatu darinya.

"Are you serious? Disini masih ada Winter." Ucap Giselle berbisik.

"Just focus on me, babe." Kata Yizhuo. Oh shit, kalau sudah begini, bahkan Giselle pun tidak bisa menahannya.


Mengabaikan dua sejoli yang sedang berpacaran di sofa, Winter mulai merasa lapar. Perutnya terus menggerutu sementara dia fokus bermain game di ponselnya. Karena tidak bisa mengabaikan itu, akhirnya Winter bangun dan tanpa sengaja melihat pasangan itu sedang berciuman.

"Nyesel gue main ke rumah lu, Ning." Gumamnya. Dia bangun dan berjalan pergi. Tapi sebelum itu, saat dia melewati sofa dimana pasangan itu berada, Winter sempat memukul Giselle dan membuatnya mendelik kesal karena telah mengganggu aktivitas nya. Lagian, masih ada orang lain kok malah ciuman. Memang, kalau sudah berduaan, orang lain cuman di anggap nyamuk.

Winter keluar dari rumah Ningning dan mulai mencari tempat makan. Tapi pada akhirnya, dia memutuskan untuk ke toserba saja. Ramyeon adalah pilihan terbaik untuk saat ini, pikirnya.

Hari Jumat ini tidak banyak yang harus dia lakukan selain jadwal kelas pagi yang dia lewatkan dan bekerja di kafe Giselle nanti malam. Tapi sepertinya dia juga akan melewatkan jam kerjanya. Tidak baik bekerja dengan keadaan mood yang kacau.

Entahlah, dia memang tidak mood seharian ini. Mengingat satu hal yang pasti membuat hatinya tidak nyaman, Karina Yoo.

Gadis itu seperti memiliki sebuah sihir yang berwarna merah dan biru. Merah ketika dia membuatnya terluka, biru ketika afeksinya menghangatkan dan membuatnya merasa nyaman. Perlakuan Karina memang terkadang bukan seperti seorang teman biasa.

Dia memeluk, memegang tangan Winter, bahkan pernah mencium nya. Di pipi, dahi, tangan, lutut–ketika lututnya terluka. Lihat, teman biasa tidak akan melakukan itu semua, tapi Karina? Winter tidak paham dengan apa yang dipikirkan gadis itu, apa yang dirasakan gadis itu.

Apa karena dia menyukainya? Sungguh? Itu bisa menjadi sebuah keajaiban dan dia akan sangat berterimakasih pada sang pencipta. Tapi kalau itu hanyalah harapan semu nya, Winter tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi Karina.







"Kamu suka musim apa?" Tanya Karina.

"Tiba-tiba banget?"

"Jawab aja sih cepetan." Ucap Karina gemas. Winter berpikir sesaat sebelum menjawabnya, "musim semi."








Percakapan itu terjadi saat Winter berkunjung ke rumah Karina di tahun kedua sekolah menengahnya. Itu adalah kunjungan pertamanya ngomong-ngomong. Artinya, dia sudah berteman setahun lebih dan menjadi lebih dekat dengannya.








My Pleasure || Jiminjeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang